BAB 19

52.7K 3.7K 243
                                    

Thanks for 450 votesnya. Semoga part ini lebih banyak ya wkwkkwk

---

Bekerja untuk diri sendiri itu memang bukanlah yang mudah, tetapi kelebihannya dapat mengatur waktu kerja sesuai keinginan. Dan Jihan sungguh mencintai pekerjaannya, yang telah ia geluti hampir tiga tahun itu. Awalnya, dia tak cukup percaya diri. Apalagi dunia fashion itu bukanlah dirinya sekali jika mengingat bagaimana dirinya waktu SMA. Dia yang terkenal cuek pada penampilan, tidak seperti temannya Rasi yang terkenal sangat girly. Maka tak heran, jika perempuan itu sekarang menjadi seorang desainer.

Berawal dari dukungan Eliana, kakak tirinya yang sekarang tengah menetap di Los Angles bersama keluarga kecilnya, akhirnya Jihan pun perlahan mulai mencintai dunia fashion. Kakaknya seorang desainer yang cukup terkenal. Hingga tak jarang, dia pun selalu hadir di acara peluncuran perdana koleksi Kakaknya itu, maupun acara fashion teman Kakaknya yang sesama designer.

Jihan percaya, jika memulai sesuatu itu berawal dari niat. Karena niat adalah hal yang utama untuk memulai sesuatu. Ada keinginan pun tak akan tercapai jika tak berniat. Dan niat Jihan untuk memaafkan serta melupakan pun ternyata berimbas banyak. Jihan masih kepikiran dengan ucapan Bima kemarin malam. Laki-laki itu memintanya untuk memberi kesempatan. Kemarin malam Jihan memang tidak memberi tanggapan apapun pada ucapan laki-laki itu, hingga Bima pun pamit pulang. Satu hari telah berlalu, tapi ucapan laki-laki itu masih terngiang dalam benaknya.

“Mbak,” panggil Dara membuyarkan lamunanya. Perempuan itu sedikit menggoyangkan lengannya.

“Apaan?” tanya Jihan penasaran.

“Mbak lihat deh, itu Angelina kan?” tanyanya seraya menatap perempuan yang duduk tak jauh darinya. Meskipun memakai kacamata, tetapi Dara tetap mengenali si model yang tengah naik daun itu.

Jihan pun ikut melihat si objek. “Kayaknya iya,” jawabnya. “Emang kenapa?”

“Nggak ada apa-apa sih, cuma aku suka aja sama dia. Cantik banget ya?”

Jihan mengangguk mengiyakan tanpa menanggapi lebih lanjut. Saat ini, keduanya sedang berada di salah satu restoran tempat pertemuan dengan kliennya yang katanya akan datang sedikit terlambat itu.

Ditengah dia sedang asyik memainkan handphonenya, suara Dara yang memanggilnya pun kembali mengalihkan perhatiannya.

“Mbak, lihat.” Dara kembali menggoyang-goyangkan lengan Jihan.

“Apaan sih?”

“Jarum jam angka dua, Mbak,” ucapnya membuat Jihan pun memandang ke arah jam dua. Dan apa yang dilihatnya? Bima. Laki-laki itu tengah mengobrol dengan dua orang berbeda jenis kelamin yang sedang duduk di salah satu kursi. Tetapi setelahnya, Bima menjauhi keduanya dan lihat ... kemana laki-laki itu melangkah.

“Angel Mbak,” bisik Dara membuat Jihan berdecih pelan.
Ya, seperti apa yang diucapkan Dara, jika Bima menghampiri Angel.

Jihan melihatnya tak percaya. Apalagi ketika melihat dua orang berbeda jenis kelamin itu tertawa. Jihan merasa deja vu. Dia merasa terlempar ke masa putih abunya, ketika dia memergoki Bima bersama Sasi di kantin, tengah tertawa bersama.

“Kemarin bilang minta kesempatan, lalu liat sekarang?” gerutunya. Entah kenapa, dia mejadi merasa kesal sendiri. “Bullshit!”

“Eh, kenapa Mbak?” tanya Dara begitu mendengar gumaman tak jelas dari Bosnya itu.

“Nggak!”

Dara mengerutkan keningnya. Kenapa Bosnya terlihat kesal seperti itu?

---

Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang