Chapter 2

2.8K 329 10
                                        

Mengasuh anak-anak di hoikuen memang melelahkan, apalagi anak-anak berumur tiga tahun yang rasa ingin tahunya sudah mulai terbentuk. Pertanyaan seperti 'apa ini?' dan 'apa itu' sudah bukan hal yang asing di telingaku dan sudah pasti aku harus menyiapkan jawaban yang dapat dimengerti oleh mereka.

Awalnya memang sulit, tapi bertahun-tahun pekerjaan ini kujalani—dan sesuai saran dari para sensei lainnya yang sudah berpengalaman disini—aku sudah membuat list pertanyaan-pertanyaan yang mungkin ditanyakan anak berumur tiga sampai lima tahun, beserta jawaban-jawabannya. Semakin lama listku semakin bertambah, karena imajinasi anak-anak yang luar biasa sehingga mereka mengajukan pertanyaan yang tidak pernah terpikirkan olehku sebelumnya.

Oleh karena itu, seharusnya aku sudah tidak kaget lagi mendengar pertanyaan-pertanyaan baru yang kadang aku harus berpikir keras bagaimana baiknya untuk menjawab (atau bahkan apa jawabannya). Tapi tetap saja, setiap aku diajukan pertanyaan seperti itu, aku selalu merasa canggung.

Mungkin kali ini karena aku sedikit melakukan blunder, rasanya agak lebih canggung dari biasanya.

Setelah osanpo (jalan-jalan) dengan anak-anak keliling kompleks pagi ini seperti biasanya, berikutnya adalah masuk sesi kegiatan di kelas. Biasanya kelas pagi untuk kelompok anak berusia tiga tahun, yang di hoikuen ini dinamakan kelas kuma (beruang), diisi dengan kegiatan art and craft yang sederhana, seperti membuat bentuk dari mainan lilin, bernyanyi, atau menggambar.

Kebetulan kelas pagi ini kuisi dengan menggambar. Tema yang kuberikan pada anak-anak adalah tentang 'keluarga'. Sebelumnya kujelaskan tentang apa itu keluarga dan kuarahkan mereka untuk menggambar setiap anggota keluarga yang tinggal di rumah mereka, bahkan hewan peliharan sekalipun.

Dan disinilah aku melakukan blunder yang tadi kubilang.

"Kalau kalian ada yang tidak punya papa atau tidak punya mama tidak apa-apa ya, tidak usah digambar,"—dan ini setelah aku tadi mengatakan kalau keluarga itu pasti terdiri dari seorang papa dan seorang mama.

"Ino-sensei, apa maksudnya tidak punya papa atau tidak punya mama?" Serangan pertama datang dari anak yang bernama Akimichi Chouchou, anak teman masa SMA-ku dulu, Akimichi Chouji. Berbeda dari yang lain, anak ini hobinya makan dan orangtuanya bilang porsi makan siangnya harus double khusus untuk Chouchou. Mungkin karena itulah badannya juga yang paling sehat diantara yang lain. Turunan sang ayah.

Aku terdiam sejenak. Benakku berusaha mencari jawaban yang mudah dimengerti oleh mereka.

"Maksudnya di rumahnya tidak ada papa atau tidak ada mama," jawabku seadanya. Tentu saja aku tidak bisa bilang tentang perceraian atau meninggal. Aku tidak mungkin memberikan mereka mimpi buruk dan aku juga tidak mau dipecat akibat keluhan dari orangtua murid tentang pengasuh yang mengajarkan hal yang tidak pantas diajarkan pada anak-anak berusia tiga tahun.

"Kenapa bisa tidak ada di rumah? Memangnya mereka pergi kemana?" Serangan kedua datang dari Uzumaki Boruto, anak yang bisa dibilang paling bandel di hoikuen.

Boruto dan keluarganya tahun kemarin pindah dari Konoha ke Kiri karena ayahnya dipindahtugaskan ke kantor pemerintahan Kiri. Tapi menurut Uzumaki Naruto-san, ayahnya yang setiap hari datang untuk mengantar-jemput, mungkin musim gugur tahun ini mereka akan kembali ke Konoha karena ia disini cuma sekedar training. Lalu mengapa Boruto dimasukan ke hoikuen walau hanya akan ada disini paling lama setengah tahun? Itu karena istri Uzumaki-san saat ini sedang hamil anak kedua mereka, jadi istrinya itu agak kesulitan kalau harus menjaga Boruto di rumah.

Tidak banyak yang tahu tentang ini—mungkin hanya hardcore fans atau fans yang kepo sepertiku saja—tapi Boruto ini sebenarnya adalah keponakan Hyuuga Neji, member The Falcons. Ibunya Boruto adalah sepupu Neji—aku langsung searching info di internet saat pertama kali melihat istrinya Uzumaki-san di hari pertama hoikuen, soalnya wajahnya tidak asing (terutama iris matanya), dan ternyata memang benar mereka ada hubungan saudara setelah aku konfirmasi langsung pada Uzumaki-san.

Coming Home to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang