"Jadi, apa sudah ada kabar lagi dari Uzumaki-san tentang Neji yang katanya mau datang ke hoikuen?"
Temari tiba-tiba bertanya padaku tanpa memalingkan wajahnya dari majalah selebritis yang sedang dibacanya, membuat perhatianku teralih dari layar televisi yang saat ini sedang kutonton.
Seperti biasa sahabatku ini datang berkunjung ke kamar apartemenku setiap kali suaminya pulang larut. Anak tunggal mereka, si Shikadai yang akan berusia 2 tahun, sudah tertidur di kamar tamu. Saking seringnya ibu dan anak ini mengunjungiku sampai-sampai kamar tamu yang biasanya kujadikan ruangan untuk melakukan yoga nampaknya sudah menjadi kamar tidur untuk anaknya.
"Belum," jawabku, menatap kembali layar televisi yang tengah menayangkan liputan pariwisata pemandian air panas di wilayah Kaminari. "Uzumaki-san sama sekali nggak menyebutkan apapun tentang itu dan lagipula aku juga nggak enak kalau mau bertanya padanya. Padahal tinggal 2 minggu lagi acaranya, mungkin Neji nggak bakalan jadi datang."
"Hm, begitu. Tadinya kalau ada kabar Neji benar akan datang, aku rencananya ingin ikut ke hoikuen juga. Lumayan bisa lihat dan ketemu dengan orangnya langsung. Yah, sekalian lihat-lihat juga siapa tahu tahun depan aku mau mendaftarkan Shikadai kesana."
"Sayang sekali sih kemarin kau tidak bisa datang. The Falcons itu orangnya seru-seru banget tahu."
"Iya, iya, aku tahu. Kau sudah bilang itu beberapa kali, Ino. Sampai bosan aku mendengarnya."
Aku cemberut. "Habisnya bagaimana ya... sampai sekarangpun masih keingetan terus sih. Sampai-sampai kebawa mimpi segala, hahaha."
Itu benar. Padahal sudah seminggu berlalu sejak aku bertemu dengan The Falcons tapi hypenya masih tetap terasa sampai sekarang. Bahkan aku masih tetap sulit percaya kalau mereka sekarang telah mengenalku secara personal dan begitu juga sebaliknya. Mereka tahu aku ada. Sai tahu aku eksis dan aku adalah penggemar beratnya.
Dan sampai sekarang pula aku agak menyesal tidak meminta kontak pribadi Sai... kalau iya kan siapa tahu kita bisa menjadi dekat gimana gitu.
"Duh, mulai lagi deh itu mukanya nggak kekontrol. Apalagi yang dipikirkan kalau bukan Sai The Falcons?" Temari menggodaku, membuatku cemberut lagi.
"Apa sih, Temari... Aku nggak sebegitunya tahu."
"Tenang, tenang. Seorang fans jadi pacar idolanya itu bukan hal yang mustahil kok. Yang penting bersabar dulu. Nanti juga kalau jodoh bakal ada kesempatan untuk bertemu lagi."
"Ya ampun, apaan sih! Aku nggak pernah kepikiran sampai kesana kali!" Eh, tapi aku jadi ingat kalau aku pernah bermimpi menikah dengan Sai—sampai kapanpun aku tidak akan pernah cerita soal itu ke Temari nanti bisa-bisa aku digoda habis-habisan. "Bisa berteman saja itu sudah seperti sebuah keajaiban."
"Jodoh kan siapa yang tahu?"
"Iya sih, tapi aku sudah cerita padamu kan kalau manajemennya mereka itu melarang mereka punya pacar serius?" mulaiku, "seandainya aku dan Sai katakanlah saling suka dan punya kesempatan untuk pacaran, aku juga akan pikir-pikir lagi kalau sampai harus pacaran sembunyi-sembunyi dengannya. Ditambah lagi kalau pacarku itu artis terkenal yang super sibuk, jadinya mau bertemu saja pasti sulit, apalagi jalan bareng kayak orang pacaran yang normal. Belum lagi kalau dia kena skandal dengan cewek lain sesama artis misalnya, aku pasti tidak akan kuat deh."
Temari akhirnya melihat ke arahku, mempertimbangkan semua kata-kataku. "Ada benarnya juga sih."
"Terus ya," kataku lagi, "kalau hubungan kami ketahuan aku membayangkannya pasti media akan heboh mencari-cari tahu siapa aku sebenarnya, apalagi kautahukan betapa keponya akun-akun gosip di media sosial? Nanti viral deh berita tentangku yang cuma orang biasa dan cuma seorang fans bisa-bisanya sampai pacaran dengan artis idolanya. Kalau begitu jadinya aku bisa dibully seluruh Falconers di dunia maya, 'memangnya aku ini siapa?', 'kenapa aku bisa sedangkan mereka tidak?', pokoknya yang seperti itu lah. Hidupku bakal jadi tidak tenang nantinya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Coming Home to You
FanfictionYamanaka Ino, seorang guru di Futaba Hoikuen, merasa penasaran dengan salah satu anak murid favoritnya yang bernama Haruno Sarada. Anak itu memang telah menarik perhatiannya sejak awal karena wajahnya yang manis dan sikapnya yang penurut, tapi bagai...