BAB 22

53.7K 3.6K 308
                                    

Hampir dua minggu sudah hubungan keduanya terjalin dengan baik. Bahkan belum ada kata pertengkaran di antaranya. Hanya ada cinta, kasih dan sayang yang terpatri jelas di dalamnya. Semuanya berjalan sesuai dengan keinginan. Hanya saja, hari ini ... jumat malam ini ... Bima dibuat manyun dengan kabar kekasihnya yang harus pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaannya.

Menjadi seorang make up artist yang memang mempunyai jam terbang yang tidak menentu, membuat Jihan bisa pergi kapan saja, termasuk malam ini. Dia harus pergi ke Jogja untuk mengejar akad minggu pagi, serta melaksanakan resepsi yang akan digelar minggu malam. Maka mungkin saja, dia pulang hari senin. Jalan-jalan sebentar untuk mengelilingi kota wisata itu untuk sedikit merefresh otaknya yang sangat jarang liburan.

Sebenarnya, Jihan selalu suka jika sudah mendapat pekerjaan ke luar kota, karena itu artinya dia bisa sambil mecuri waktu untuk jalan-jalan. Semacam liburan yang tak direncanakan.

Jika Jihan senang dengan pekerjaannya itu, lain lagi dengan Bima yang mau tak mau harus rela ditinggalkan kekasihnya itu. Meskipun jujur saja, dia amat sangat tidak rela, tetapi apa dayanya, dia hanya seorang kekasih yang tak berhak untuk mengatur jalan hidup pasangannya. Bahkan seharusnya, dia mendukung pekerjaan kekasihnya. Tetapi, Bima pun tak munafik jika dia merasa kesal karena harus menghabiskan akhir pekannya kembali sendirian. Padahal, dia sudah mempunyai rencana untuk mengajak pacarnya itu sekadar jalan-jalan. Semacam quality time gitu. Tetapi sayangnya, karena dewi keberuntungan itu tidak sedang memihaknya.

"Aku senin udah di sini, ya ampun. Nggak usah manyun gitu kamu." Jihan tertawa kecil setelahnya. Sungguh, wajah manyun kekasihnya ini benar-benar menggelikan.

Tanpa berucap, Bima kembali memeluk Jihan setelah sebelumnya laki-laki itu beberapa kali memeluknya. Bahkan, Dara yang sedari tadi berada di antara mereka pun tersenyum salah tingkah. Perempuan itu merasa malu sendiri. Entahlah, sikap kekasih Bosnya itu benar-benar manja. Tetapi mereka tetap manis ketika bersama.

"Aku jalan sekarang ya?" Jihan berucap seraya melepas pelukan mereka. Saat ini, dia sudah di bandara, dan tiga puluh menit lagi menuju keberangkatannya.

Bima menggerutu pelan. Laki-laki itu memang sangat tidak rela. Wajah baru pulang bekerjanya itu bertambah kusut, apalagi laki-laki itu memang belum sempat pulang ke apartemennya.

"Senin udah pulang, janji ya?"

Jihan tertawa kecil. "Pokoknya diusahain."

"Bener lho Yang, aku lagi serius nih."

"Iya ish, bawel. Pokoknya, begitu kamu pulang kerja, aku udah ada di apart."

"Kita makan malam sama-sama ya, malam nanti?

Jihan mengangguk mengiyakan.

"Jangan bohong ya, Yang?"

"Iya."

Setelahnya, Bima menghela napas kasar. "Yaudahlah, aku juga nggak bisa nahan kamu. Pokoknya hati-hati. Kalo udah sampe, jangan lupa buat hubungi aku. Sesibuk apapun, satu kaliiiiii aja kamu hubungi aku."

Lagi-lagi, Jihan mengangguk. "Oke."

Bima tersenyum, kemudian menangkup wajah kekasihnya. Setelahnya, dia mengecup bibir Jihan sekilas membuat perempuan itu melotot. Tentu saja Jihan kaget karena Bima mengecup bibirnya di tempat umum. Meskipun ini bukan kali pertama, setidaknya Jihan merasa malu jika harus melakukannya secara terang-terangan di depan banyak orang. Bahkan Dara yang menyaksikan hal itu pun berdeham pelan sebelum meninggalkan keduanya yang tengah dilanda kasmaran itu. Entah Bima yang berlebihan, atau dia yang tak pernah melihat hal tersebut secara langsung, membuat Dara pun melengos karena malu. Tetapi setidaknya Dara tenang, jika kekasih Bosnya itu terlihat sangat mencintai sang bos. Dia jadi tak khawatir jika masa lalu Bosnya itu terulang. Jangan heran kenapa Dara tahu, karena Jihan yang menceritakan hal itu.

Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang