PROLOG

5.6K 342 64
                                    

Rok pendek khas anak SMA bergerak cepat mengikuti langkah kaki dari seorang gadis berkulit putih dengan tubuh mungilnya. Gadis berwajah ayu idaman banyak lelaki itu memancarkan suatu kehangatan dan ketulusan ketika melihat seorang anak lelaki duduk sembari makan es krim rasa vanilla di taman bermain. Tak peduli lelehan dari es krim itu yang mengalir hingga ke tangan, bocah itu tetap sesekali menjulurkan lidah menjilat es krim warna putih itu dengan mata yang tak lepas dari sekumpulan anak taman kanak-kanak yang bermain lompat tali.

"Dek, es krim dari siapa ini?" gadis itu menggelengkan kepala melihat adiknya yang sibuk tepuk tangan melihat seorang anak kecil berhasil melompat.

"Yeeee!!!"

Dengan sigap, ia mengeluarkan sebuah tissue basah beraroma lavender dan membersihkan tangan sang adik. "Kakak sudah bilang, jangan terima makanan dari orang asing. Dan lagi, kalau makan dihabiskan dulu jangan sampai leleh seperti ini."

Sebuah bola mendarat di kepala sang adik membuat es krim yang digenggam jatuh. "Huaa... es krim ku...."

Tangis kencang membuat seisi taman menoleh pada tempat mereka duduk.

"Dek sudah ya.. tak apa. Kakak belikan lagi nanti. Ssttt..," gadis itu menenangkan sang adek dengan wajah memerah karena marah pada bocah yang sembarangan menendang atau melempar bola, entahlah.

"Es krim ku," tangis semakin kencang dan tak mau mereda membuat gadis itu sedikit khawatir dan panik.

"Loh, dek?" suara maskulin yang terdengar dari belakang tubuh sang gadis membuat adiknya mendongak.

"Kakak es krim, lihat es krim-ku," sang adik mengadu pada lelaki tak dikenal.

"Maaf," gadis itu memindai penampilan lelaki di sebelahnya. Berseragam SMA meski lain dari seragamnya. "Apa es krim itu darimu?"

Tak berpikir lama, lelaki SMA itu mengangguk. "Aku melihat dia ketakutan diganggu anak-anak seusianya. Aku belikan es krim, dia diam. Terus aku harus menjawab panggilan penting jadi aku meninggalkannya sebentar. Dan mendengar tangisan, aku kemari. apa kau kakaknya?"

"Iya..."

Lelaki dengan tubuh idaman para gadis itu mendekati bocah yang sedang menangis. Ia mengeluarkan sesuatu dari tasnya. "Hei dek, kakak tak bawa es krim lagi, tapi kakak punya ini," dikeluarkannya sebuah tempat pensil berbentuk mobil balap. "Ini punya kakak. Kakak selalu membawanya sejak SMP tapi tak pernah dipakai. Jadi, ini buat adek saja. Mau?"

Seketika tangis mereda dengan kepala dianggukkan berkali-kali dan bersemangat.

"Ini juga. Kakak selalu pake topi ini, tapi sekarang buat adek saja biar tidak kepanasan. Janji ya? Jangan nangis lagi."

Gadis itu tersenyum manis melihat lelaki dihadapannya memakaiakan topi bertuliskan KSJ di bagian belakang pada adiknya. Setelah dia memakaian topi berwarna biru demi membuat adiknya tenang, ia pamit.

"Terimakasih, sebagai ucapan terimakasihku karena berusaha melindungi adikku, mmm... ini," gadis itu mengambil sebuah kalung dari saku. Kalung dengan liontin bebentuk sebuah gembok.

'Seperti gembok di kalung itu, gembok itu akan menjadi simbol yang mengunci takdir kita. Aku ingin, suatu saat nanti bertemu denganmu lagi. Aku ingin lebih dekat denganmu. Kenapa? Karena hanya kau yang mau mendekati adikku tanpa rasa ingin membulli. Kau seperti matahari yang memberi sinarnya pada siapapun di bumi ini tanpa pandang bulu.'

'Kalung ini bukanlah kalung yang murah. Aku tau itu, dan gadis SMA sepertinya memberikan kalung ini secara gratis? Aku berjanji akan menyimpannya. Aku akan membawanya kemanapun aku pergi, menggantikan tempat pensil itu. Aku harap, seperti gembok yang fungsinya untuk mengunci, aku juga ingin mengunci memori hari ini dalam ingatan. Dan ketika kita bertemu lagi suatu saat nanti, saat itulah aku akan mengenalimu pertama kali, gadis bulan.'

Sun & Moon [JINRENE] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang