3

1.7K 241 102
                                    

Brak

Pintu dibuka membuat Joohyun melirik sekilas lalu kembali menunduk. Wanita hamil yang terlihat perutnya begitu penuh itu berjalan mendekati Joohyun, tanpa dipersilahkan ia duduk dihadapan Joohyun yang kembali fokus dengan lembaran-lembaran kasusnya.

"Kau mulai masuk besok."

Wanita itu mengangguk. "Tapi aku dengar dari kak Yoongi ada masalah? Maksudku penggantiku?"

Joohyun tak mengalihkan perhatiannya. Ia tetap membaca berkas kasusnya. "Kau kemari sendirian atau diantar Minseok?"

"Aku diantar kakakku. Minseok ada rapat. Eh! Kenapa mengalihkan pembicaraan. Kau kenapa? Maksudku, apa Seungwan membuat ulah?"

Joohyun melepaskan kacamatanya. Ia meletakkan lembaran kasus yang tengah ia pelajari. "Kau sedang berbicara dengan atasanmu."

"See? Aku mengenakan dress bebas. Aku tak mengenakan pakaian kerja. Jadi, aku sedang berbicara dengan Bae Joohyun, sahabatku."

"Terserah kau sajalah, Jisoo. Tolong katakan pada Seungwan kalau aku tak suka pada orang yang tak tau batasannya."

Jisoo mengangguk paham. Ia yang merekomendasikan Seungwan pada Joohyun karena wanita itu cerdas. Jisoo tak mengenal Seungwan secara baik, tapi, ia tau sosok Seungwan karena wanita itu satu angkatan dengannya di kampus yang sama. Seungwan berhasil cumlaude, meski ekonomi tak memadai. Sehingga wanita itu hanya bekerja di café. Tak melanjutkan kuliah lagi. Pernah bekerja di bagian administratif, namun terkena PHK.

"Jisoo, aku tau kau merekomendasikan dia karena merasa kasihan dengan ekonominya yang ya.... Kurang. Tapi, tolong. Aku tak butuh orang hanya cerdas saja."

"Tapi dia cumlaude dan berkompeten."

"Kata siapa? Baru menyaksikan sidangku tadi saja, dia sudah menyerangku. Tidak. Aku tak suka sekertaris seperti itu. Terlalu banyak bicara, ceroboh."

"Kopi?" Yoongi masuk menenteng dua gelas kopi. Ia meletakkan dihadapan Joohyun. "Ibu hamil tak boleh kopi. Tapi aku menggantinya dengan jus strawberry," Yoongi memberikan jus pada Jisoo.

"Terimakasih kak."

"Kenapa tiba-tiba kemari, Yoongi?"

Yoongi menjitak pelan kepala Joohyun yang mendapatkan tatapan tajam dari hakim utama di departemen itu.

"Kau itu dua tahun dibawahku, meski kau seniorku sebagai Hakim, tetap lebih tua aku. Panggillah kak seperti Jisoo."

"Who are you?" kesal Joohyun. Ia bersandar pada sandaran kursi yang empuk. Berharap segera merasa rileks.

"Tenanglah, Joohyun. Aku akan melatih Seungwan. Dia pasti bisa diandalkan nantinya. Tadinya, aku malah merasa takut kalau posisiku benar-benar tergantikan dengannya meski masa cutiku habis."

"Apa yang kau bicarakan? Kau tetap sekertaris disini tak peduli dengan adanya puluhan sekertaris berkompeten. Sudahlah, lakukan tugasmu besok. Berikan batasan-batasan yang jelas agar dia sadar diri. Kalian berdua pergilah. Aku harus mempelajari kasus pelecehan siswi ditempat kerjanya ini. Besok sidang pertama kasusnya."

Tak ada pergerakan.

"Astaga! Oke, untuk Jisoo, bersantailah disini. Tapi Min Yoongi! pergilah ke ruanganmu dan pelajari kejanggalan dalam kasus ini, sekarang!"

Yoongi mengangguk malas. "Baiklah nyonya besar. Perintahmu aku laksanakan."

*

Rose mengambil kertas dari printer. Ia baru saja mencetak perihal persidangan yang akan dilakukan Seokjin besok. Persidangan mengenai pelecehan siswi SMA yang dilecehkan ditempag kerjanya. Mata Rose melebar karena terkejut. Hal itu tak luput dari perhatian Jungkook.

Sun & Moon [JINRENE] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang