BAB 14

49.8K 3.5K 217
                                    

Apa benar cinta itu buta?
Seperti kalian yang masih mencintai Bima, meskipun tahu bagaimana brengseknya dia.

---

Long time no see. Maaf banget, seminggu kemaren aku bener-bener fokus dulu sama cerita Nadia's Life hehehehe Penginnya cerita itu selesai dulu, biar bisa fokus ngurusin si Brengsek Bima:")

Update terkhusus malem minggu buat kalian semua=))

Yang katanya nunggu cerita ini update, jangan lupa buat tinggalin vote dan komentarnya ya!

---

Pendukungnya Bima, apa kabar?

---

“Jadi, untuk akad maupun resepsinya tetep make up natural ya ini?” ucap Jihan yang langsung diiyakan oleh dua orang yang duduk di depannya.

Saat ini, Jihan sedang meeting dengan kliennya mengenai acara pernikahan yang akan digelar minggu depan.

“Tetep nggak mau barbie look nih?” tanya Jihan lagi.

Calon mempelai wanita yang duduk di depannya itu tampak tersenyum malu-malu. “Nggak Mbak, natural aja.”

Jihan mengangguk. “Oke. Bakalan tetep cantik kok.”

Dua orang di depannya ini tampak tertawa kecil.
“Mbak bisa aja.”

“Beb!”

Jihan yang masih berbincang dengan kliennya pun mendelik sebal ketika dengan sembarangnya laki-laki itu masuk. Padahal laki-laki itu sudah tahu sebelumnya, jika dia akan menemui kliennya terlebih dahulu.

Jihan menggelengkan kepalanya, kemudian memberi isyarat pada Radi yang masih nyengir tak jelas untuk keluar.

“Oke, sorry,” ucap Radi kemudian berlalu. Niatnya untuk mengganggu perempuan itu gagal sudah. Sebenarnya, dia sudah merasa bosan karena sedari tadi hanya duduk diam di ruangan milik Jihan. Padahal niatnya ingin mengajak perempuan itu jalan untuk membunuh rasa bosannya. Dia seorang laki-laki bebas, yang pergi bekerja semaunya. Karena memang dia bekerja di perusahaan Ayahnya. Sesuatu yang tak baik untuk dicontoh memang. Bahkan kedua orangtuanya saja sudah bosan untuk mengatur anak semata wayangnya itu hingga berniat menjodohkannya dengan Jihan, dan berharap sikapnya menjadi lebih baik. Setidaknya, laki-laki itu lebih menghargai waktu.

“Pacarnya ya Mbak?” tanya perempuan di depannya membuat Jihan menatapnya heran. Tetapi kemudian dia tertawa kecil. “Bukan.”

“Oh kirain pacarnya, serasi Mbak. Cantik dan ganteng.”

Jihan hanya tertawa kecil menanggapi, kemudian melanjutkan untuk membicarakan beberapa hal yang diperlukan.

---

Beberapa puluh menit kemudian, akhirnya pembicaraan mereka selesai. Setelahnya, Jihan pun kembali untuk menemui Radi yang ternyata tengah tertidur di sofa dalam keadaan duduk.

Jihan menggelengkan kepalanya. Benar-benar takjub dengan Radi yang bisa tidur di sembarang tempat. Begitu dia akan membangunkan Radi, dering teleponnya membuat perempuan dua puluh tujuh tahun itu mengurungkan niatnya dan segera menggeser layarnya handphonenya.

“Iya Deev?” ucapnya begitu sambungan telepon mereka tersambung.

“Beb,” panggil Radi kemudian. Rupanya laki-laki itu terbangun.

Jihan mengangguk menanggapi Radi. Sedangkan dia kembali berbicara dengan Deeva setelah sebelumnya duduk di samping laki-laki itu.

“Iya, gue nggak lupa kok.”

Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang