Beat 22 (Repost)

8.3K 1.3K 141
                                    


H + 2 hari. Konser pertama.

“Buruan! Break cuma lima menit.” Seruan Bang Andy membuat Rama segera menandaskan isi botolnya, sementara Layla setia menunggu dengan botol baru dan handuk kecil.

Dewa dan Raja saling membandingkan ear-buds mereka karena tadi sepertinya ada gangguan kecil pada milik Dewa.

“Mike, ntar lo yang sayap kiri. Gue sayap kanan. Blocking kamera soalnya kalo di tengah,” ujar Devon.

Mike hanya mengacungkan jempol tanpa mengangkat wajah. Ia satu-satunya yang tidak tampak sibuk. Justru menggunakan jeda waktu untuk bermanja dengan Al, istrinya itu kini meringis minta maaf karena sungkan pada yang lain.

Setelah mendaratkan ciuman pada Layla dan kembali memasangkan kacamata istrinya yang tadi ia lepas, Rama segera melangkah lebih dulu.

Dewa yang sudah mendapat ear-buds baru juga bersiap di belakangnya. Devon, Mike dan Raja segera bersiap di set.

Layla dan lainnya segera menjauh, kembali ke dekat layar untuk melihat ketika panggung perlahan naik. Rama dan kawan-kawan muncul kembali setelah jeda lima menit, kini di sisi panggung yang lain.

“Hai, Semua. Malam ini saya cuma mau bilang, selamat jatuh cinta,” sapa Rama yang disahuti sorakan antusias penggemarnya.

Stick drum diketuk tanda intro. Malam baru dimulai.

***

Caca melotot antusias di depan televisi. Rio juga setia di sampingnya. “Kalian nggak makan dulu?” tanya Rumana, yang kini jadi gemar menggoda kedua bocah itu yang persis kembar upin-ipin kalau sudah menyangkut The Players.

“Nanti, Bu,” sahut Caca.

“Ntar, Tante,” sahut Rio.

“TV nya nggak bakal kemana-mana kok. Nggak usah dipelototin.”

“Bentar, Tante. Ini Bang Mike emang jagoan. Apalagi kalo udah giliran duet ama Bang Devon. Beuh!” puji Rio takjub melihat kombinasi keduanya.

“Kyaaa! Mas Dewa, Bu. Mas Dewa!” seru Caca dengan noraknya menunjuk Dewa yang kini nampak disorot kamera.

Rumana terkekeh pelan melihat kelakuan dua manusia itu. Rasanya nyaris tidak ikhlas kalau beberapa hari lagi ia harus pulang ke Yogya, sedangkan Caca harus pulang ke Surabaya.

“Ca, ntar ibu laporin Dewa lho,” goda Rumana lagi.

“Ibu ...,” rengek Caca dengan wajah sok memelas padanya.

“Ck, yaudah. Tapi begitu nanti iklan, langsung ambil makan. Silahkan kalau mau makan di depan tv. Kali ini ibu ijinkan!” tegas Rumana.

“Beneran. Bu?” sahut Caca. Kapan lagi mertuanya yang kaku ini bisa mengendorkan aturan ‘Makan Harus di Meja Makan’?

“Iya.”

“Yes!”

“Ca, minta Bang Devon latih aku dong. Aku juga mau jadi gitaris sejago itu,” pinta Rio.

“Minta sendiri. Lagian mereka mau pensiun kok malah suruh ngelatih.”

“Pelit!”

“Bodo! Lagian kamu udah kelas tiga kan? Masih nge-band aja. Nggak lulus, rasain ntar.”

“Amit-amit! Eh, udah iklan.”

“Aku duluan!” seru Caca beranjak mencuri start ambil makanan. Setelah mengambil nasi dan lauk, Caca kembali membawanya ke depan TV. Suara handphone di sakunya mendadak mengalun ketika Caca baru mulai satu gigitan.

TRAPPED (The PLAYERS 3 - REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang