MAAF KALO ADA TYPO. YANG GK SUKA CERITANYA SILAHKAN MENJAUH😸
HAPPY READING!😸
🍦
"Besok kamu ke rumah Papa kamu, Ca." ujar Emma."Iya, Nek."
"Kalo gak kuat disana, kamu bisa telfon Nenek. Nanti Nenek jemput kamu." ujar Neneknya.
"Aku kuat-kuatin, Nek." kekeh Caramel.
"Terserah kamu nanti kalo ada apa-apa Nenek khawatir, Ca." ujar Neneknya sambil menatap Caramel.
"Nenek tenang aja ya. Aca bisa jaga diri ko lagian kan itu di rumah Papa ini dan juga ada Abang." ujar Caramel sambil memegang tangan Neneknya. Dia tau Neneknya khawatir.
"Yasudah Nenek ke toko kue dulu ya. Mau pantau toko
Gak lama ko." ujar Emma lalu keluar dari kamar Caramel.Caramel berjalan ke tempat meja belajar. Dia pusing dengan hidupnya. Hidupnya terlalu rumit dan di tambah lagi besok dia akan tinggal di rumah Papanya.
Walaupun hanya satu bulan, tapi sungguh dia tidak betah. Disana dia hanya akan diam seperti orang bodoh. Tidak ada satu pun keluarganya yang mau berbicara dengan dia. Sedih bukan?
Bayangkan saja jika kalian di posisi Caramel. Bagaimana rasanya tidak dianggap kehadirannya, tidak diperdulikan, selalu di kucilkan oleh keluarganya sendiri. Sakit bukan? Itulah yang selalu Caramel rasakan. Tetapi dia selalu tersenyum, tapi bukan senyum bahagia itu senyum palsu.
"Huh, capek gue tuh." ujar Caramel frustasi.
Baru saja ingin memejamkan mata tiba-tiba dia di kagetkan dengan pintu kamarnya yang terbuka.
"Halo Cara istrinya Justin Bieber datang!" teriak Razita cempreng.
"Berisik!" kesal Caramel sambil menatap Razita tajam.
"Hehehe bejanda, Ra. Bejanda." kekeh Razita.
"Becanda bego bukan bejanda." sahut Maisya sambil menimpuk Razita dengan bantal.
Razita dan Maisya pun berjalan menuju kasur. Ya, tujuan mereka kesini untuk menumpang tidur. Dasar teman tidak tahu malu.
"Enak ya serasa di rumah Nenek." sindir Caramel.
"Elah kaya gak tau gue aja lo, Ra." sahut Maisya.
"Enggak tahu malu kalian tuh." Ujar Caramel sambil terkekeh.
Maisya dan Razita tidak menganggapi ucapan Caramel. Bagi dia untuk apa menganggapi toh Caramel juga sudah tahu kebiasaan mereka.
"Besok gue di rumah Papa." ujar Caramel pelan.
"Hah? Terus ko cepat banget si padahal gue kan mau nginep disini." ujar Maisya.
"Cara emang betah disana?" tanya Razita sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Ya kagaklah. Gue sebenernya males tahu kalo bukan Nenek yang suruh mungkin gue udah nolak, Zit." ujar Caramel pelan.
"Terus gimana? Lo kan harus cek up setiap seminggu sekali. Pasti mereka gak akan izinin lo." ujar Maisya sambil menatap Caramel.
"Kan ada Nenek. Pasti kalo ada Nenek mereka izinin ko. Tapi nanti kalian pasti gak bisa ke sana dan gue sendirian." ujar Caramel melas.
"Gak usah dimelas-melasin, Ra. Btw kita kan masih bisa ketemu di sekolah. Oneng emang bukan teman gue dah." ujar Razita.

KAMU SEDANG MEMBACA
Caramel ✔
FanfictionCaramel dengan hidupnya yang penuh penderitaan dan luka yang tak jua berkesudah. Note: Tidak suka? Jangan kamu baca