Ketika tidak ada hal yang menarik di hidupmu, waktu entah kenapa terasa berlalu lebih cepat.
Tiba-tiba saja sekarang sudah masuk pertengahan bulan Juli, atau dengan kata lain, sudah memasuki pertengahan musim panas. Hari-hari dimana siang hari akan berlangsung lebih lama dari biasanya, dengan matahari yang bersinar terik ditambah kelembaban yang tinggi, membuatmu tidak berhenti berkeringat jika harus beraktivitas di luar ruangan.
Juga hari-hari dimana malam hari pun masih terasa amat gerah, membuatmu tidak akan bisa tidur dengan nyenyak jika tidak menyalakan AC ruangan. Tapi di sisi lain, menyalakan AC semalaman setiap hari sama artinya dengan tagihan listrik bulananmu akan membengkak setidaknya dua kali lipat lebih dari biasanya.
Belum lagi kalau sudah turun hujan. Hujan di musim panas biasanya bisa berlangsung sampai seharian (atau bahkan berhari-hari!) seakan-akan seperti yang tidak ingin berhenti, sehingga membuat aktivitas sehari-harimu bisa jadi terganggu karenanya.
Terutama untuk anak-anak hoikuen yang biasanya banyak bermain di area outdoor—karena ketika hujan sedang turun, kegiatan kami sehari-hari jadi terbatas di dalam ruangan saja.
Seperti halnya kemarin, pagi ini pun hujan turun lagi.
Satu persatu anak-anak asuhku datang ke hoikuen dengan mengenakan jas hujan dan sepatu boots mereka (tapi sejujurnya aku suka sekali melihat anak-anak yang memakai jas hujan, habisnya mereka kelihatan imut-imut banget, percaya deh, kalau tidak percaya coba saja sini lihat sendiri—hei aku bukan maniak ya!). Setelah membantu anak-anak melepaskan jas hujan dan berbicara sejenak pada orangtua mereka, aku pun mengantar anak-anak satu persatu masuk ke dalam kelas.
"Hari ini Sarada tidak masuk lagi ya?" tanya Tenten yang kulihat sedang memperhatikan anak-anak, jarinya membuat gestur seperti sedang mengabsen mereka satu persatu.
Aku mengangguk. "Tadi ibunya menelepon, Sarada katanya kena gejala demam berdarah dan sekarang lagi dirawat inap di Rumah Sakit Universitas Kiri."
"Ya ampun kasihan Sarada..."
Aku mengangguk. "Iya kasihan dia."
Kemarin untuk pertama kalinya Sarada tidak masuk ke hoikuen karena demam. Atau setidaknya itulah yang ibunya katakan melalui telepon pada pagi harinya dan ternyata pagi ini pun Sakura-san kembali menelepon lagi, mengatakan bahwa hari ini dan beberapa hari ke depan Sarada akan absen karena harus diopname di rumah sakit.
Seharusnya saat itu aku lebih serius lagi mendengar peringatan Temari tentang demam berdarah.
"Terus bagaimana? Apa Sensei ada rencana untuk datang menjenguk?" tanya Tenten lagi.
"Aku pribadi sih rencananya hari ini setelah beres hoikuen ingin datang menjenguk sebagai perwakilan Kelas Kuma. Kalau kau ingin ikut denganku boleh kok," jawabku kemudian.
Tenten mengangguk semangat, "kalau boleh aku ingin ikut juga! Oh ya, mungkin sebelum ke rumah sakit bagaimana kalau kita mampir dulu untuk beli buah-buahan?"
"Ya itu tidak masalah," sahutku. Tak lama kemudian, aku pun terpikirkan sesuatu. "Oh, aku punya ide! Mumpung hari ini sepertinya juga akan hujan seharian dan tidak akan ada kegiatan bermain di luar, sebagai gantinya bagaimana kalau kita minta anak-anak untuk membuat gantungan origami burung bangau sebagai ucapan 'semoga cepat sembuh' untuk Sarada?"
"Itu ide yang bagus Sensei!" serunya, "Sarada pasti akan senang nantinya. Kalau begitu saat istirahat makan siang aku akan persiapkan semua alat-alatnya."
Aku mengangguk sambil memberinya acungan jempol. Setelah itu kami berdua pun memulai kelas pagi hari ini.
.
![](https://img.wattpad.com/cover/167266617-288-k730787.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Coming Home to You
FanficYamanaka Ino, seorang guru di Futaba Hoikuen, merasa penasaran dengan salah satu anak murid favoritnya yang bernama Haruno Sarada. Anak itu memang telah menarik perhatiannya sejak awal karena wajahnya yang manis dan sikapnya yang penurut, tapi bagai...