9

1.5K 232 46
                                    

Joohyun melangkahkan kaki dengan ekspresi angkuhnya melewati banyaknya hakim-hakim yang juga sudah mulai berdatangan. Joohyun berangkat sedikit agak siang karena ia harus mengantar sang adik ke tempat penitipan. Dibelakang Joohyun, sudah ada Ong Seungwoo yang kebetulan bertemu dengannya di pintu masuk. Mereka berjalan beriringan membuat hakim lain memilih minggir jika Joohyun akan lewat. Seperti Nyonya Besar.

Joohyun memasuki ruangannya dimana sudah ada Yoongi yang memang datang lebih awal. Dua sekertarisnya belum terlihat dan Joohyun tak menggubris hal itu. Ia terlalu penasaran dengan kasus apa yang akan Yoongi bicarakan.

Hanya dengan gerakan kepala, mampu membuat Yoongi mengerti jika Joohyun ingin berbicara enam mata dengan kedua hakim anggotanya. Setelah melepaskan mantel maroon yang dikenakan, Joohyun segera duduk dan meraih setumpuk kertas berisikan rincian kasus yang akan mereka hadapi.

Wajah Joohyun terlihat begitu serius ketika membaca lembaran demi lembaran kasusnya begitu juga dengan Seungwoo yang baru mendapatkan gambaran kasar dari kasus yang akan mereka hadapi, memilih fokus untuk membaca kasus itu.

"Kak, ini kenapa kau limpahkan kasus ini padaku?" tanya Hakim Ong pada Yoongi.

"Aku mendapatkan kasus itu, tapi, aku tak bisa mengambilnya. Aku melimpahkannya padamu. Baca, pelajari. Dan kenapa aku meminta hakim Bae untuk mengkaji sekarang, karena ini ya memang kasus yang menarik."

Joohyun menaikkan sebelah alisnya mendengarkan perkataan Yoongi. Kenapa tak mampu mengambil kasus ini? Mata Joohyun membulat sempurna melihat sasaran dari kasus itu.

"Yoongi...," gumam Joohyun tak percaya.

Yoongi hanya mengangguk.

"Jadi, restaurant ini melakukan kecurangan. Dan pemilik restaurant itu hanya meminta manajernya untuk membayar uang tutup mulut," gumam Seungwoo. "Kak, kau bisa mengambil kasus ini. Ini seperti kasus yang kau tangani sebelumnya. Kenapa malah dilimpahkan ke aku?" Seungwoo merasa keberatan untuk yang kesekian kalinya karena ia memiliki banyak kasus, namun Yoongi memberikan kasus baru padanya.

"Aku hanya tak ingin. Ini menyangkut orang yang ku ketahui. Aku tak mau terkesan tidak adil. Sekarang, pelajarilah kasus itu lebih lanjut di ruangan kita. Aku akan keluar membeli kopi."

"Pagi-pagi sudah kopi?" Seungwoo tak percaya dengan perkataan Yoongi.

"Sudah, pergilah sana."

Seungwoo pergi dengan tanpa semangat. Ia merasa begitu lesu karena harus mempelajari kasus baru sementara kasusnya yang lain masih menunggu untuk diselesaikan dan diantrikan untuk menjalani persidangan.

"Kenapa tak pergi? Katamu kau akan membeli kopi?" tanya Joohyun.

"Alibi," sahut Yoongi. "Joohyun, aku tau kau kesal pada wanita yang dicintai papamu, bahkan sampai kau tak mau dekat dengan adik tirimu juga istrinya. Tapi, bukankah kau memiliki kepekaan? Kau pasti tau jika adik iparmu tak mungkin melakukan hal sekeji itu. Meracuni pelanggan? Hey... itu sangat tidak masuk akal. Dan lagi, dia sedang hamil. Pasti sekarang dia sedang terguncang."

Joohyun mengingat. Pagi itu, sebelum ia berangkat, Yerim sama sekali tak nampak. Biasanya wanita berbadan dua itu sudah aktif, bergerak di dapur menyiapkan sarapan. Tapi, tadi pagi, dapur terasa sangat sepi.

"Aku harap, kau benar-benar teliti."

Joohyun menatap Yoongi dengan tajam. "Kau pikir, selama ini aku tidak teliti, huh?!"

Yoongi tersenyum tipis. Ia menggelengkan kepala. "Kau sangat teliti. Tapi, kau sangat apatis dengan keaslian bukti. Siapa yang mampu menyodorkan bukti, ya itu yang menang. Bahkan kau tak perlu repot-repot menilai itu asli atau tidak."

Sun & Moon [JINRENE] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang