Seharian penuh hujan mengguyur dengan cukup deras. Udara menjadi semakin dingin. Dieratkan syal yang terkalung di leher hyunjin. Hyunjin memandangi tangannya, di jari telunjuknya terpasang cincin pemberian Brian dan di jari manisnya terpasang cincin dari changbin.
"Mungkin emang saatnya aku harus nglepasin salah satu,"
"Semoga kamu selalu bahagia," Hyunjin pun melepas salah satu cincinnya dan dimasukkan ke laci.
"Badan aku makin lemes, kenapa aku jadi gampang ngantuk sih,"
Tiba-tiba kaki hyunjin terasa lemas. Kepalanya sakit. Matanya terpejam menahan nyeri teramat sangat di kepalanya. Tubuhnya nyaris ambruk jika lengan kekar changbin tidak menahannya.
"Sayang,"
Hyunjin membuka matanya perlahan, "Changbin,"
"Sakit ? Sini aku bantu kamu tidur di ranjang,"
"Aku...gapapa kok,"
"Kamu keliatan kesakitan. Aku panggilin dokter ya,"
"Gausah, gapapa kok. Kamu sini aja nemenin aku,"
"Yaudah. Maaf ya baru dateng sore, tadi aku ada urusan,"
"Gapapa kok. Kamu ga keujanan kan ?"
"Egag sayang. Sekarang apa yang kamu rasain ?"
"Aku baik-baik aja. Cuma rasanya ngantuk terus,"
"Kamu istirahat aja kalo gitu. Aku jagain kamu kok,"
"Changbin, aku boleh minta tolong,"
"Tentu saja," changbin mengecup punggung tangan hyunjin.
Hyunjin mengambil cincin dari laci, "Nanti kalo aku udah ga ada, tolong kembaliin ini ke kak Brian ya. Aku ga mungkin menyimpannya lagi,"
"Sayang, kamu ngomong apa sih ? Kamu ga akan kemana-mana, kamu sama aku terus. Kita akan menikah, tinggal di rumah aku sama bunda. Kamu ga akan kemana-mana,"
"Changbin, tolong. Ikhlasin aku,"
"Udah-udah. Kamu istirahat aja. Ok, nanti cincinnya aku balikin ke Brian. Sekarang kamu tidur aja, aku peluk,"
"Bin, besok kan hari minggu. Aku pengen ke pantai, ajak Bunda juga, ajak temen-temenku juga ya,"
"Pantai kan jauh hyunjin. Nanti kamu capek,"
"Aku jenuh di rumah sakit. Aku lama ga ke pantai," hyunjin bicara dengan menahan tangisnya, rasa nyeri di kepala benar-benar mencengkeram.
"Nanti kalo hyunjin sembuh kita ke pantai,"
"Aku pengen besok Bin. Aku takut ga ada..waktu..lagii.. Tolong kamu hubungin temen-temen ya, sama ajak Bunda. Aku nanti bisa tidur di mobil,"
Changbin ingin sekali menolak, tapi entah kenapa hatinya merasa kalo hyunjin benar-benar telah tiba waktunya. Changbin memejamkan matanya,"Baiklah,"
"Makasih changbin," ucap hyunjin kemudian mengecup singkat bibir kekasihnya.
"Peluk aku ya Bin,""Iya sayang. Kamu istirahat biar besok kita bisa ke pantai,"
Hyunjin berusaha mati-matian agar changbin tidak menyadari rasa sakitnya yang mulai muncul. Hyunjin ingin menikmati sisa-sisa waktunya di pelukan changbin. Pelukan yang slalu hyunjin rindukan.
Ingin menghabiskan waktu bersama dengan orang-orang yanh dicintainya. Bundanya, changbin, dan juga kawan-kawannya. Agar hyunjin bisa menyelesaikan pengobatannya dengan tenang.
.
.
.
.
.
.Jam 8 pagi mereka sudah berkumpul di rumah Jisung. Hyunjin merajuk pada dokter Seungmin agar diijinkan keluar. Dengan segala bentuk rayuan, akhirnya diijinkan asal tidak boleh terlalu lelah. Sebegitu pulang dari pantai juga harus langsung ke rumah sakit.
Felix naik mobilnya woojin, minho dan jisung ikut bersamanya. Changbin, hyunjin, dan bunda hwang naik mobil changbin.
"Udah siap semua kan ?" tanya Changbin.
