01. difficult

6.6K 898 16
                                    

Jam telah menunjukkan pukul 1 dini hari, namun Felix belum bisa memejamkan matanya.

Yah, apalagi kalau bukan menunggu kabar dari Changbin?

Selepas pulang kuliah tadi, Changbin belum mengabari Felix sekalipun. Sudah biasa sebenarnya.

Tapi tetap saja mampu membuat Felix terjaga semalaman.

"Seo changbin akan baik-baik saja kan?" gumam felix sambil menatap langit-langit kamarnya.

Tok. Tok.

Ketukan samar dari jendela kamarnya membuyarkan lamunan felix. Dengan cepat pemuda itu turun dari kasur dan berjalan untuk membuka jendela itu.

"Changbean?" mata felix terbuka lebar saat tahu changbin berdiri di balik jendela kamarnya dengan muka penuh luka.

"Ayo masuk!" felix membuka jendela kamar nya agak lebar lalu menyeret paksa changbin yang masih mematung , sebegitu khawatirnya felix pada nya.

Selagi felix mengambil obat, changbin sibuk bergelut dengan pikirannya sendiri. Felix benar-benar sosok yang sempurna dan perhatian, siapapun akan bertekuk lutut saat melihat kebaikan juga keluguan felix. termasuk dirinya.

Kalau felix mau menerima nya apa ada nya. Mengapa dia tidak?

"Membuat khawatir saja." gumam felix sambil membasahi kapas dengan alkohol. Changbin masih diam.

"Jangan berkelahi lagi." lanjut felix

Changbin mendengus "aku tidak memulainya."

"Tapi kau terpancing emosi." jawab felix lalu menekan luka itu dengan kapas sehingga membuat changbin menggeram rendah karena menahan perih.

"Jadi aku salah?"

Felix memiringkan kepalanya, "jangan diulangi lagi." pungkas felix tanpa berniat menjawab pertanyaan freak yang dilontarkan changbin.

Pemuda itu mengusap pelan pipi tirus changbin "aku sangat menyayangimu." bisik felix.

Well, siapa sih yang tidak tertarik dengan pesona Seo Changbin? Banyak gadis dan pria yang terang-terangan mendekatinya. tapi, siapa sangka?

Felix lah yang mampu merebut hati pemuda keras kepala itu.

Changbin menarik felix ke dalam pelukannya "kau pasti sudah tau jawabannya. Aku juga sangat menyayangimu. Sangat."

"Harusnya kamu pulang ke rumah."

"Kau adalah rumahku. Sesaat setelah kejadian tadi, dipikiran ku hanya ada dirimu. Lee Felix" jawab changbin dengan nada rendah.

Tangan felix terangkat untuk mengusap luka lebam di pipi kanan changbin lalu menatap manik tajam pemuda itu dengan sendu.

"kau boleh kemari. Kapanpun."

"Thank you, i love you so bad."

[...]

ENOUGH | CHANGLIX ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang