BAB 15

54.3K 3.6K 250
                                    

Ebook full beli di karyakarsa Agustus29 / versi new cover akan open pre-order bulan Agustus 2022

Mereka berkumpul dalam lingkaran kursi yang sama, setelah sebelumnya saling menyapa satu sama lain. Radi yang baru bertemu dengan Arga pun memperkenalkan diri, tentu saja dengan embel-embel calon suami Jihan. Jujur saja, Arga agak terkejut dengan kedatangan Radi, apalagi dia melihat ada kilatan marah di wajah sepupunya. Tetapi seakan tidak memperdulikan itu, Radi tetap berlagak santai. Bahkan laki-laki itu sibuk untuk menggoda Raza. Sekarang, dia duduk di samping Jihan. Dan dengan kurang ajarnya, bahkan lengannya melingkari bahu perempuan itu.

Bima yang sebelumnya berharap pertemuan ini lancar pun malah merasa tersiksa. Hatinya benar-benar terbakar rasa cemburu. Dia tak sanggup jika melihat mantan kekasihnya itu bersanding dengan laki-laki lain. Apalagi dengan Radi yang tak lebih baik daripada dirinya. Dia sangat tahu bagaimana reputasi laki-laki itu di dunia malam. Dan dia tak ingin, jika Jihannya dipermainkan oleh laki-laki itu. Bima sudah yakin seratus persen, jika dia akan membuat perempuan itu kembali ke pelukannya. Persetan dengan laki-laki yang bernama Radi itu, yang dia lihat seperti sengaja untuk memanasinya.

Sebenarnya, acara malam ini khusus dirancang oleh Deeva sebagai salah satu rencana untuk mempersatukan kembali sepupu dan sahabatnya. Tetapi sayang, sepertinya semuanya tak akan berjalan sesuai dengan harapannya. Karena kedatangan Radi yang tiba-tiba, tanpa ia duga.

“Kenapa laki lo ngikut datang dah?” tanya Deeva, setelah para pria sibuk dengan panggangan. Meskipun enggan, akhirnya Bima pun beranjak dan ikut bergabung dengan Arga dan Radi.

“Laki lo dari Hongkong!” gerutu Jihan tak suka. “Salah lo sih, nelepon di waktu yang nggak tepat.”

Deeva mencibir. “Elah. Gue kagak tahu kali, kalo lo lagi sama tuh cowok. Emang lo deket banget sama Mas Radi ya?”

Please, gue geli denger lo manggil dia pake embel-embel Mas,” sahut Jihan, mengingat dia harus menggunakan embel-embel itu ketika sedang berada di antara keluarganya.

“Oke, maksud gue Radi.”

Jihan mengacungkan jempolnya. “Good!”

“Jadi, lo deket banget sama tuh cowok?”

“Deket nggak deket sih.” Jihan mengangkat bahunya acuh. “Tapi ya gitu, dia suka tiba-tiba dateng gitu aja. Dan anehnya, dia selalu tahu di mana gue berada.”

“Kok serem?” komentar Deeva yang hanya dibalas dengkusan oleh Jihan.

Btw, itu anak lo kek udah ngantuk gitu, kasian.”

Deeva menunduk, menatap putra semata wayangnya yang tengah terlelap di pangkuannya. Setelahnya, Ibu satu anak itu tersenyum lebar. “Udah kenyang nih anak pasti tidur gitu aja, apalagi tadi nggak tidur siang karena diganggu terus sama Arga.” Satu tangannya mengusap-usap rambut si anak dengan sayang.

“Deev, lo nyangka nggak sih kalo lo udah punya anak aja?” tanya Jihan tiba-tiba.

“Nyangka nggak nyangka, tapi seumuran gue udah cukup buat punya anak kok.”

“Iya sih, tapi gue nggak kebayang.”

“Ya nggak bakalan kebayanglah, orang lo beloman nikah. Kalau mau, nikah dulu sana!”

Jihan berdecak sebal. “Dikira nikah itu gampang. Lo mau biayain pernikahan gue emang?”

“Setdah! Nih gue kasih saran sama lo, kalo mau hemat, lo make up sendiri aja. Terus nikahnya di KUA, beres deh. Dibikin pusing banget.”

“Sialan!” umpat Jihan yang kemudian disambut gelak tawa oleh Deeva.

---

“Beb,” panggil Radi membuat Jihan yang semula tengah asyik dengan handphonenya pun mengalihkan perhatiannya. Entahlah, meskipun dalam keadaan banyak orang, lidahnya dengan refleks memanggil Jihan dengan embel-embel Beb. Walaupun telah diperingati Jihan untuk memanggil namanya ketika sedang tidak berdua, laki-laki itu tetap saja keras kepala.

Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang