Beat 18 (Repost)

10.9K 1.5K 175
                                    

Ketika Dewa ketahuan menghamili seorang gadis dan terpaksa harus segera menikah, Rumana kecewa. Ia selalu menganggap putranya adalah pria yang bertanggungjawab, sehingga kejadian seperti ini seharusnya tidak terjadi.

Dan yang terpenting, kejadian ini mengingatkannya pada masalalu. Ia pernah menjadi gadis itu, hamil di luar nikah. Bedanya, pria itu bukanlah pria bertanggungjawab. Sedangkan gadis yang dihamili Dewa itu jelas lebih beruntung. Dewa dibesarkan dengan didikan untuk menjunjung tinggi sikap bertanggungjawab. Gadis itu tidak akan pernah mengalami seperti Rumana yang harus kebingungan menjelaskan asal usul bayinya.

Detik itu juga Rumana membenci Caca.

Ketika bertemu Caca untuk pertama kalinya, Rumana tahu ia bertemu lawan yang sepadan.

Gadis itu sangat mirip dengan dirinya di masa lalu. Punya sikap pemberontak dan keras kepala. Rumana semakin membencinya, yakin bahwa seperti halnya ia di masa lalu yang tidak akur dengan mertua. Caca juga pasti akan seperti itu.

Ketika Caca menjaganya yang sedang sakit bahkan sampai begadang, Rumana menguatkan diri. Ia tidak boleh sampai terlena dengan kebaikan gadis itu. Seandainya gadis itu bersikap lebih manis, mungkin ia pun akan bersikap lebih baik. Tapi tidak, gadis itu bersikap ketus, namun dibarengi dengan perhatian tersamar.

Sikap seperti itu justru membuat Rumana bingung. Gadis ini musuh? Ataukah mereka bisa berdamai?

Ketika Caca bersedia merepotkan diri sendiri dengan membuat dua adonan dadar jagung, Rumana tertegun.

Gadis itu bisa saja hanya membuat satu adonan. Entah untuk dimakan dirinya sendiri atau untuk Rumana seorang. Tapi tidak, Caca justru bersedia repot membuat dua jenis hanya untuk menyenangkan semua orang.

Semenyebalkan apapun Caca, menantunya itu selalu punya perhatian tersembunyi untuk semua orang.
Dan terakhir, ketika gadis itu secara jelas bertanya kapan Rumana akan berhenti membencinya. Rumana merasa ditampar keras-keras.

Ia yang bersalah. Ia yang mengibarkan bendera perang sejak awal. Caca hanyalah gadis yang harus bertahan jauh dari keluarganya sendiri, pantas ia membangun sikap keras untuk mengimbangi Rumana.

Rumana luluh hari itu juga.

Caca benar, ia bersikap tidak adil hanya karena Caca mengingatkannya pada masa lalu. Kalau seandainya ia yang berada di posisi Caca, ia pasti akan sangat membenci mertuanya yang menghakimi seenaknya.

Rumana memutuskan mulai membuka hatinya untuk Caca. Dan rasanya sangat mudah. Menyayangi Caca seketika terasa sangat alami. Gadis itu memiliki pesona kekanakkan, namun di saat bersamaan diberkahi sifat pengertian yang membuatnya seakan lebih dewasa dibanding usia sesungguhnya.

Namun ketika ia sadar setelah jatuh dari tangga, Rumana takut. Tali itu tidak mungkin terikat tanpa sengaja. Dan penghuni di rumah itu yang mempunyai potensi membenci dirinya hanya satu orang.

Pak Umar dan Bi Yanti adalah pembantu setia yang telah ia kenal sejak kecil karena mereka dulunya juga ikut orangtua Rumana.

"Tali itu ditemukan di meja rias kamar Dewa. Artinya, punya Caca?"

Rasanya menyakitkan. Ketika kita baru mulai menyayangi seseorang dengan tulus dan bahkan menganggapnya sebagai anak sendiri, tiba-tiba orang itu mencelakai dengan sengaja.

Di saat bersamaan, Rumana membenci dirinya sendiri.

"Aku yang salah. Aku yang sejak awal membuat hubungan kami jadi seperti ini."

Ia terbagi antara kembali membenci Caca atau menyalahkan dirinya sendiri. Tapi yang pasti, untuk saat ini, ia tidak bisa melihat Caca. Ia belum sanggup menghadapi fakta bahwa gadis yang mulai ia anggap sebagai putrinya sendiri dapat berbuat sekeji itu.

TRAPPED (The PLAYERS 3 - REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang