Mungkin, ini yang namanya cinta. Tidak pernah kurasa sebelumnya.
-ifashaffa
"Cieee dianterin siapa?" goda Arfan yang ternyata sedang bersembunyi di balik pintu. Bikin kaget saja.
"Udah tahu juga. Segala pake nyindir gue," cetus Quinsha sambil berjalan.
"Quin." Arfan mendekati Quinsha dan merangkulnya. "Kenapa lo nggak coba deketin Esa?"
Mendadak langkah Quinsha berhenti. Begitu juga dengan Arfan. Bergidik ngeri melihat tatapan Quinsha yang sulit diartikan, Arfan pun melepas rangkulan itu. Gadis itu lalu kembali berjalan tanpa menjawab saran dari Arfan.
💀💀💀
Malam ini Quinsha benar-benar sulit sekali untuk tidur. Gadis itu memang sedang berada di rumah. Tapi pikirannya entah ke mana-mana. Apalagi jika mengingat kejadian tadi sore di rumah Esa. Ditambah pertanyaan Arfan yang menambah kepalanya pusing tujuh keliling. Benar-benar membuat sakit kepala.
"Kak Quin, udah tidur?" sapa seseorang dari luar kamar Quinsha.
"Belum." Quinsha menyahut. "Masuk aja. Pintu belum gue kunci," sambungnya.
Siapa lagi kalau bukan Ingga. Karena kalau Arfan, tidak akan ia izinkan masuk ke dalam kamar.
"Udah jam setengah 12 loh, Kak? Kok belum tidur?" tanya Ingga seraya menempelkan bokongnya ke atas tepi kasur.
"Lo juga belum tidur," balas Quinsha bertanya.
"Hehe. Pengen tidur bareng Kak Quin. Boleh?"
Quinsha mengedikkan bahu sekenanya.
"Boleh nggak?" tanya Ingga lagi.
"Boleh."
"Yeee. Makasih Kak Quin," ujar Ingga seraya memeluk tubuh Quinsha erat. "Kak!" panggil Ingga melepaskan pelukannya tadi.
"Hmm."
"Kak Quin kenapa? Kayak lagi mikirin sesuatu," tebak Ingga.
"Nggak kenapa-kenapa. Gue cuma ngantuk." Quinsha lantas menarik selimut dan tidur lebih dulu meninggalkan Ingga.
Sementara Ingga hanya menghela napas dan ikut memejamkan mata.
💀💀💀
Tidak hanya kemarin. Hari-hari berikutnya Quinsha juga belajar bermain gitar. Terkadang, Quinsha yang datang ke rumah Esa. Terkadang juga sebaliknya. Esa yang mendatangi rumah Quinsha.
Emma, mama Quinsha yang melihat itu nampak bahagia dengan kedekatan putrinya dengan Esa. Pun, banyak perubahan yang dialami Quinsha selama ini.
Setelah hampir sepuluh hari Quinsha dan Esa bergantian datang ke rumah untuk belajar bermain gitar, akhirnya waktu yang ditunggu tiba. Hari ini adalah hari di mana praktek bermain gitar dimulai.
Sebenarnya Esa percaya kalau akhirnya Quinsha sudah bisa berhasil bermain gitar. Karena selama Esa mengajari Quinsha, Quinsha terlihat sangat sungguh-sungguh. Jadi tidak heran, kalau saat ini dirinya sangat percaya diri untuk mempraktekkan di depan kelas. Meskipun terlihat jelas di raut wajah gadis itu, kalau dirinya juga tidak memungkiri kalau merasa deg-degan juga.
Tapi Esa berdecak kagum tidak percaya. Selain sudah berhasil bisa bermain gitar, ternyata suara Quinsha juga bagus. Karena selama belajar bermain gitar, Quinsha tidak pernah mengeluarkan suara merdunya. Jadi Esa tidak pernah tahu. Pantas saja, ketika Esa menyuruhnya bermain gitar sambil bernyanyi, Quinsha selalu menolak. Ternyata gadis itu sengaja ingin memberi kejutan.
"Suara lo bagus, Quin," puji Esa ketika Quinsha sudah kembali ke bangkunya.
Quinsha tersenyum sambil mengedikkan bahu sekenanya.