BAB 25

50.3K 3.5K 127
                                    

Abaikan 1K votesnya hahahahaha
Dan thanks for 870 votes di part sebelumnya💙💙💙

---

Beberapa kali, Bima menghela napas berat. Saat ini, mereka sedang menuju lobi untuk menemui Kakak Jihan. Laki-laki itu bahkan sempat berpikir untuk kabur saja. Entah kenapa, rasanya dia akan sangat malu jika Kakak kekasihnya itu mengenalinya. Apalagi jika mengingat tingkah bodohnya dulu. Bagaimana bisa dia berpikir jika laki-laki itu adalah selingkuhan wanita itu?

Bima meringis. Dia sempat ditegur oleh Jihan ketika berhenti di tengah jalan.

"Kenapa sih?" Jihan bertanya heran. Karena sedari tadi, tingkah Bima benar-benar terlihat resah.

Bima menggelengkan kepalanya. "Apa aku pulang aja ya?"

"Ha?"

"Aku malu, Yang."

"Malu, kenapa?"

"Gimana kalau Masmu itu ngenalin aku? Aku bakalan malu banget kalau dia tahu aku adalah si bodoh yang ya ... kamu tahu maksudkulah."

Seketika Jihan terbahak mendengarnya. Seriously? Bima mengkhawatirkan itu?

"Mas Aji nggak bakalan ngenalin kamu. Orang dia cuma lihat kamu dari foto doang."

"Ah, iya ya?" gumam Bima yang akhirnya merasa lega. Kali ini, dia berjalan penuh percaya diri. Dan dia berjanji akan mengenalkan diri sebagai kekasih Jihan dengan gentle. Ketakutan konyolnya itu memang keterlaluan. Kok bisa ya, dia bertingkah bodoh seolah Kakak Jihan akan mengenalinya ketika mereka saja tidak pernah bertemu?

"Yuk ah, jalan. Ntar Mas Aji ngomel lagi."

Beberapa menit setelahnya, mereka pun sampai di lobi yang sudah sangat sepi, mengingat jam bahkan sudah menunjukan pukul sepuluh lewat.

Jihan mengedarkan pandangannya ke segala penjuru, berharap dapat menemukan orang yang tengah dicarinya. Tetapi nihil. Dia berdecak pelan seraya merogoh ponsel yang sebelumnya berada di saku celananya, kemudian mendial nomor sang kakak.

Lagi-lagi, perempuan itu berdecak ketika nomor yang dihubunginya itu sedang sibuk. "Ini orang ke mana sih? Tadi bilangnya cepetan."

Udara malam ini cukup dingin, dan Jihan yang hanya memakai kaos pendek pun merasa kedinginan ketika angin berhembus cukup kencang. Bahkan sampai menerbangkan beberapa helai rambut yang digerai itu. Beruntung dia memakai celana panjang, sehingga kakinya aman.

"Yang," panggil Bima akhirnya setelah beberapa menit keduanya saling diam.

Jihan hanya bergumam menanggapi. Tangannya masih mengotak-atik ponselnya dengan anteng. "Centang dua, tapi nggak dibaca-baca!" gerutunya.

"Yaaaang," panggil Bima lagi, karena merasa terabaikan.

"Kenapa?"

"Masmu, itu ... bukan sih?" ucap Bima seraya menatap seorang laki-laki yang berjalan ke arah mereka. Laki-laki yang memakai kemeja hitam, juga celana berwarna khaki.

Seketika Jihan pun ikut memandang orang yang dimaksud kekasihnya. Setelahnya, dia berlalu, berjalan mendekati orang tersebut dan meninggalkan Bima yang masih diam mematung. Dugaannya ternyata benar. Laki-laki itu adalah Kakak kekasihnya. Ah sial! Apa yang harus ia lakukan sekarang?

Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang