21

596 87 6
                                    

Hyunjin bingung kenapa Changbin udah pergi dari pagi tadi. Bahkan sampai menjelang sore juga belum balik. Tapi bodoh amatlah buat hyunjin. Dipakai kesempatan ini sama hyunjin buat masak banyak makanan. Dia tuh pengen masak buat Changbin, tapi selalu ga dibolehin pegang panci.

"Masak apa ya ? Lihat isi kulkas dulu deh," Hyunjin membuka isi kulkas, dan boom.......berbagai macam bahan makanan sudah tersedia lengkap seakar-akarnya.

"Lho, nak Hyunjin mau makan ? Biar bibi aja yang buatin," ucap Bibi Yuri, salah satu pembantu Changbin.

"Gausah, Bi. Hyunjin pengen masak sendiri spesial buat changbin. Changbin udah banyak bantuin hyunjin, jadi setidaknya ada hal yang bisa hyunjin lakuin buat dia. Walaupun cuma masakin dia makanan,"

"Tapi nanti bibi yang dimarahin sama Tuan,"

"Tenang aja, Bi. Nanti kalo changbin marah biar Hyunjin giles biar makin bantet,"

"Yaudah kalo gitu bibi permisi ya,"

"Iya Bi," Hyunjin mulai memasak. Ga tanggung-tanggung. Banyak banget yang dia masak macam mau buka warteg.

Hyunjin pun mandi setelah selesai memasak banyak menu untuk Changbin. Dia berharap changbin bisa nambah tinggi setelah makan makanan ini.

"Capek juga ya ternyata. Makanan udah, mandi udah, mending tiduran aja di sofa sambil nunggu changbin pulang," efek capek dan ngantuk, hyunjin tertidur.























Sekitar jam 7 malam Changbin pulang dengan seorang wanita paruh baya.

"Mari masuk Tante, anggep aja rumah sendiri,"

"Terimakasih, nak. Oh iya, hyunjin sekarang di sini ?"

"Iya tante. Paling jam segini dia di kamar,"

Changbin tersenyum melihat hyunjin tertidur di sofa, " Itu dia tante, hyunjinnya ketiduran di sofa,"

"Anakku,,,,,Bunda kangen sama kamu.....Ya Tuhan..... Hyunjin !!!"

Changbin yang terkejut mendengar teriakan Bundanya Hyunjin segera menghampiri.

"Astaga, kenapa dia mimisan lagi ?! Kita bawa ke dokter saja Tante,"

Changbin bergegas menggendong hyunjin, membawanya ke rumah sakit.





















Setelah mendapat pertolongan medis, beberapa saat kemudian hyunjin sadar.

"Hyunjin,,"

"Ehmm...changbin, " Hyunjin mengedarkan pandangan ke sekelilingnya, "Ini dimana ?"

"Kamu di rumah sakit. Tadi kamu mimisan lagi. Aku takut kamu kenapa-napa, jadi aku sama bunda kamu bawa kamu kesini,"

"Ohh...Apa ?! Bu-bunda ?" tanya Hyunjin dengan terkejut.

"Iya. Bunda di sini, Hyunjin," saut Bunda Hwang.

"Bunda kok bisa di sini ? Bunda kapan dateng ? Hyunjin kangen banget sama bunda,"

"Tadi pagi nak Changbin yang menjemput Bunda,"

"Maafin hyunjin, Bunda. Hiks....Hyunjin...udah bikin bunda khawatir, Hyunjin jadi anak yang nyusahin, hiks...."

Bunda Hwang pun memeluk Hyunjin, "Sstt...jangan ngomong kayak gitu. Bunda sayaaaaang sama hyunjin. Bunda pengen hyunjin sehat lagi, jadi bunda akan nemenin hyunjin di sini,"

"Bunda...kalo seandainya hyunjin ga ada, bunda harus tetep bahagia. Jangan terlalu kerja keras. Nanti bunda capek, trus bunda sakit. Hyunjin ga mau. Dan juga....hyunjin minta maaf sama Bunda karena hyunjin belum bisa bahagiain bunda. Cita-cita hyunjin buat bawa Bunda ke kota, tinggal di rumah bagus, Hyunjin yang jadi dokter, maafin hyunjin bunda. Bukannya hyunjin jadi dokter, hyunjin malah jadi pasien, hehehehe,"

"Bunda ga pernah ga bangga punya anak baik dan cantik kayak hyunjin,"

"Maaf ya bun. Bunda udah keluar banyak uang buat hyunjin, malah hyunjin nambah bikin susah bunda,"

Changbin udah ga tahan buat nahan air matanya, dia memilih keluar ruangan dan menangis sejadi-jadinya.

"Gu-gue...hiks...maaf Hyunjin. Gue emang ga guna ! Gue rela lakuin apapun asal lo sembuh ! Sekalipun gue harus mati, hiks........Lo harus hidup, biar gue aja yang mati hyunjin....hiks....hiks....." air mata changbin mengalir tanpa bisa dia tahan. Hatinya sakit, benar-benar sakit.























............

















"Tante, bolehkah saya bicara sebentar ?"

"Iya nak changbin. Tentu saja,"

"Tapi bisakah kita bicara di luar saja, saya tidak ingin hyunjin dengar,"

"Baiklah, mari,"

Changbin dan Bunda hwang duduk di kursi luar ruang rawat hyunjin.

"Ada apa nak changbin ?"

"Saya menyukai anak Tante, hyunjin. Ah..tidak, lebih tepatnya saya mencintai hyunjin. Saya ingin selalu ada disisi hyunjin, saya ingin melindungi hyunjin. Saya akan melakukan apapun demi hyunjin,"

Bunda Hwang sedikit syok dengan penuturan Changbin. Anaknya disukai oleh pria. Tapi Bunda Hwang cepat-cepat merubah ekspresi wajahnya. Dia tersenyum.

"Apakah nak Changbin serius ?"

"Sangat,"

"Nak Changbin tahu sendiri kan, hyunjin bukan anak orang kaya, hyunjin juga sedang sakit, saya hanya tidak ingin ada yang mempermainkan anak saya,"

"Saya berjanji untuk slalu berusaha membahagiakan anak Tante,"

"Jika memang hyunjin setuju, dan menerima nak Changbin, saya hanya bisa mendukung apa yang bisa menjadi bahagianya anak saya. Tapi bagaimana kalau orang tua nak Changbin tahu ?"

"Orang tua saya membebaskan saya dalam memilih Tante, saya jamin tidak akan menjadi masalah nantinya,"

"Baiklah saya merestui kalian,"

Changbin mengeluarkan sesuatu dari kantong jaketnya. Sebuah kotak berwarna abu-abu. Changbin membukanya, sepasang cincin black gold dimana di tiap cincinnya terdapat inisial C.B dan H.J.

"Ini maksudnya apa nak Changbin ?"

"Saya akan melamar hyunjin,"

SAPU TANGAN ABU-ABU -CHANGJIN- ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang