Caramel berjalan sambil bersenandung kecil. Entahlah, hari ini dia sangat bahagia. Ketika sudah sampai dikelas Caramel langsung mendudukkan bokongnya.
Keadaan kelas sudah ramai. Karena 15 menit lagi akan bel. Tapi ada yang aneh. Tadi dia tidak melihat Aldric.
"Oy." Seru Razita.
Caramel mendongak mengerutkan alisnya tanda dia bingung.
"Tumben gk sama pacar lo? Kemana dia? Razita bertanya.
"Gk tau gua juga. Tadi gk ketemu diparkiran." Jawab Caramel.
"Apa dia sakit ya? Tumben banget dia gk ada." Ujar Caramel pada dirinya sendiri.
Bel sudah berbunyi semua murid langsung duduk ditempatnya masing-masing.
"Keluarkan buku paket matematika kalian lalu kerjakan halaman 128 sampai 135." Ujar Pak Budi- Guru matematika. Pak Budi termasuk guru killer. Tidak ada yang berani melawan guru itu.
Caramel mendesah. Sungguh dia tidak suka pelajaran matematika. Memusingkan rasanya dia ingin muntah bertemu dengan angka-angka.
"Sekalian aja sampe abis." Kesal Maisya.
"Tidak ada yang berbicara. Cepat kerjakan!" Ujar Guru itu tegas. Semua langsung mengerjakan.
🍦🍦🍦
"Pusing gua anjir." Ujar Caramel frustasi.
"Udah gk usah dipikirin. Sekarang kan udah istirahat. Gua mau makan cabe yang banyaklah biar pusing gua ilang." Ujar Maisya bersemangat.
Dia antara mereka bertiga hanya Maisyalah yang suka pedas. Sangat pedas, sedangkan yang lain tidak. Karena anak membuat mereka buang air terus.
"Nanti buang air terus aja terus marah-marah sendiri hahaha." Ujar Caramel disertai tawa.
Razita yang mendengar itu juga tertawa. "Tau, nanti mah marah-marah sendiri. Kek orang gila." Ledek Razita disertai tawa.
Maisya menatap Caramel dan Razita tajam. Lalu meninggalkan mereka berdua.
"Woy! Tungguin!" Teriak Razita heboh. Sampai semua murid menatap Razita.
Caramel meringis mendengar teriakkan Razita. Seperti toa. Razita memang kalem, tapi jika sudah berteriak akan membuat gendang telinga siapaa pun pecah.
"Berisik." Kesal Caramel sambil menutup telinganya.
"Hehehe, udah ayo samperin Maisya. Maisya ngambek njir. Gua rasa lagi PMS tuh anak." Oceh Razita.
Caramel memutar bola matanya malas. Lalu menarik tangan Razita.
Mereka berdua menghampiri Maisya yang sedang duduk dibangku sendirian dengan air putih yang sedang dia minum. Tidak biasanya Maisya begitu. Caramel ingin bertanya tapi dia urungkan.
Caramel sudah merasakan ada yang berbeda dari Maisya.
"Woy, bengong aja. Tadi katanya mau makan cabe yang banyak. Amna ko gk ada?" Ujar Razita sambil menepuk punggung Maisya.
"Astaga! Kaget gua! Gk jadi gk mood." Ujar Maisya.
"Piss." Ujar
Caramel berdiri lalu duduk disebelah Maisya. "Kenapa? Gk biasanya lo begini?" Ujar Caramel menatap Maisya. Tapi Maisya memalingkan mukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caramel ✔
FanfictionCaramel dengan hidupnya yang penuh penderitaan dan luka yang tak jua berkesudah. Note: Tidak suka? Jangan kamu baca