BAB 10

65.4K 3.9K 152
                                    

Hampir 2700+ word, are you ready? #JihanRadiGARISKERAS😎

Happy reading....

---

Terik matahari siang ini tak menyurutkan semangat para pengemudi di jalanan. Dengan jalan yang macet seperti biasa, mereka berbondong menuju tujuannya masing-masing. Termasuk Jihan yang kali ini sedang bersama Radi.

Dengan sengaja, Radi menjemput Jihan di tempat perempuan itu bertemu dengan kliennya. Sebenarnya, laki-laki itu memaksa Jihan untuk ikut bersamanya. Hingga akhirnya, keduanya pun memutuskan untuk makan siang bersama.

"Nggak ada kerjaan banget sih," gerutu Jihan, masih merasa kesal dengan kedatangan Radi yang tiba-tiba. Ia pikir laki-laki itu tidak akan sampai menyusulnya ketika Jihan mengatakan di mana dirinya berada. Tetapi sepertinya, membuat Jihan kesal sudah menjadi hobi laki-laki itu.

Radi tertawa di tempatnya, masih dengan kedua tangan yang mengendalikan kemudi. "Sorry Beb, gue udah janji sama Mami kalau hari ini gue mau jalan sama lo." Laki-laki itu menoleh, memandang raut wajah kesal perempuan yang katanya 'calon istrinya' itu.

"Lo anak Mami banget deh perasaan. Kayaknya apa yang Mami lo pengin, pasti lo turuti."

"Ternyata, lo peka juga Beb," jawabnya dengan santai. Laki-laki dua puluh sembilan tahun itu menganggukan kepalanya. "Dan ya, lo bener. Sebisa mungkin, gue selalu nurutin apa keinginan Mami. Meskipun bergajulan gini, Mami adalah orang yang paling gue hormati. Gue sayang sama beliau melebihi diri gue sendiri," ucapnya dengan mantap membuat Jihan pun terdiam. Jarang, bahkan mungkin Jihan tidak pernah melihat ekspresi serius Radi seperti sekarang ini. Ah, Radi ini sungguh teka-teki.

"Kenapa diem? Terkesima sama ucapan gue ya?"

Jihan yang sedari tadi hanya diam pun mendelik sebal. Kini raut wajah laki-laki itu kembali tengil seperti biasa.

"Lo punya kepribadian ganda atau gimana sih?"

Pertanyaan itu sukses membuat Radi tergelak. "Lo bilang gitu, karena lo belum tahu Radi Rasendria yang sebenarnya," jawabnya dengan santai. Ekspresi wajahnya kembali serius membuat Jihan pun bergidik ngeri.

"Rad, lo waras kan?" tanya Jihan ragu, sambil memandang Radi dengan takut. Percayalah, ketika menyaksikan ekspresi serius orang yang suka bercanda seperti Radi tuh emang nakutin. Jihan pun merinding seketika.

Radi tersenyum simpul. Hal jarang yang ia perlihatkan. "Gue baik, tenang aja. Gue nggak bakalan sampai habisin darah lo kok. Karena lo calon istri gue. Ya, meskipun karena perjodohan konyol yang orangtua kita lakukan, tapi lo perlu tahu gimana gue yang sebenernya. Jadi atau nggaknya lo nikah sama gue." Radi menoleh ke arah perempuan yang duduk di sampingnya, yang juga tengah menatapnya. "Karena gue, percaya sama lo."

Jihan menaikan sebelah alisnya, sebelum mengangkat bahunya acuh. "Oke, gue akan mempersiapkan diri buat tahu lo yang sebenarnya kayak apa. Thanks udah percaya sama gue, meskipun jujur aja gue belum menaruh rasa itu sama lo," ucapnya, kemudian Jihan pun tersenyum.

Suara deringan telepon memecah keheningan di antara keduanya. Dengan tergesa, Jihan pun merogoh hand bag yang berada di pangkuannya. Mencari benda pipih yang sedari tadi bersuara.
Dia mengerutkan kening begitu melihat identitas si penelepon.

Mysha is Calling....

Radi yang melihat Jihan termangu di tempatnya nya pun menegur perempuan itu. "Angkat aja kali," ucapnya yang langsung dituruti oleh Jihan. Dengan ragu, perempuan itu pun mendekatkan handphonenya ke telinga.

Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang