12

686 99 9
                                    

Changbin roboh seketika. Dia menangis sejadinya-sejadinya. Ditatapnya hyunjin yang terbaring lemas, dengan selang infus terpasang di tangan kirinya.











"Saudara hyunjin mengidap kanker otak. Penyakitnya sudah cukup parah. Dia harus rajin kemoterapi, dan jangan terlalu banyak pikiran. Apakah ada walinya, karena saya harus meminta persetujuan,"

"Persetujuan apa dokter ?"

"Operasi. Walaupun tidak menjamin kesembuhan hyunjin 100%,"












Pernyataan dokter terus terngiang di kepalanya.

"Kenapa harus Lo, Jin ? Gue bahkan baru aja kenal dan deket sama lo. Gue udah suka sama Lo sejak lama. Gue cuma bisa natap lo dari jauh. Kenapa bisa lo harus sakit separah ini ? Gue sayang lo, Jin," changbin sudah tidak bisa membendung tangisannya.

Jam menunjukkan pukul 7 malam, dan hyunjin masih belum sadar. Bahkan selang oksigen pun terpasang.  Changbin setia menemani hyunjin. Terus digenggamnya erat tangan hyunjin. Akhirnya changbin tertidur dengan posisi duduk di kursi samping bed hyunjin.




.
.
.
.
.
.










Beberapa jam kemudian, hyunjin pelan-pelan membuka matanya. Kepalanya terasa pusing, badannya begitu lemas. Hyunjin sedikit bingung, karena yang dia liat bukanlah di sekolah atau rumahnya. Hanya nuansa putih dan bau obat yang tercium. Saat tangannya digerakkan, dia merasakan ada genggaman erat di tangannya. Hyunjin menoleh,

"Changbin," hyunjin mengusap rambut changbin dengan sebelah tangannya.

Changbin yang merasakan usapan lembut di kepalanya terbangun, "hyunjin, kamu udah sadar," changbin menggenggam erat kedua tangan hyunjin. Changbin tersenyum dan air matanya menetes.

"Lo kenapa ? Kok nangis ?" Tanya hyunjin.

"Gue khawatir sama lo," jawab changbin sambil terus mengecup tangan hyunjin.

"Gue gapapa, Bin," ucap hyunjin dengan tersenyum.

"Iya dan sekarang gue nangis karena bahagia ngliat lo baik-baik aja,"



















Cup







































Hyunjin refleks memejamkan matanya saat changbin mengecup keningnya.
































"Lo ga boleh sedih, lo ga boleh sakit. Dan lo ga usah khawatirin apapun, gue slalu temenin lo. Karena gue........sayang sama Lo,"

"Changbin, gue......."

"Stop, gue ga ngajuin pertanyaan. Jadi gue ga butuh jawaban. Gue cuma ngasih pernyataan ke Lo, soal perasaan gue,"


























































Gue bingung harus bilang gimana ke lo soal penyakit lo, jin - changbin.

Maaf Bin, tapi hati gue masih mencintai kak Brian - hyunjin.





















.
.
.
.
.
.























Brian dihadapkan dengan pilihan yang sulit. Ya, dia harus memilih antara Hyunjin atau Day6.

Flashback

Day6 berkumpul dengan manajer staff  produser dan Park Jinyoung, pimpinan agensi. Mereka tengah membahas skandal foto-foto brian dengan hyunjin yang beredar.

Setelah mengalami perdebatan cukup panjang, sang pemilik agensi bertanya pada Brian, " YoungK-ssi, sekarang kau harus pilih kekasihmu atau day6,"

Brian terkejut dan bingung. Dua-duanya berarti untuknya. Hyunjin adalah pria yanh dicintainya, dan Day6 adalah impiannya selama ini.

"Pikirkan baik-baik, impianmu selama ini sudah bisa kau raih. Apakah hanya karena kekasih pria mu yang masih bocah itu, kau rela impianmu hancur, dan apakah kau tega melihat teman grupmu jadi korban keegoisanmu ?" Tanya Park Jinyoung.

Semua diam, tidak ada yang berani menjawab.

"Kalau memilih bocah itu, tinggalkan day6. Tapi jika kau memilih day6, cukup katakan bahwa bocah itu hanyalah penggemarmu yang ingin memeluk dan minta foto denganmu. Biar manajer kalian yang mengurus selanjutnya,"

"Saya akan mengurus semuanya," kata sang manajer.

"Kalian boleh pergi, pikirkan ini baik-baik Brian. Kita akan meluruskan semuanya nanti tanggal 27 nanti di acara fanmeeting kalian,"

Brian terdiam di bawah guyuran shower. Dia berpikir keras tentang pilihannya yang harus dia ambil.

Tok..tok..tok...

"Hyung, jangan lama-lama. 30 menit lagi kita berangkat," teriak Dowoon.

"Iya. Ini gue udah kelar," jawab Brian sambil mematikan showernya.

Hari ini adalah hari yang ditakutkan Brian. Dia harus memilih antara Hyunjin ataukah Day6.

"Gue akan selalu dukung keputusan lo hyung. Meskipun lo ga milih day6. Gue tetep dukung lo," ucap Dowoon yang sedang bercermin.

"Makasih ya Woon,"

"Sama-sama hyung,"

SAPU TANGAN ABU-ABU -CHANGJIN- ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang