Turun salju, dulu, Jinnie ingin menikmati salju pertama bersama orang yang ia sayang. Bukan, bukan hanya kekasih, teman atau sahabat pun ia tidak masalah.
Ia ingin berlari dibawah salju, sambil menikmati dinginnya udara pada saat turun salju pertama hingga ia merasa kedinginan lalu mendapat pelukan dari orang yang terkasih.
Ia juga ingin berbagi cerita dengan adiknya, walau nasib mereka berbeda setidaknya ia bisa mendengar kalau Jennie bahagia dengan hidupnya yang baru. Bukankah, tidak selamanya hidup mewah itu bahagia? Bukan, bukan Jinnie mendoakan agar adiknya tidak bahagia, tapi Jinnie hanya takut kalau hidup mewah malah membuat adiknya tidak bahagia. Walau begitu, ia yakin Om dan Tantenya merawat adiknya dengan baik.
Ia juga ingin bertemu bersama orang tuanya, menghangatkan suasana sambil menyesap cokelat panas karena dinginnya musim salju.
Tapi, semua hanya angan. Harapan yang tak pernah usai dan habis dimakan waktu hingga saat ia tak bisa berharap lagi.
Sekarang adalah salju pertama, ia ingin pergi keluar namun dokter Cha bersikukuh melarangnya. Padahal ini keinginan terakhirnya. Sebenarnya ada satu yang paling ia inginkan, menikmati salju bersama J yang selalu ia nantikan. Tapi, ia terlalu malu untuk mengatakan pada dokter Cha maupun mengatakan langsung pada Jinhwan.
Dokter Cha duduk disamping Jinnie, membenarkan wig yang Jinnie kenakan. Wajah Jinnie semakin pucat, ia hanya bisa tersenyum sendu melihat Jinnie yang bertingkah sok kuat padahal ia tahu kalau Jinnie saat ini sedang melawan rasa sakitnya.
Melawan rasa sakit sangatlah menyakitkan, apalagi mengingat Jinnie mempunyai penyakit komplikasi dengan penyakit-penyakit mematikan. Eunwoo, sebagai dokter yang menangani kasus Jinnie pun salut melihat gadis itu masih bisa terlihat baik-baik saja walau adanya gadis itu lebih kesakitan daripada yang lain.
"Dokter, ayolah! Aku mau keluar, sebentar saja, ya ya ya?"rengek Jinnie mengguncang tangan Eunwoo.
"Ew-Kau tahu Jin, kau sangat tidak pantas merengek seperti bayi, itu bukan gayamu lho"ledek Eunwoo, tidak biasanya Jinnie merengek seperti anak kecil. Gadis itu selalu bersikap tenang, jika ada sesuatu yang diinginkan ia cenderung malu untuk mengutarakan, tapi kali ini Jinnie terlihat berbeda. Dimata Eunwoo, hari ini Jinnie terlihat seperti anak kucing yang minta digendong majikannya. Menggemaskan
"Dokterku yang tampan, aku mau lihat salju turun sebelum-aku mati, a-aku tahu umurku tidak lama lagi kan? Aku mohon...biarkan sekali saja"
Rahang Eunwoo mengeras, rautnya wajahnya berubah, tidak ada kelembutan yang terpancar diwajah tampan Cha Eunwoo.
"Jinnie Kim!!"bentak Eunwoo, mengusap kasar wajahnya. Ia tidak suka jika Jinnie sudah menyinggung soal kematian. Siapa yang tahu ajal akan datang bukan? Walau pada kenyataan umur Jinnie dinyatakan tidak lama lagi tapi dokter muda itu tidak mau menyerah atas kesembuhan pasien satunya itu.
"Baiklah, kali ini saya ijinkan. Sebentar.... Saya cari mantel milikmu dulu".
Eunwoo mengambil mantel dari dalam lemari kecil. Memasangkannya pada tubuh ringkih Jinnie, tidak lupa ia juga memasangkan kupluk rajut dikepala Jinnie agar gadis itu tetap merasa hangat.
Eunwoo menggendong tubuh Jinnie, mendudukannya dikursi roda.
"Aku mau ketaman dok"pinta Jinnie. Eunwoo mengangguk, mendorong kursi roda milik Jinnie menuju taman rumah sakit.
Suasana cukup sepi karena dinginnya udara pagi hari, belum lagi dihari pertama turunnya salju membuat semua orang enggan berkeliaran diluar. Hanya ada beberapa pegawai rumah sakit yang berlalu lalang dikoridor.
"Bisa tinggalkan aku sendiri dok?"Jinnie menyentuh permukaan tangan Eunwoo, meminta persetujuan dari dokter pribadinya. Eunwoo menghela nafasnya, lalu mengangguk pasrah. "Nanti saya kesini lagi ya, jangan kemana-mana. Udara dingin tidak baik Jinnie!"
Jinnie menganggkuk, mengibaskan tangannya diudara seolah menyuruh Eunwoo agar segera pergi dari hadapannya.
Eunwoo mendengus, lalu pergi menuju ruang informasi yang menampakan layar berisi cctv.
Tinggal Jinnie seorang diri ditaman, ia menunggu seseorang. Sekian lama ia menantikan pria itu, apa sekarang, sebagai kesempatannya yang terakhir ia bisa bertemu dengannya lagi?
Tes
Satu butir salju jatuh tepat diatas tangannya. Jinnie tersenyum senang, lalu mengambilnya memasukkannya kedalam mulut.
"Tidak terlalu buruk, tapi dingin"komentar Jinnie ketika merasakan dinginnya sebutir salju yang masuk kedala mulutnya.
Disebrang sana, seorang pria berjalan kearahnya sambil menggeleng pelan melihat tungkah Jinnie yang menggemaskan.
"Kenapa makan salju? Kamu mau ice cream?"tawar pria itu, membuka tudung kepalanya lalu menatap Jinnie dengan wajah berseri-seri.
Kim Jinhwan, pria itu datang disaat waktu yang tepat
Bentar lagi tamat
KAMU SEDANG MEMBACA
✅ DIARY NOONA || JINHWAN
FanfictionDitempat persembunyiannya, Jinhwan menemukan sebuah buku misterius. Buku diary seorang gadis dengan inisial J. Awal Jinhwan membuka lembaran demi lembaran buku diary milik J, dia sudah dimintai permintaan-permintaan aneh yang ditulis oleh sipemilik...