Aku tiba kira-kira dua puluh menit lebih cepat dari waktu yang telah dijanjikan. Sebenarnya aku ini tipe orang yang mepet-mepet kalau janjian—ayahku dulu sering menegurku soal ini waktu aku masih tinggal bersama mereka dan sekarang ketika aku sudah mandiri malah giliran Temari yang menggantikan peran ayahku, huft—jadinya ketika aku datang jauh lebih cepat begini, itu artinya aku sedang gugup.
Lebih tepatnya benar-benar gugup. Sangat.
Bukannya apa-apa tapi karirku bisa saja dipertaruhkan di sini. Apakah aku masih dapat bekerja di Futaba Hoikuen? Atau apakah aku harus hengkang dari Futaba Hoikuen dan kehilangan karirku di bidang ini untuk selama-lamanya? Semuanya bergantung pada wanita yang tak lama lagi akan kutemui ini.
Setelah menerima e-mail dari Kurenai-sensei, tanpa basa-basi aku mengirim balik pesan bahwa aku bersedia bertemu dengan Haruno-san. Kurenai -sensei pun membalas dengan memberikanku alamat e-mail Haruno-san dan aku harus menghubunginya untuk masalah detail kapan-kapannya.
Aku pun tanpa berpikir panjang segera mengirim e-mail pada Haruno-san dan, singkat cerita, kami janjian untuk bertemu pukul 2 siang di sebuah kafe dekat Universitas Kiri, tempat wanita itu berkuliah.
Walaupun hari ini hari minggu tapi kafe ini tidak begitu ramai, mungkinkah karena universitas libur pada hari minggu seperti sekolah-sekolah biasa? Entahlah. Termasuk aku, hanya ada 3 meja yang terisi dari sekitar... ehm... 9 meja yang ada di kafe yang tidak terlalu besar ini. Pegawai hall yang ada pun sepertinya hanya 3 orang; masing-masing sebagai kasir, barista, dan pelayan.
Suara televisi yang menyala di ujung sana menjadi latar belakang suasana kafe. Saat ini televisi tersebut kulihat sedang berada pada channel musik, yang memutar music video dari DJ bertopeng yang sedang populer di kalangan anak muda saat ini. Aku tidak begitu mengikuti genre musik elektronik tapi lagu ini lumayan enak juga. Hmm, apa ya judulnya? Aku jadi penasaran. Mungkin sebaiknya aku cari di google.
Aku sedang mengetik penggalan lirik lagu yang kudengar tadi di kotak pencarian google ketika suara seorang wanita mengalihkan perhatianku.
"Yamanaka-sensei, maaf aku baru datang. Apa kau sudah lama menunggu?"
"Haruno-san!" Aku melirik jam yang ada pada layar iPhoneku. Masih lima belas menit sebelum jam 2. Wow. Ternyata Haruno-san tipe orang yang datang lebih cepat saat janjian. Untung aku tiba lebih dulu. Setidaknya ini permulaan yang baik untuk sesuatu yang akan mempertaruhkan nasib karirku.
Aku segera berdiri menghadapnya. "Tidak, tidak, aku juga baru saja datang. Mungkin sekitar 5 menit yang lalu. Silahkan duduk, Haruno-san."
Kami berdua pun duduk di kursi yang saling berhadapan. Haruno-san memanggil pelayan tanpa melihat menu terlebih dahulu, sepertinya wanita ini sudah sering datang kemari. Kudengar ia memesan creamy mocha dan strawberry muffin sebelum menoleh padaku.
"Apa ada yang ingin dipesan?" tanyanya dengan senyum.
Aku menggeleng pelan. "Ah, aku cukup ini saja," kataku sambil menunjuk pada red smoothie yang telah kupesan sebelumnya.
Setelah pelayan itu pergi, Haruno-san kembali menatap ke arahku. "Nanti kalau ada lagi yang ingin dipesan, langsung panggil pelayan saja ya. Apapun gratis kok soalnya aku yang bayar. Nanti minumanmu juga biar aku yang bayar."
Aku cukup terkejut juga dibuatnya. "Eh, tidak usah! Tidak apa-apa, biar aku sendiri saja!"
"Tidak, tidak, biar aku yang bayar. Aku cukup memaksa. Soalnya aku juga yang sudah membuat Yamanaka-sensei datang menemuiku di hari libur seperti ini."

KAMU SEDANG MEMBACA
Coming Home to You
Fiksi PenggemarYamanaka Ino, seorang guru di Futaba Hoikuen, merasa penasaran dengan salah satu anak murid favoritnya yang bernama Haruno Sarada. Anak itu memang telah menarik perhatiannya sejak awal karena wajahnya yang manis dan sikapnya yang penurut, tapi bagai...