25

635 81 13
                                    

Selang oksigen memberikan sensasi sejuk di hidung hyunjin. Semenjak hyunjin pingsan, tak dipungkiri kondisinya makin memburuk. Bukan hyunjin namanya jika dia hanya diam dan menangis. Dia sudah menerima keadaannya. Senyum selalu dilukiskan di wajahnya, menutupi rasa sakit yg tidak bisa dibayangkan.

"Sayang,"

"Bunda...kok bunda ga tidur ? Ini udah tengah malem,"

"Gapapa, gatau kenapa bunda pengen liatin wajah kamu terus, Nak,"

"Hahaha...karena hyunjin ganteng kan bun ?"

Bunda Hwang ingin menangis rasanya. Hatinya sakit melihat tawa anaknya. Bunda tau bahwa tawa itu dipaksakan agar dia tidak terlihat khawatir. Anaknya memang terlalu baik, selalu memikirkan perasaan orang lain lebih dulu.

"Hyunjin kenapa bangun ?"

"Hyunjin haus, bunda,"

"Bunda ambilin minum ya," Bunda pun mengambil gelas berisi air putih dengan sebuah sedotan dan membantu hyunjin minum.

Baru hyunjin minum sedikit, rasa mual menyerang perut dan tenggorokanya.

"Bunda, hyunjin mual,"

Bunda Hwang segera mengambil mangkuk besar. Hyunjin pun memuntahkan isi perutnya yang hanya berupa air. Bunda memijit tengkuk hyunjin. Isakan tangisnya pun keluar.

"Bunda kok menangis ? Hyunjin gpp, paling karena makan ga teratur tadi," hyunjin menghapus air mata di pipi bundanya. Senyuman cerah terus ia lukiskan di wajahnya.

"Bunda sayang sama kamu," Ucapnya sambil memeluk tubuh kurus anaknya.

"Hyunjin juga sayang sama bunda,"

"Tidur lagi, Nak,"

"Bunda tidur sebelah hyunjin ya, hyunjin mau dipeluk bunda,"

"Iya sayang,"












.
.
.
.
.
.
.












Semalaman Changbin duduk di berlutut di lantai yang dingin. Cuaca dingin menusuk tubuhnya yang hanya terbalut kaos lengan panjang tipis berwarna darkgrey. Di gereja ini lah, dia memohon pada Tuhannya untuk kesembuhan kekasihnya. Pertama kalinya Changbin menangis teramat sangat.

"Tuhan, hukumlah aku jika aku pernah lupa pada-Mu. Hukumlah aku jika kesalahan yang kuperbuat selama ini begitu besar. Hukum aku saja, Tuhan,"

"Aku mohon Tuhan. Aku sangat mencintainya sungguh. Aku sangat sangat sangat menyayanginya. Sakit melihatnya menderita. Hatiku menangis melihat dia berjuang melawan rasa sakitnya. Bahkan aku belum sempat membahagiakannya,"

"Tuhan...berikan kesembuhan untuknya, aku mohon. Aku tidak sanggup melihat senyum cerahnya pupus. Hiks...aku berjanji akan terus menjaganya. Hiks...aku...hiks...aku berjanji akan terus membahagiakannya. Aku berjanji,"

"Hiks...aku mohon..hiks..Tuhan, kabulkan permohonanku ini. Hiks.. Hyunjin, aku tidak sanggup membayangkan jika harus kehilangan dia,"

Changbin terus berdoa untuk kesembuhan kekasihnya. Air matanya menjadi saksi ketulusan cinta seorang pria yang dulunya dingin dan tak peduli pada apapun. Sekarang rela berlutut pada Tuhannya, dengan isakan tangis yang kini diluapkan.

"Harusnya saat itu aku punya keberanian buat deketin kamu hyunjin. Harusnya aku dateng lebih dulu daripada pria itu. Harusnya aku lebih bisa bahagiain kamu. Harusnya aku paksa kamu buat periksa lebih awal, pasti ga akan terlambat kayak gini. Bodoh ! Aku emang bodoh ! Kenapa kamu selalu terlambat Changbin ?!"

SAPU TANGAN ABU-ABU -CHANGJIN- ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang