HAPPY READING!♡
🌹
Pagi-pagi sekali Caramel sudah terbangun. Dia tidak mau telat di hari senin. Masalah kedatangnya di kediaman keluarganya, semua sudah tahu dan sudah mulai ada yang mengajak dia mengobrol jadi dia tidak kesepian. Orang itu adalah Aiyaz, Abangnya.
Caramel berjalan ke tempat makan. Ternyata disana sudah ramai. Caramel berjalan ke arah tempat duduk. Semua anggota keluarganya melirik ke arah Caramel dengan tatapan berbeda-beda.
"Hai!"serunya pelan. Tetapi tidak ada yang menjawab satu pun. Semuanya pun melanjutkan makanannya masing-masing. Ada rasa kecewa.
Karena tahu ada perbedaan dari wajah Adiknya, Aiyaz bangkit dari kuris lalu berkata, "Hai juga, sayang. Sini duduk di sebelah Abang aja." Ujar Aiyaz sambil mengecup Caramel. Caramel yang diperlakukan seperti itu tersenyum tipis. Ada sedikit perubahan. Sedikit demi sedikit semuanya mulai berubah.
Caramel mengambil bangku lalu dia duduk di sebelah Aiyaz. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Sepi, sangat sepi.
"Papa ke kantor duluan, ya." pamit Abiyu-Papa Caramel.
"Iya, Mas. Hati-hati." jawab Camila.
"Aiyaz, Kenan, ayo habiskan makanannya. Nanti kalian telat." omel Camila.
"Iya, Ma." jawab mereka serempak.
Mereka segera menghabisi makanannya lalu setelah itu berpamitan.
"Aku berangkat, Ma." ujar Aiyaz dan Kenan bersamaan.
"Hati-hati, sayang." ujar Camila.
Camila menatap Caramel yang menunduk. "Ngapain kamu masih disini? Sana ikut Abang kamu." ujar Camila. Caramel langsung berjalan keluar rumah.
"Kenapa, Ra?" tanya Aiyaz.
"Gapapa." jawab Caramel pelan.
"Yaudah ayo masuk nanti telat lagi." Ujar Aiyaz lagi. Caramel hanya mengangguk lalu masuk ke dalam mobil.
Diperjalanan Caramel hanya diam dan menatap ke arah jendela. Dia masih merasakan sesak di dadanya. Mamanya selalu seperti itu. Caramel memejamkan matanya. Mencoba untuk menenangkan dirinya.
"Kenapa lagi?" tanya Aiyaz.
"Gapapa, Bang."
"Dari tadi gapapa terus. Jawab jujur aja si, kenapa?" tanya Aiyaz lagi. Caramel hanya menggeleng. Aiyaz menghela nafasnya berat.
Kenan menatap Adiknya dengan tatapan sesak. Dia juga baru menyadari kondisi tubuh Caramel. Lebih kurus dan pucat.
Kenan memejamkan matanya. "Caramel."
Caramel menoleh. "Apa?"
"Kamu beda." Ujar Kenan pelan.
"Apanya si? Gue gak beda." elak Caramel. Dia tau Abangnya menyadari keadaannya. Kenan hanya tersenyum getir. Adiknya berubah.
"Gak usah ngelak deh." ujar Kenan lagi.
"Emang kalian peduli dengan gue? Gak ada kan? Jadi plis gak usah sok peduli. Gue tahu kalian baru menyadari. Udah basi. Gak ada yang perlu minta maaf." ujarnya sambil menatap Kenan.
"Maaf, gue tau gue bukan Abang yang baik buat lo. Hanya maaf yang bisa gue ucapin." ujar Kenan.
"Gak ada yang perlu dimaafin. Gue udah maafin kalian, tapi gak segampang gue bicara. Kalo gue boleh jujur, gue benci sama kalian. Benci. Disaat gua sulit, kalian malahan gak pernah ada buat gue." ujar Caramel dengan mata berkaca-kaca.

KAMU SEDANG MEMBACA
Caramel ✔
Fiksi PenggemarCaramel dengan hidupnya yang penuh penderitaan dan luka yang tak jua berkesudah. Note: Tidak suka? Jangan kamu baca