Ini pertama kalinya Jinhwan merasa gugup, sangat gugup, melebihi saat ia tampil debut didepan orang banyak.
Dadanya bergemuruh karena gugup sekaligus senang. Sekarang ia berada didalam mobil bersama para adik-adiknya, menuju rumah sakit tempat dokter Cha Eunwoo bekerja.
Mereka semua menggoda Jinhwan, karena Jinhwan lebih terlihat seperti seorang yang ingin mengunjungi kekasihnya. Hal itu semakin membuat Jinhwan semakin gugup walau ia berusaha menyangkalnya.
Jinhwan memeluk buku diary bersampul pink itu, mengelusnya pelan sambil membayangkan seperti apa kira-kira wajah Jinnie Kim, apa persis seperti Jennie?
Perjalanan tak membutuhkan waktu lama, mereka akhirnya sampai. Beruntung hari sudah gelap, tak ada yang curiga, tidak ada wartawan yang berkeliaran saat malam hari membuat mereka bisa bernafas lega walau harus mengenakan penyamaran untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, tidak menutup kemungkinan sebuah kabar selalu menyebar, banyak pasang mata yang memperhatikan mereka.
Mereka memasuki sebuah ruangan yang sudah disediakan perawat yang saat tadi siang memberitahu perihal kepulangan dokter Cha.
Jinhwan menggigit kuku jarinya, kupingnya memerah. Melihat itu, Hanbin menepuk pundak Jinhwan pelan. Semoga kabar baik menantinya.
Pukul sepuluh malam dokter Cha tak kunjung datang membuat semua orang duduk gusar ditempatnya.
Junhoe yang datang sedikit terlambat memasuki ruangan diikuti Jennie dan Lisa dibelakangnya.
"Udah ada kabar?"tanya Jennie pada Jinhwan, Jinhwan hanya menggeleng lemah.
Pintu kembali terbuka membuat Jinhwan sontak berdiri. Seorang pria berjas doker dengan name tag 'Cha Eunwoo' memasuki ruangan.
Rupanya ini dokter Cha.
"Dokter! Dimana Jinnie?!"tanya Jinhwan tak sabaran membuat Eunwoo tersenyum simpul. Semua orang tahu, dari senyuman itu tersimpan kepedihan karena raut wajahnya sama sekali tidak menyiratkan sebuah kabar baik.
"Kamu J kan?"tanya Eunwoo memastikan, Jinhwan dengan cepat mengangguk membenarkan. Benar, ini takdir Tuhan, inisial yang Jinnie mimpikan memang sama dengan dirinya.
"Kamu selangkah lebih dekat rupanya, boleh ikut saya?"ajak Eunwoo. Tanpa basa basi Jinhwan menerima ajakan Eunwoo, meninggalkan semua orang diruang tersebut.
Langkah kaki Eunwoo sedikit tergesa membuat Jinhwan dengan cepat menyusulnya. Mereka memasuki sebuah ruangan, didepan sana, diatas kasur seseorang sedang terbaring lemas.
"Tidak ada waktu lagi, Jinhwan. Jinnie sudah tidak bisa bertahan"buka Eunwoo dengan mata menatap lurus gadis yang sedang terbaring lemah.
Jinhwan mengepalkan kedua tangannya, apa maksudnya?
"Apa maksud anda? Dia baik-baik saja kan?"tanya Jinhwan tidak mengerti. Masalahnya, otaknya saat ini tidak bisa mencerna apa yang baru saja Eunwoo katakan.
Jinhwan berjalan mendekati kasur tanpa memperdulikan doter Eunwoo, ia duduk dikursi samping kasur dengan tangan terulur menggenggam erat tangan Jinnie yang terkulai.
Ini pertemuan pertama mereka, apa harus seperti ini?
Walau ia bukan ahli medis, melihat wajah pucat dengan bibir kering pecah-pecah, Jinhwan tahu kalau Jinnie memang tidak baik-baik saja.
Ada perasaan takut yang menjalar dalam hatinya, takut kehilangan disaat ia mulai memupuk rasa yang entah sejak kapan singgah tanpa bisa ia cegah.
Kedua kelopak mata itu terbuka, mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya tersentak kaget. Tubuh Jinnie bergetar dengan kedua tangan mengepal menutupi dadanya.
Jinnie terserang kepanikkan.
Eunwoo yang memperhatikan mereka dari ambang pintu dengan cepat menghampiri mereka, mencoba menenangkan dengan memeluk Jinnie agar pasien spesialnya itu bisa lebih tenang dan rileks.
"Noona, ini aku J"lirih Jinhwan mengeluarkan buku dari dalam jaketnya.
"Aku Jinhwan, orang yang selama ini kau pikirkan. Kita takdir, inisial kita sama".
Alih-alih merasa senang, raut muka Jinnie kembali panik. Ia menggeleng kuat dengan tangan mencengkram ujung jas Eunwoo.
"Tidak, kita tidak ditakdirkan! Aku-aku tidak ada waktu lagi. Hiks"setelahnya Jinnie menangis dalam dekapan Cha Eunwoo. Jinhwan ingin menggantikan posisi Eunwoo saat ini, memeluk dan menenangkan Jinnie. Tapi ia sadar, ia bukan siapa-siapanya. Lagipula, dokter Eunwoo sangat tahu kondisi Jinnie.
Jinhwan berdiri, hendak pergi. Namun sebuah tangan kurus menahannya, menariknya hingga ia kembali duduk keposisi semua.
Jinnie menatap Eunwoo, mengisyaratkan agar ia ditinggal berdua bersama Jinhwan. Merasa kondisi Jinnie sudah memungkinkan, Eunwoo mengangguk lalu keluar dari dalam ruangan.
Hening dan canggung
Itu yang saat ini mereka rasakan.
Jinnie mengusap buku diarynya dengan senyum getir tercetak diwajahnya. Ia menoleh, mendapati Jinhwan yang terus menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Noona, apapun itu kamu harus kuat. Sekarang ada aku, aku akan selalu ada untuk Noona"ujar Jinhwan lembut. Ia meraih tangan Jinnie, menggenggamnya erat lalu mengecupnya singkat.
"Seyakin itu Jinhwan? Aku sudah gak punya waktu banyak. Kita memang tidak ditakdirkan"lirih Jinnie dengan airmata menggenang dipelupuk matanya.
"Jangan cari aku lagi ya, aku takut... Kamu pulang saja, ini sudah malam".
Jinnie berbalik, memunggungi Jinhwan yang sedang menatapnya sendu.
"Aku sayang kamu, saat baca buku diarymu, perasaan itu tumbuh begitu saja. Kalau boleh jujur, aku menyesal tidak ada disamping Noona saat Noona sedang sedih. Kita tidak bisa meramalkan apalagi merubah takdir, yang kita bisa hanya berusaha dan berdoa. Jangan larang aku, aku pasti akan kesini besok".
"Jangan!! Aku-aku tidak mau kamu sedih. Jangan kesini lagi Hwan, itu kemauan terakhir aku. Hari ini aku sudah cukup bahagia walau bisa melihatmu sebentar saja".
Jinnie berbalik, ia tersenyum dengan airmata terus berlinang.
"Pulang Hwan, aku mohon".
Jinhwan pasrah, ia menyeka air mata Jinnie lalu mengecup keningnya lembut.
"Jangan sedih lagi ya, aku pulang dulu".
"Bye J".
"Bye J".
Jinhwan dan yang lainnya pulang. Ia bertekad esok hari akan menjenguk Jinnie.
Dan siapa sangka, akan menjadi pertemuan terakhir bagi Jinhwan dan Jinnie.
Udah mau ending aja
KAMU SEDANG MEMBACA
✅ DIARY NOONA || JINHWAN
Hayran KurguDitempat persembunyiannya, Jinhwan menemukan sebuah buku misterius. Buku diary seorang gadis dengan inisial J. Awal Jinhwan membuka lembaran demi lembaran buku diary milik J, dia sudah dimintai permintaan-permintaan aneh yang ditulis oleh sipemilik...