"Beres," jawab Minho.
"Nak Changbin. Lebih baik nak Changbin jangan nyetir, temani hyunjin saja. Biar bunda naik mobil nak Woojin saja,"
"Gpp bunda. Bunda bisa duduk belakang sama hyunjin,"
"Bunda tahu, hyunjin lebih butuh kamu sekarang," ucap Bunda dengan senyum teduh di wajahnya.
Akhirnya diputuskan, Woojin Felix Jisung dan Bunda Hwang jadi satu mobil. Minho nyetir mobilnya changbin. Changbin ga nglepasin genggamannya dari tangan hyunjin yang terlelap bersandar di bahu Changbin.
"Bin, hyunjin tidur ?"
"Iya. Gpp, gue ga mau dia kecapekan,"
"Ikhlasin hyunjin Bin,"
"Maksud lo Ho ?!"
"Hyunjin udah mengubah cintanya dari seorang Brian ke seorang Changbin. Lo cukup bahagiain hyunjin sebisa lo. Lo liat baik-baik wajah hyunjin sekarang,"
Changbin memandangi wajah hyunjin seksama. Changbin merutukinya dirinya sendiri kenapa dia ga menyadarinya. Wajah hyunjin yang terlelap terlihat begitu menahan rasa sakitnya. Peluh membanjiri pelipisnya. Changbin sadar bahwa hyunjin sudah terlalu lama berjuang melawan rasa sakitnya.
"Lo bener Ho. Gue emang mencintai hyunjin, gue pengen dia selalu di samping gue. Tapi gue juga ga mau hyunjin terlalu lama menahan rasa sakitnya, biar Tuhan yang mutusin semuanya,"
"Hyunjin ga pengen Lo, Bunda, kita semua khawatir sama dia. Dia berusaha mati-matian buat nahan rasa sakitnya. Dia selalu berusaha ketawa dan senyum di depan kita. Tapi raut wajah lelahnya ga bisa bohong, kalo dia selama ini benar-benar menderita,"
Changbin mengecup pucuk kepala hyunjin lama. Tangannya dingin. Semakin dieratkan pelukannya pada hyunjin.
"Makasih hyunjin udah berjuang selama ini buat kita," ucap Changbin lirih.
"Minho, tolong kecilin ACnya. Kasihan hyunjin,""OK,"
Setelah itu hening di antara mereka. Minho yang konsen menyetir sesekali melirik mereka berdua dari kaca spion depan. Terlihat changbin terus mencium pucuk kepala hyunjin. Seorang changbin mampu menangis. Minho tersenyum tipis. Dia tahu bahwa Changbin tidak main-main dengan perasaannya.
"Bin, gimana cerita lo dulu suka sama hyunjin ?" tanya Minho memecah keheningan.
"Gue liat hyunjin dulu, pas gue pindah ke sekolah hyunjin. Gue udah langsung suka saat itu juga, senyumnya ketawanya. Gue jatuh cinta sama dia,"
"Selama itu lo udah nyimpen rasa ma hyunjin ?"
"Iya. Gue belum pernah jatuh cinta sebelumnya, apalagi pacaran. Makanya gue cuma bisa liatin dari jauh,"
"Lo emang baik. Gue bersyukur hyunjin bisa ketemu lo,"
"Eunghhh..." hyunjin mengucek matanya.
"Kok udah bangun, kita belum sampai kok,"
"Masih lama ya Bin ?"
"Egag. Paling 30menit lagi sampai. Kamu tidur lagi aja,"
Hyunjin tersenyum menggelengkan kepalanya,"Aku kebanyakan tidur, Bin. Aku pengen manfaatin waktu, buat liat dunia, terutama buat liatin wajah kamu,"
"Kamu punya banyak waktu untuk itu, sayang,"
"Aku ga mau waktu aku yang tinggal sedikit terbuang sia-sia,"
Changbin memeluk erat tubuh hyunjin,"Kita akan bikin waktu kamu jadi ga terlupakan hyunjin,"
Minho ingin segera sampai di pantai dan segera memeluk Jisungnya. Minho sadar, sedikit apapun waktu yang ada akan sangat terasa berharga.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAPU TANGAN ABU-ABU -CHANGJIN- ☑️
Fanfiction"Ini," "Kamu lagi ?" "Iya. Lap air mata sama ingus kamu, takut ketelen," "makasih," Start : 04/11/18 End : 15/02/19