Bagian enam

171 16 14
                                        

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu, tetapi Caramel belum juga beranjak dari kelasnya. Entah kenapa dia betah berada dikelas lama-lama.

"Mau sampai kapan disini?" Tanya Aldric tiba-tiba.

"Astaga! Ngagetin aja ih!" Kesal Caramel.

"Hehe, lagian siapa suruh disini terus? Gak mau pulang?" Tanya Aldric lagi. Caramel menggeleng.

Aldric menghela nafasnya berat.
"Ngapain si disini? Disini tuh sepi Ra." Ujar Aldric tenang.

"Gak papa. Lagi males pulang gue." Jawab Caramel.

Aldric berjalan ke bangku tempat dimana Caramel duduk. Lalu dia langsung menduduki bangku sebelah Caramel yang kosong.

"Kenapa? Mikirin apa?" Tanya Aldric.

"Perasaan gua gak enak. Gak tau kenapa." Jawab Caramel pelan.

Aldric membulatkan matanya. "Serius? Tapi mungkin cuma perasaan luh doang kali." Ujar Aldric menenangkan. Caramel hanya diam.

"Yaudah ayuk pulang."

"Iya."

Caramel menaiki motor yang dikendarai oleh kekasihnya. Entah kenapa rasanya jika berada didekat kekasihnya dia merasa nyaman.

"Mau kemana dulu?" Tanya Aldric.

"Langsung pulang aja gua cape." Jawab Caramel.

Diperjalanan tidak ada yang memulai pembicaraan. Caramel sedang malas untuk berbicara.

"Udah sampe. Gak mau turun loh?" Suara Aldric mengagetkan Caramel.

"Ish, Al mah ribet!" Kesal Caramel.

"Apa si ko gua si?" Tanya Aldric.

"Luh ganggu gua!" Kesal Caramel.

"Iya, iya. Cewe selalu benar." Ujarnya dengan senyum.

"Ish, dah sana pulang." Suruh Caramel.

"Iya."

Setelah Aldric pergi,Caramel memasuki rumahnya. Kali ini benar-benar sangat sepi.

"Pada kemana si?" Tanyanya pada dirinya sendiri.

Ketika ingin menaiki tangga. Caramel dikagetkan dengan suara handphonenya.

Ting

Bang Kenan.
Ra, ke rumah Nenek. Nenek meninggal Ra.

Caramel membeku seketika. "Gak itu gak mungkin." Batinnya.

Caramel.
Gak usah bercanda gak lucu!

Sedangkan ditempat lain Kenan menghela nafanya kasar.

Bang Kenan.
Buat apa si gua bercanda? Cepat ke sini!

Tanpa menjawab pesan dari Abangnya, Caramel langsung bergegas keluar rumah untuk mencari taksi.

"Pak taksi Pak."

Diperjalanan ke rumah Neneknya, Caramel hanya diam. Dia tidak menangis. Tetapi kenapa dadanya terasa begitu sesak sekali.

"Makasih Pak."

Caramel berjalan memasuki rumah Neneknya. Dan benar dirumah Neneknya sangat ramai. Ketika memasuki rumah yang dia lihat pertama adalah mayat Neneknya.

Caramel bingung, padahal tadi pagi Neneknya baik-baik saja, tetapi kenapa sekarang begini? Sungguh dia tidak sanggup menghadapi kenyataan pahit ini.

Caramel duduk diselah mayat Neneknya. Dia kembuka kain yang menutupi wajah Neneknya. Pucat sangat pucat. Caramel hanya menatap dia enggan untuk memegang mayat Neneknya.

Caramel ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang