Beat 21 (Repost)

9.4K 1.4K 116
                                    

Rasannya seperti dejavu.

Kerumunan penonton. Musik yang menghentak. Suara Rama yang mengalun. Lampu panggung yang berpendar kesana kemari. Dan tentu saja, aroma keringat bercampur parfum yang membuat mual.

Caca ingat ketika saat terakhir ia menonton konser seperti ini, ia cepat-cepat pulang demi menghindari Dewa. Tapi kini, ia justru datang untuk menyemangati suaminya.

Tour keliling kota akan dimulai esok. Malam ini adalah konser pembuka yang akan mengawali serangkaian tour. Caca melihat sendiri betapa banyaknya airmata dan suara histeris yang tadi berseru ketika konser dibuka.
Mereka tidak rela The Players berakhir. Dan sebagai salah satu fans, tentu saja Caca juga ikut menangis keras. Entah memang karena tidak rela atau terbawa suasan serta dibumbui hormon kehamilan. Yang pasti rasanya sangat menyedihkan, mengingat band yang telah ia gemari bertahun-tahun, kini sedang diambang waktu terakhirnya.

Tapi semua personil dan crew berkerja keras menata acara malam ini agar menjadi sesuatu yang patut dikenang. Mereka berusaha memberikan kenangan yang indah dan menyenangkan, karena itu lagu-lagu yang dipilih sebisa mungkin yang favorit dan penuh semangat.

Caca menjauh dari kerumunan karena lagu sudah hampir berakhir. Ia yakin, saat ia kembali ke ruang tunggu nanti pasti akan dapat pelototan semua orang.

“Hamil tapi malah ikut rame-rame penonton!”

Yep, Caca sudah bisa membayangkan omelan Alliya yang pasti akan menyemburnya. Dan kemungkinan besar kakaknya itu akan melaporkan kaburnya Caca dari ruang tunggu begitu Dewa turun panggung.

Sebuah tangan menepuk punggungnya. Caca bersiap menghadapi pelototan Alliya, Layla atau bahkan Lafy. Tapi yang mengejutkan, sama sekali bukan para wanita itu yang Caca lihat begitu ia berbalik.
“Rio?!”

“Hei, ternyata beneran kamu, Ca. Kamu di Jakarta sekarang?” Seorang pemuda berperawakan kurus dan tinggi tersenyum lebar menyapanya.

“Iya, mau kuliah di sini. Kamu bukannya masih sekolah ya? Lagi liburan?”

“Iya, nenekku tinggal di sini. Oh, ya. Kapan hari aku lihat berita soal Mike The Players, itu beneran Kak Alliya kan yang istrinya. Berarti kamu jadi adiknya dong?” Pemuda itu nampak antusias, dan Caca maklum, mengingat Rio adalah partner in crime-nya ketika mereka dulu bersama-sama menggemari band ini.

“Iya, dong!” balas Caca sok angkuh. Dan Rio segera mengacak gemas rambutnya.

“Yey! Sombong banget. Hayo! Kenalin dong. Minta tanda tangan. Foto bareng sekalian. Awas kalo nggak!” ancam Rio pura-pura memiting Caca.

“Ih!! Sukanya menindas yang kecil. Dosa woy, mendzolimi diriku yang lemah gemulai ini!” Caca tertawa karena geli.

“Lemah gemulai dari Hongkong! Juara karate antar SMA ngaku lemah gemulai, nggak tahu diri!” cela Rio.

Mereka kembali tergelak, tanpa sadar ada sepasang mata yang menatap marah.

***

Amarah Dewa nyaris tidak terbendung ketika melihat istrinya dengan seorang pemuda tampak berpelukan dan saling tertawa dengan ceria. Persis seperti iklan FTV roman picisan.

Dewa melangkah cepat, menghindari kerumunan penonton dan menyusup melalui jalan kecil di belakang panggung. Ia terus melangkah tergesa menuju titik dimana tadi ia melihat istrinya. Tapi begitu sampai di sana, Caca dan pemuda tadi telah menghilang.

“Mas!” seru Caca mengagetkan Dewa, entah muncul dari mana. Syukurlah tidak ada banyak crew di bagian sini, sehingga Dewa bisa lebih leluasa berbicara dengan Caca.

“Kamu tadi ngomong sama siapa?” tanya Dewa.

Caca mengerjap heran melihat tampang suaminya yang mendadak seram. “Tadi? Ya ... yang mana?”

TRAPPED (The PLAYERS 3 - REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang