6

1.6K 209 34
                                    

Rose memeriksa berkas-berkas yang sudah Seokjin ajukan sebagai bukti dan diterima oleh pihak pengadilan. Sedikit terkejut karena pengadilan mampu mengupas tuntas hari itu. Hakim yang ditunjuk memang hakim yang lebih senior dari Hakim Bae, dan semua berjalan dengan lancar. Jadwal persidangan selanjutnya untuk mendengarkan saksi dan pemvonisan. Belum selesai memang, tapi, persoalan dengan Hakim Bae sudah selesai karena hakim wanita itu digantikan.

Seokjin sedikit kecewa, namun rasa kecewa itu hilang digantikan rasa khawatir karena Hakim Bae sakit. setidaknya, itu yang ia dengar dari panitera yang bertugas di persidangannya sebelumnya. Kenapa tiba-tiba hakim yang terlihat kuat itu jatuh sakit?

"Jungkook kemana?" Hoseok yang baru tiba dengan membawa empat cup kopi kebingungan karena salah satu rekannya tak ada disana.

"Orang tuanya pulang dan kakaknya tiba-tiba sakit. Jadi, Jungkook harus pulang," sahut Rose.

"Bagaimana sidangmu?" tanya Hoseok pada Seokjin yang sedari terdiam, lebih tepatnya melamun. Tangan Hoseok bergerak melepas jas yang ia kenakan lalu membagi kopi yang ia beli.

"Lancar. Semua lancar. Tapi, hakim harus diganti karena hakim Bae tiba-tiba sakit."

"Eh?"

Rose dan Hoseok kompak terkejut. Sakit? secara tiba-tiba? Bahkan, hakim berhati dingin itu tak pernah terdengar kabar sakit, yang ada kabar betapa kontroversialnya ketika menjatuhkan putusan. Meski tak semua keputusan kontroversial, tapi keputusan yang dianggap 'benar' oleh public tak lebih banyak daripada keputusan yang dianggap sebaliknya.

"Karma," celetuk Hoseok lalu mengambil sebuah kacang atom untuk dilemparkan keatas sebelum masuk kedalam mulutnya.

"Tapi, persidangan sebelumnya, ia tak terlihat sakit."

Suara khawatir yang dikeluarkan oleh Seokjin membuat Rose memicingkan mata curiga. "Kau kenapa kak?"

"Aku? Aku kenapa?"

"Kau khawatir?"

Pertanyaan Rose membuat Hoseok segera duduk tegak berniat menyimak. Menunggu dengan harap-harap cemas jawaban dari Seokjin.

"Kenapa aku harus khawatir?"

"Suaramu..."

"Aku tau suaraku sudah merdu sejak lahir. Jadi, apa yang salah dengan itu?"

"Rose, ayo aku tunjukkan kasusku yang harus kau catat," Hoseok menarik tangan Rose pergi meninggalkan Seokjin dengan segala kenarsisannya.

Bukannya menyesal, Seokjin hanya terkekeh melihat perilaku kedua rekan kerjanya. Pikirannya masih melayang pada pertemuan sesaat antara dirinya dan Joohyun. Sunggh singkat. Tapi.. tunggu. Mereka sudah tak ada kasus yang berkaitan. Jadi, jika mereka bertemu, bukankah itu bukan suatu masalah?

Baru saja akan beranjak meninggalkan sofa yang ia duduki, ponsel Seokjin bergetar. Panggilan masuk terlihat dari si bungsu Kim.

"Ya, ada apa bayi?"

Hanya kekehan yang keluar dari mulut Seokjin. Bisa dipastikan, lelaki itu menganggap omelan sang adik menjadi sebuah hiburan. Setelah beberapa saat kemudian, Seokjin menyimpan kembali ponselnya dan berjalan keluar dari rumah kecil yang digunakan sebagai kantor firma hukum miliknya.

"Kak!"

Sejeong sudah menunggu dengan seorang lelaki yang berada diatas motor. Melihat Seokjin keluar, lelaki itu melepas helm full-face miliknya demi menyapa Seokjin.

"Hay kak."

"Oh, ada Sehun juga. Apa kabar?"

Sehun tersipu lalu menjawab jika ia baik-baik saja.

Sun & Moon [JINRENE] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang