Bagian tujuh belas

126 8 1
                                    

Aldric tidak bohong. Hari ini dia membawa Caramel ke rumahnya. Sekarang Aldric sedang dalam perjalanan ke rumahnya.

"Pegangan. Kenapa gk pake jaket? Ini panas." Oceh Aldric.

"Malez, gerah." Rengek Caramel.

Aldric menghembuskan nafasnya kasar. Memang perempuan selalu benar.

Ketika sudah sampai dirumahnya, Caramel langsung turun lalu berlari ke arah Airin yang sedang menyiram bunga.

"Jangan lari nanti jatoh." Teriak Aldric. Tetapi apalah daya Caramel gadis yang keras kepala.

"Aduh!" Teriaknya kesakitan.

Aldric berlari ke arah Caramel sama halnya dengan Airin. Dasar gadis ceroboh.

"Kan gua udh bilangin masih aja ngeyel." Omel Aldric.

"Kamu mah orang jatuh malah diomelin." Ujar Airin sambil membantu Caramel bangun.

Airin membawa Caramel kedalam. Ketika sudah sampai Caramel langsung didudukan ke sofa.

"Ambilin p3k sana." Suruh Airin. Aldric menurut.

"Kamu kenapa lari coba kan jatuh." Tegur Airin. Caramel hanya menyengir

"Aku kangen sama Tante abisnya. Baru pengen peluk eh malah jatuh." Jawabnya jujur. Memang sudah lama Caramel tidak main ke sini.

"Ceroboh aja." Celetuk Aldric tiba-tiba.

Caramel menyubit perut Aldric.

"Sakit anjir." Teriak Aldric.

Airin dan Camila tertawa.

"Udah sini. Mamah mau obatin nanti keburu infeksi."

Airin mulai mengobati luka Caramel sambil mengobrol. Hati Aldric tenang. Bahagia juga melihat Mamahnya dan kekasihnya akur.

"Kamu udah makan belum?" Tanya Airin.

"Belum," jawabnya menyengir.

"kita masak gimana?" Usul Airin.

"Boleh."

"Sok bisa masak." Ejek Aldric.

"Bodo."

Airin dan Caramel pun segera ke arah dapur untuk mulai memasak. Airin dan Caramel sangat dekat maka dari itu Caramel tidak pernah malu untuk datang hanya untuk sekedar mampir.

"Selesai juga." Seru Caramel gembira. Yang hanya dibalas senyuman oleh Airin.

Mereka segera ke meja makan untuk segera merasakan masakannya. Mereka mulai memakan makanannya. Sesekali mereka tertawa karna tingkah Aldric.

"Enak juga ya." Seru Aldric sambil melirik Caramel.

Caramel tersenyum bangga. "Iya dong." Jawabnya percaya diri.

"Iya dong, mau jadi calon menantu Tante harus bisa masak." Seru Airin dengan senyum.

Seketika Caramel merasa gugup karna ucapan Airin. Tapi ada bahagai juga.

"A-pa si, Tante." Ujar Caramel gugup.

"Gk usah gugup kali." Ledek Aldric.

Caramel membuang mukanya. Ketahuan deh kalo dia lagi gugup ditimpah malu.

"Udah deh kamu gk usah ledekin menantu, Mamah terus." Omel Airin.

"Rasain." Ledek Caramel balik.

"Ini udh sore kamu gk pulang? Gk dicariin, Ra?" Tanya Airin.

"Eh, iya Tante nanti abis ini aku pulang."

"Tante gk ngusir ya, cuma nanya." Ujar Airin, terkekeh.

"Iya, Tante."

Setelah selesai makan, Caramel berpamitan pulang.

"Hati-hati ya sayang." Ujar Airin lalu mencium kening Caramel.

"Iya, Tante. Tante juga." Jawab Caramel sambil tersenyum.

"Anak orang aja disayang. Anak sendiri diomelin." Sindir Aldric.

"Ceritanya ada yang cemburu nih, haha?" Tanya Airin disertai tawa.

Aldric menatap Mamahnya kesal. "Ayo pulang." Ajak Aldric sambil menatik tangan Caramel pelan.

Airin menggeleng-gelengkan kepalanya karna tingkah anaknya.

"Naik, pegangan." Suruh Aldric.

Caramel hanya menganguk.

🍦🍦🍦

Ini part Caramel ama mamernya wkwk😂

Caramel ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang