Chapter 12

2.4K 291 51
                                    

"Oh, halo, Sasuke?" ucapnya tiba-tiba. "Iya ini aku, Naruto. Apa kau sekarang sedang sibuk?"

Detakan jantungku terasa semakin menjadi-jadi sekarang. Entah kenapa nyaliku mendadak menciut dan benakku berteriak kalau ini bukan ide yang bagus.

Tapi aku tidak mungkin lari. Aku sudah bertekad semalaman untuk melakukan ini.

"Nggak, nggak apa-apa. Cuma ini... sekarang ini ada seseorang yang ingin berbicara denganmu, katanya ada urusan yang sangat urgent yang harus dia bicarakan denganmu. Aku serahkan langsung padanya ya?"

Uzumaki-san pun mengarahkan iPhone miliknya di antara kami, lalu menekan tombol loudspeaker. Kedua mata birunya secara tersirat mengatakan padaku untuk segera berbicara.

Aku menegukkan ludahku.

"Halo, Sasuke? Ini Yamanaka Ino, pengasuh Boruto di hoikuen, apa kau masih mengingatku?" mulaiku cepat tanpa jeda.

"...ya, aku ingat." Suara berat yang terdengar familiar namun juga tidak secara bersamaan kemudian terdengar dari speakernya.

Hanya itu yang dia katakan. Ia sama sekali tidak melanjutkan berkata apapun dan ini membuatku berpikir kalau ia sedang menungguku untuk mengatakan alasan utamaku menghubunginya. Tidak ada lagi basa-basi yang harus aku ucapkan. Langsung saja pada poinnya.

Aku menghela napas dalam.

"Sasuke, kau itu ayah kandungnya Haruno Sarada, ya kan?"

Tidak ada suara balasan yang terdengar dari iPhone Uzumaki-san, tapi dari layar terlihat bahwa teleponnya masih tersambung. Hal ini membuatku secara refleks melirik ke arah Uzumaki-san. Pria itu kulihat masih menatap layar dengan alis yang sedikit terangkat.

Perhatianku pun kembali pada iPhone di tangan Uzumaki-san.

"Sasuke?" sahutku kemudian.

Ada jeda beberapa saat sebelum akhirnya kudengar sebuah balasan. "...kaubilang apa?"

Cepat-cepat aku segera membalas, "Haruno Sarada, anak perempuan teman Boruto yang waktu itu datang bertemu The Falcons saat acara kunjungan orangtua... kau adalah ayah kandungnya, bukan?"

"Aku tidak mengerti apa yang kaubicarakan."

Aku sedikit terhenyak. Apa aku salah? Tidak, tidak mungkin kan. Mungkin Sasuke hanya tidak ingin mengaku saja. Siapapun juga tidak akan langsung mengaku saat rahasia besar yang dipegangnya terekspos, ya kan?

Karena itu aku masih berusaha menekannya. "Aku tidak sengaja mendengar Sakura-san, ibunya Sarada, sedang menelepon seseorang bernama Sasuke di rumah sakit dan dari apa yang Sakura-san katakan, aku yakin kalau Sasuke yang dimaksud adalah Sasuke The Falcons—yaitu tidak lain dan tidak bukan adalah kau."

Aku berhenti sejenak sebelum melanjutkan, "lalu aku juga dengar Sakura-san menyebutkan bahwa Sasuke—kau tidak tercatat sebagai anggota keluarganya Sarada dan kau tahu apa yang juga tidak tercantum dalam dokumennya Sarada di hoikuen?"

Sama sekali tidak ada respon apapun darinya.

"Data ayahnya," lanjutku, menjawab pertanyaanku sendiri. "Tidak ada satupun data ayahnya yang tercatat pada dokumennya Sarada. Karena itu, jika dihubungkan kembali dengan apa yang dikatakan Sakura-san saat menelepon itu, semuanya terasa sangat pas. Apalagi saat kuperhatikan baik-baik dan kubandingkan, wajah kalian berdua sangat mirip bagaikan ayah dan anak yang memang memiliki hubungan darah. Fisik memang sulit untuk dibohongi."

Lagi-lagi tidak ada respon.

"Sasuke, kalau kau hanya diam saja seperti ini... itu berarti aku benar kan?"

Coming Home to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang