Bagian tujuh

150 21 14
                                    

HAPPY READING🌻

Sudah dua hari Caramel dirawat dan dua hari itu juga Caramel belum membuka matanya. Dia masih setia menutup matanya. Dan disaat itulah rasa takut selalu menghampiri Camila.

Tentang Caramel masuk rumah sakit dan dirawat, Aldric, Maisya, dan Razita sudah tau. Maisya dan Razita sempat syok mendengar berita itu. Dan juga berita tentang meninggalnya Nenek Emma.

Sekarang Maisya dan Razita sedang menjenguk Caramel. Tetapi yang dijenguk belum juga membuka matanya.

Maisya menghela nafasnya pelan. "Masih betah tidur Ca?" Tanya Maisya menahan tangis. Tidak tega rasanya melihat tubuh mungil itu terbaring tidak berdaya. Ada banyak bekas sayatan ditangannya.

Maisya menggenggam tangan Caramel yang bebas infus. "Kapan bagun Ca? Gua kangen sama loh." Ujar terisak.

Razita berjalan mendekati Maisya, dia juga sama seperti Maisya merasa sangat sedih. "Udah jangan nangis lagi Sya." Razita menenangkan Maisya.

"Gimana gak nangis,sahabat gua terbaring gak berdaya Riz, gak berdaya!" Ujarnya setengah membentak.

Razita memejamkan matanya. "Gua juga sama kaya luh. Tapi dengan loh nangis, Caramel juga gak akan bangun." Ujarnya mulai terisak.

Mereka berdua berpelukan saling menguatkan satu sama lain.

🍦🍦🍦

Camila duduk diselah branker Caramel. Dia menggenggam tangan Caramel erat. Lalu tiba-tiba saja air matanya turun.

Davin, Aiyaz dan Kenan sudah pulang. Itu pun yang manyuruh Camila. Dia tau bahwa mereka juga butuh istirahat.

Camila memandang muka anaknya. Banyak sekali yang hal yang dia lewati tentang putrinya ini. Ketika sedang memandang muka Caramel,tiba-tiba saja Camila merasa tangan Caramel bergerak.

Camila menatap tangan Caramel lalu kembali menatap Caramel. Dan tak lama Caramel membuka matanya. Tanpa aba-aba Camila memeluk Caramel.

"Sayang apa yang sakit?" Tanya Camila khawatir. Tetapi Caramel tidak merespon, dia malah menatap Mamahnya heran. Kesambet apa Mamahnya menganggil dia sayang?

"Kamu kenapa?" Tanya Camila lagi.

Caramel diam, lalu tak lama dia membuka pembicaraan. "Peduli apa Anda dengan Saya? Dulu Anda sendiri bukan yang tidak mengganggap Saya, tapi kenapa sekarang Anda berubah? Mau cari perhatian Saya?" Tanya Caramel diiringin tawa renyah. Sebenarnya dia tidak tega memperlakukan Mamahnya seperti ini. Tapi dia hanya ingin menguji Mamahnya.

"Maafin kesalah Mamah sayang, maaf. Mamah tau, Mamah bukan Mamah yang baik untuk kamu. Mamah mana yang dengn tega membenci anaknya sendiri. Tetapi sekarang Mamah sadar sayang. Mamah sadar kamu sangat berharga bagi Mamah." Sesalnya dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.

Caramel berusaha untuk tidak menangis tetapi dengan lancangnya air matanya turun begitu saya.

"Jangan nangis lagi sayang maaf." Ujar Camila terisak.

Camila memeluk Caramel erat, Caramel membalas pelukan Mamahnya. Dia tau apa yang dikatakan Mamahnya adalah sebuah penyesalan.

"Maafin Aca juga mah." Bisiknya. Camila hanya mengangguk lalu melepas pelukannya.

"Kamy mau minum?" Tanya Camila. Caramel mengangguk.

Camila mangambil air yang ada dinakas lalu menberikannya kepada Caramel. Caramel meminumnya sampai habis.

Caramel ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang