Jika aku mulai mendekat, mungkinkah kau akan terpikat?
- Quinsha by ifashaffa
Usai mendapat notifikasi ketika jam mata pelajaran Matematika berlangsung, tidak berapa lama bel istirahat menggema. Esa langsung keluar kelas menuju lokasi yang ditunjukkan oleh Afif; gitaris Sadist Band. Afif meminta Esa untuk datang menemui mereka di ruang musik. Entah untuk apa Esa pun tidak tahu.
Tidak seperti Esa yang langsung keluar kelas saat mendengar bel istirahat berbunyi, Arfan si Cowok Manis datang menghampiri Quinsha di bangkunya.
"Oh Dewi, kaulah hidupku, aku cinta padamu sampai mati. Dewi, belahlah dadaku agar kau tahu, agar kau mengerti.."
"Mati entar kalo dada lo dibelah. Bego! Suara fals aja pake segala nyanyi," sinis Quinsha.
Arfan tersenyum manis dan mendaratkan bokongnya di bangku Esa. Tidak disangka, Quinsha merespons dendangannya yang hanya sekadar untuk menggoda Quinsha. Iya, walaupun dengan nada ketusnya.
"Siapa yang suruh lo duduk di situ?" ujar Quinsha menunjuk dengan dagunya.
"Esa kan nggak ada, Quin."
"Tapi gue mau sendiri."
"Nggak mau gue temenin?" Arfan masih terus menggoda Quinsha.
"Lo tuh, ya. Sana!" Spontan saja minuman botol bersoda berwarna biru yang digenggam di salah satu tangan Arfan tumpah di atas tas milik Esa. Itu karena Quinsha yang kesal dan mendorong bahu Arfan dengan refleks. Hingga minuman itu tumpah tanpa sisa.
Seisi murid yang ada di dalam kelas hanya bisa bengong, ketika melihat kejadian di dalam kelas mereka.
"Hah, Quin sori. Gue nggak sengaja," sesal Arfan.
"Ish!" Quinsha berdesis kesal. Kalau Esa sampai tahu kejadian yang menimpa tas sekolahnya, kemungkinan besar pasti Esa akan marah.
Quinsha pun bergegas pergi meninggalkan kelas. Mencari sesuatu untuk membersihkan tas Esa yang basah dan kotor. Memang, tas punggung Esa berwarna hitam. Tapi tetap saja, sangat tidak bertanggung jawab jika Quinsha tidak membersihkan seperti semula.
❤❤❤
Suara decitan pintu membuat kelima pemuda yang sedang berbincang-bincang di suatu ruangan, menoleh bersamaan ke arah pintu. Seseorang yang ditunggu kini sudah datang.
"Kalian ada perlu apa sama gue?" Esa langsung melemparkan sebuah pertanyaan kepada kelima pemuda tersebut.
"Santai dulu, Sa. Duduk dulu, gih! Gabung sama kita," pinta Saban.
Esa kemudian memilih duduk bersandar di dinding. Ketika ada satu kursi yang terletak di sana.
"Sebelumnya, gue mau ngucapin terima kasih sama, lo. Kalo lo udah mau gantiin gue, jadi bassist di Sadist Band," ujar Davin yang kebetulan hari ini sudah masuk sekolah.
Kebetulan Davin sudah mendengar semuanya dari keempat temannya tentang Esa. Maka dari itu, dia sangat bersyukur, ketika mendengar ada yang menggantikannya di acara ulang tahun sekolah kemarin.
"Terus, kenapa kalian manggil gue ke sini?" tanya Esa lagi.
"Jadi gini, Sa." Sang vokalis angkat bicara. "Kita mau nawarin lo, untuk gabung di band kita. Jadi bassist kedua," jelas Dafa selanjutnya.
Esa mengangkat satu alisnya. Matanya menatap satu per satu personil Sadist Band yang berada di sekitarnya. Masih merasa tidak percaya dengan apa yang dikatakan mereka. "Bukannya bassist kalian udah kembali? Gue rasa, gue nggak bakal diperlukan di sini."