BAB 9

58.1K 4.4K 152
                                    

Tell me why....
Kenapa kalian nggak suka sama Radi? Padahal kalau kata Dara, Radi itu ganteng lho😔

----

Bodo amat sama 200 votes, yang penting aku pengin update. Long time no see. Rasanya udah lama nggak update di sini hihi.

Update terkhusus buat kalian yang nunggu cerita ini.

Makasih banget buat respon positifnya. Selalu ditunggu komentar-komentar menghiburnya yaa💙

Sesungguhnya, komentar-komentar kalian itu membuat moodku menjadi lebih indah dan semangat untuk update🔥

Happy reading....

----

"Jadi, sekarang tinggal di sini Han?" tanya Deeva yang dibalas anggukan oleh Jihan.

Saat ini, keduanya tengah berada di apartemen Jihan. Setelah sebelumnya janji Jihan yang akan mengunjungi rumah sahabatnya batal dikarenakan dia harus menemui sang ayah, alhasil sahabatnya ini main ke apartemennya. Kebetulan, suami dari sahabatnya ini tengah ke luar kota untuk urusan pekerjaan.

"Nginep sini Deev, gue besok free."

Adeeva menggeleng lemah. "Lain kali deh ya, malam ini gue mau nginep di rumah Mama."

"Mama mana?"

"Mama Rani," jawab Deeva.
Jihan mengangguk mengerti. Meskipun hubungan keduanya hanya mertua dan menantu, tetapi mereka sangat dekat. Bahkan, jika saja orang tidak tahu hubungan mereka, pasti akan menyangka jika mertua Deeva adalah Ibu kandungnya. Terkadang Jihan pun merasa iri dengan hidup sahabatnya ini yang lebih mulus daripada dirinya. Keluarga utuh, suami yang baik, dan putra yang menggemaskan.

Jihan menghela napas berat. Ah, semoga ia pun bisa mendapat kebahagiaan kelak.

"Mertua lo baik banget ya Deev?"

Adeeva mengangguk. "Gue udah nggak canggung lagi sih sekarang. Udah kayak sama Mama Laras aja. Tapi awalnya, gue juga ngerasa canggung gitu kok. Bisa karena terbiasalah Han. Lo juga ntar ngerasain deh kalo udah nikah gimana rasanya ngadepin Ibu mertua," jawabnya yang kemudian cekikikan sendiri. Sedangkan di tempatnya Jihan memutar bola matanya.

Suara dentingan bel mengalihkan perhatian keduanya yang sedang asyik berbincang dengan sesekali memperhatikan Raza yang tengah asyik dengan mobil dan robot mainannya. Bocah dua tahun itu tampak anteng, setelah sebelumnya merengek karena teringat sang ayah.

"Bentar ya," ucap Jihan sambil berlalu.

Jihan mendengkus pelan begitu membuka pintu, sosok tengil Radi berdiri di depannya.

"Hai Beb," sapanya dengan senyum lebar, khas Radi seperti biasa.

"Ngapain sih lo? Tahu dari mana gue di sini?"

"Apasih yang nggak gue tahu soal lo sih Beb. Lagian lo tega banget, pesan gue nggak lo baca-baca, telepon gue juga nggak lo angkat. Tadi gue ke salon, cuma katanya hari ini lo pulang lebih awal. Lo kenapa? Sakit?" tanyanya yang kemudian menaruh punggung tangannya di kening Jihan, membuat si empunya pun menepis tangan Radi dengan kesal.

"Gue sehat kalau lo mau tahu. Dan sekarang, lo pulang sana."

"Please Beb, bisa nggak sih lo santai dikit kalo ngomong sama gue. Lagian gue ke sini tuh di suruh Mami nih anterin makan siang buat lo," ucapnya seraya menyodorkan kantong kertas yang sedari tadi dijinjingnya. "Kayaknya Mami beneran ngarepin lo buat jadi mantunya deh."

Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang