Chapter 11

2.6K 287 49
                                        


Aku menyandarkan kepalaku pada jendela bus, menatap bayangan wajahku sendiri yang samar-samar terpantul pada permukaan jendela tersebut. Namun mataku tak benar-benar melihatnya, semua karena pikiranku tengah terdistraksi. Apa yang baru saja kualami saat itu di rumah sakit kembali terngiang-ngiang di dalam benakku.

Tak lama setelah aku memutuskan sambungan dengan Tenten, aku melihat sosoknya datang berjalan cepat sambil melambai-lambaikan tangannya ke arahku. Aku pun membalasnya, juga membiarkannya terus berjalan hingga berhenti di depanku.

"Dimana Haruno-san?" tanyanya sambil melihat ke sekeliling, nampaknya berusaha mencari keberadaan Sakura-san.

Aku menunjuk pada belokan koridor di belakangku dengan ibu jari. "Sakura-san ada disitu tapi kayaknya masih menelepon deh."

Lalu kami berdua pun kompak menatap ke arah yang sama. Entah ini cuma kebetulan atau tidak, sosok Sakura-san tiba-tiba saja muncul dari arah belokan tersebut dan tatapan mata kami pun bertemu. Kurasa ia cukup terkejut melihat keberadaan kami di sini jika melihat ekspresi di wajahnya.

Tenten segera saja menyapa Sakura-san dan menyampaikan maksud kedatangan kami kemari, sedangkan aku hanya diam memperhatikan mereka berdua, sama sekali tidak mengatakan apapun.

Sakura-san lalu mengantar kami berdua ke ruangan tempat Sarada dirawat inap. Sayangnya, Sarada masih tertidur pulas ketika kami tiba di kamarnya. Berhubung jam besuk juga sebentar lagi akan berakhir, aku dan Tenten memutuskan untuk kembali pulang saja dan datang lagi lain di waktu agar tidak mengganggu Sarada yang sedang beristirahat. Kami pun pamit dengan tak lupa memberikan keranjang buah serta gantungan origami pada Sakura-san untuk diberikan pada anaknya.

Setelah itu, aku memutuskan untuk pulang menggunakan bus kota saja daripada menaiki kereta bawah tanah bersama Tenten. Entahlah, pokoknya aku seperti ingin mengganti suasana saja. Memandangi suasana malam kota Kiri dari balik jendela bus terdengar jauh lebih menarik daripada kereta bawah tanah yang tidak memiliki pemandangan apa-apa.

Terlalu membosankan.

Apalagi saat ini aku butuh penyegaran. Benakku masih cukup terdistraksi semenjak tadi. Bahkan hingga Tenten pun menyadarinya—ia sempat bertanya apa aku tidak apa-apa sebelum kami berpisah jalan tadi, atau mungkin ini hanya gara-gara aku mendadak tidak ingin naik kereta? Entahlah. Aku jadi sulit berpikir saat ini.

Bagaimana tidak sulit jika pembicaraan Sakura-san dengan lawan bicaranya di telepon yang tadi sempat kucuri dengar terus saja terbayang-bayang di dalam benakku?

Meskipun terdengar pelan, aku yakin sekali aku mendengar nama Sasuke disebut olehnya. Aku yakin sekali ia memanggil lawan bicaranya dengan nama itu.

Sosok seseorang yang langsung terlintas di benakku saat mendengar nama itu disebut hanyalah sang leader dari The Falcons, Uchiha Sasuke.

Apa Sakura-san memang berbicara dengan Sasuke The Falcons di telepon? Tapi itu rasanya tidak mungkin... habisnya mereka membicarakan hal yang pribadi. Setahuku, acara kunjungan orang tua di hoikuen waktu itu adalah pertama kalinya Sakura-san bertemu Sasuke The Falcons. Apakah mereka menjalin hubungan setelah itu? Soalnya Sakura-san kan fans beratnya Sasuke.

Tapi tidak mungkin juga Sakura-san sampai bisa berkonsultasi hal yang sangat pribadi tentang Sarada dengan seseorang yang baru dikenalnya selama tidak lebih dari dua bulan saja, seandainya mereka punya hubungan khusus sekalipun.

Lagipula aku juga ingat Sakura-san menyebutkan hal yang sangat aneh saat menelepon orang itu... seperti bagaimana Sarada tidak tercatat secara resmi sebagai anggota keluarga dari orang tersebut.

Coming Home to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang