Seseorang di masa lalu kembali datang. Cukup senang. Yang aku takutkan hanyalah rasa sakit yang terulang.
- ifashaffa
Ada sedikit keanehan di wajah Esa. Pagi ini, raut wajahnya jauh lebih terlihat segar. Entah Quinsha yang memang salah lihat, atau memang pagi ini Esa terlalu tebal memakai skincare.
"Ngapain lo liatin gue kayak gitu." Ternyata Esa sadar jika sedari tadi dirinya diperhatikan oleh gadis yang duduk di sebelahnya.
"Aneh lo hari ini."
"Ha."
"Kayak ada yang beda."
"Kenapa? Lo baru sadar kalo gue cakep." Esa membanggakan dirinya sendiri.
"Hah! Lo nggak salah. Tingkat kepedean lo tinggi banget tau nggak!" cibir Quinsha seraya geleng-geleng kepala.
"Itu fakta kali."
"Banjir, dong."
"Lo ngomong apaan, sih! Nggak nyambung!" cetus Esa tidak mau kalah.
"Gue yang nggak nyambung. Atau IQ lo yang terlalu rendah." Lagi-lagi Quinsha mencibir Esa.
Seperti biasa, ada sedikit rasa iri yang dirasakan oleh Arfan, melihat kedekatan keduanya. Meskipun lebih sering terlihat beradu argumen, tapi rasa-rasanya mereka selalu dekat.
Ada saja hal-hal yang membuat keduanya tidak kehabisan topik pembicaraan.
💀💀💀
"Arfan."
Lelaki itu menoleh ketika namanya dipanggil, juga satu bahunya ditoel oleh seseorang dari belakang.
Cukup terkejut. Tidak biasanya seorang bidadari yang baru saja turun dari khayangan langsung mencarinya dan memanggil namanya dengan lembut.
"Fan! Malah bengong," cetus Quinsha. "Boleh kan aku duduk sini," lanjutnya berbicara.
Setelah mendapat persetujuan dari Arfan, barulah Quinsha duduk di sebelah Arfan.
Sore ini, Arfan dan Quinsha sedang duduk di taman belakang rumah. Menikmati langit berwarna oranye. Hanya satu yang kurang. Ingga tidak pulang karena ingin menginap di rumah temannya.
"Fan, lo mau temenin gue nggak?"
"Ke mana?" Arfan tanya balik.
"Ke distro."
"Mau beli baju?"
Quinsha menggeleng. "Ada perlu sama Esa."
"Apa hubungannya distro sama dia!" Suara Arfan mulai sedikit meninggi ketika Quinsha menyebut nama lelaki itu di depannya.
"Iya karena gue mau ajak lo ke distro milik si Esa. Karena biasanya sore-sore begini dia di sana." Quinsha menjelaskan.
"Ogah!"
"CK." Quinsha berdecak kesal. "Parah banget sih lo. Ya udah gue berangkat sendiri."
Gadis itu pun bangkit dari duduknya dan langsung pergi ke garasi mobil.
Ketika Quinsha ingin membuka pintu mobil, Arfan tiba-tiba saja datang menahan pintu mobil yang sudah terbuka setengah.
Quinsha menoleh.
"Biar gue yang nyetir."
"Katanya nggak mau nemenin."
"Gue bohong tadi. Ayo masuk!"
Quinsha pun memutar kedua bola mata nya seraya geleng-geleng kepala. "Nggak konsisten banget tuh anak," gumam Quinsha pelan.
Jujur saja, sebenarnya Arfan juga tidak mood jika harus melihat Esa berduaan dengan Quinsha. Itu mengapa mau tidak mau Arfan menyetujui ajakan Quinsha. Dengan begitu, dirinya bisa mengawasi jika Esa akan mencuri kesempatan untuk dekat-dekat dengan Quinsha.