Chapter 4

649 136 50
                                    

Aku ini seperti es krim, dingin tapi manis.

- Quinsha by ifashaffa

"Laper gue," ucap Quinsha sembari mengelus-elus perutnya yang kelaparan.

Quinsha langsung menuju ke dapur tanpa mengganti pakaian dahulu. Dia membuka pintu lemari es, meneliti apakah masih memiliki stok makanan atau tidak. Dan hanya ada dua butir telur tersisa di bagian dalam pintu lemari es. Mau tidak mau, Quinsha mengambil satu butir telur ayam yang akan dia jadikan telur dadar.

Untunglah masih ada nasi di dalam rice cooker, jadi Quinsha tidak perlu repot untuk memasak nasi lagi.

Telur dadar buatan Quinsha sudah siap untuk disantap. Di atas piring keramik putih itu, hanya terisi sedikit nasi dan segulung telur dadar. Kini dengan lahap, Quinsha melumat makanan buatannya sendiri yang tidak terlalu istimewa.

Nafsu makan Quinsha tiba-tiba saja hilang, saat matanya melirik layar ponsel yang menyala dan bergetar di atas meja. Tertulis nama 'Papa' di situ. Quinsha menarik napas berat. Enggan untuk mengangkat telepon dari seorang lelaki yang meninggalkannya seorang diri di rumah besar ini. Walaupun setiap bulannya uang saku selalu masuk ke dalam rekening milik Quinsha, tetap saja, akan terasa hampa. Tidak ada bahagia yang dirasa.

Istri baru David, tidak mengizinkan Quinsha untuk ikut tinggal dengan mereka. Itu mengapa, Quinsha hanya tinggal di sini sendiri. Karena seperti yang kalian tahu, Quinsha sangat menolak untuk ikut dengan Divana.

"Hallo," Quinsha berucap dingin.

"[Kamu baik-baik saja, Quin?]" tanya seorang lelaki di ujung telepon.

"Hmm."

"[Papa barusan aja kirim uang bulan ini ke rekening kamu. Udah dicek?]"

"Udah."

"[Ya udah. Oh iya, nanti malam, teman lama Papa mau ke rumah. Nganter berkas penjualan rumahnya dulu. Nanti kamu terima dan simpen, ya,]" pinta David. Bisa dikatakan, David adalah agen jual-beli rumah. Jadi maklum saja, tidak pernah ada jeda untuk bersantai. Sibuk terus-menerus.

Mendengar itu, kedua alis mata Quinsha saling bertaut. Tidak terlihat memang, karena mereka berdua hanya berbicara via telepon. "Kenapa harus ke sini? Kenapa nggak langsung dianter ke rumah Papa?" protes Quinsha yang tak mau menerima tamu dari siapa pun.

"[Seminggu lagi Papa ke Jakarta, Quin. Jadi kamu simpen aja dulu.]"

"Ngapain Papa ke Jakarta?"

"[Ada bisnis yang harus Papa urus di Jakarta. Sekalian ketemu kamu. Udah lama juga Papa nggak ketemu kamu, Quin. Kalau diajak video call, selalu nolak.]"

"Oh. Sendiri?"

"[Iya, sendiri. Istri Papa sibuk sama bisnisnya di sini.]

Setelah bercerai dari Emma, dua bulan setelahnya David sudah menikah lagi dengan perempuan lain. Dan sekarang menetap di Surabaya. Quinsha yang memang dekat dengan papanya dari dulu, walaupun merasa kecewa dengan keputusan papanya untuk menceraikan Emma, Quinsha masih mau berbicara pada David meski dengan sikap yang dingin. Beda dengan Emma, akibat ulah mamanya sendiri yang lebih dulu berselingkuh, membuat Quinsha marah besar terhadap Emma. Divana yang tidak betah, karena David selalu sibuk dengan pekerjaannnya, membuat David kurang memberi kasih sayang kepada Emma juga Quinsha.

❤❤❤

Ting Nung..

Quinsha yang kebetulan sedang berada di ruang tamu, segera mengubah posisi yang tadinya terlentang di atas sofa menjadi duduk. Quinsha mencebikkan bibir, lalu mengikat rambutnya yang tadi berantakan. Dia lalu beranjak pergi dan segera membukakan pintu. Melihat siapa yang datang berkunjung pukul delapan malam ke rumahnya.

Quinsha (S E L E S A I)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang