Ditempat persembunyiannya, Jinhwan menemukan sebuah buku misterius. Buku diary seorang gadis dengan inisial J. Awal Jinhwan membuka lembaran demi lembaran buku diary milik J, dia sudah dimintai permintaan-permintaan aneh yang ditulis oleh sipemilik...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku menjalani kehidupanku seperti biasa, tidak ada yang berubah sama sekali karena tidak ada yang tahu masalah bertubi-tubi yang menimpaku akhir-akhir ini. Aku bahkan sudah tidak pernah melihat batang hidung pria itu, bahkan dilayar tv pun aku sudah jarang melihatnya. Kuharap ia menyesal dengan perbuatannya.
Aku ingin melaporkannya pada polisi, namun aku tidak punya bukti apapun. Lagipula siapa yang akan percaya padaku? Hanya gadis miskin yang ingin menghukum seorang idol tidak mungkin akan menang.
Kejadian malam itu sudah cukup membuatku merasa terpukul dan gagal menjaga calon anakku.
Malam itu, entah bisa dibilang beruntung atau malah sebaliknya karena kedua orang tuaku tidak ada dirumah. Aku pulang dengan darah mengalir dari pangkal pahaku, bahkan rok sekolahku penuh dengan noda darah.
Rasanya, kalaupun aku menyerah untuk hidupku, aku sudah tidak punya lagi sesuatu atau seseorang yang membuatku bertahan untuk hidup. Aku tak punya alasan untuk hidup, bayiku sudah pergi bahkan sebelum lahir kedunia, mengapa ia harus ada jika akhirnya harus pergi dengan cepat?
Tak peduli Tuhan mengutukku, yang jelas aku membenci takdirku yang hidup dengan semua beban yang harus aku pikul sendiri.
Semangat yang selalu menggebu ketika aku belajar dan berjuang untuk menggapai cita-cita kini hanya angan. Untuk apa aku melanjutkan semua ini kalau akhirnya aku harus menjadi sampah. Bahkan aku rasa, aku adalah sampah yang patut dibuang.
Tuhan bahkan tak mengijinkanku untuk meneruskan langkahku, beasiswaku dicabut karena prestasiku yang menurun drastis. Kedua orang tuaku bahkan sampai bertengkar.
Aku memilih keluar sekolah karena tidak mempunyai biaya, lagi pula kedua orang tuaku sudah tua, mana mungkin aku membebani mereka berdua.
Setiap malam, yang bisa kudengar hanya suara keributan dan pekikan ibuku. Tuhan kembali mengujiku, rupanya.
Ayahku pergi pagi pulang pagi hanya untuk menemui selingkuhannya. Ayah yang selalu aku banggakan sekarang berubah seperti monster.
Ia selalu memukul ibuku, menghinanya, bahkan tak jarang ayahku mengatakan kata cerai. Aku sebagai anak hanya bisa mendengarkan tanpa bisa membantu, kurasa aku anak yang tidak berguna. Saat itu psikisku sedikit terguncang.
Dan akhirnya, aku kembali terpukul dengan fakta, orang tuaku memilih untuk berpisah.
Jinhwa tidak bereaksi apapun setelah membaca diary J. Ia sudah terlalu sakit ketika mengetahui penderitaan J seperti apa, dan mengapa sampai saat ini ia tidak tahu nama J yang sebenarnya? Jinhwa ingin membuka semua lembaran kertas yang tertoreh tinta hitam tulisan tangan J tanpa membaca keseluruhannya, tapi ia ingat, ia sudah berjanji pada J.
"Noona, aku ingin melindungimu. Tapi, aku tidak tahu namamu, rupamu bahkan tempat tinggalmu. Ini yang aku sesali, aku tidak bisa berbuat apapun. Tanpa sadar, aku selalu sakit ketika tahu Noona tidak baik-baik saja"lirihnya. Tanpa ia ketahui, dibalik pintu Hanbin mendengar semuanya.
✒✒✒
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.