3

36.1K 4.5K 405
                                    

"Aku mencintaimu dalam diam, dalam jarak yang tak bisa tersentuh, dalam waktu yang tak memiliki batas, dalam kesendirian yang terus membelenggu"
-Ljn-

.

.

.

Jeno memandang seksama apartemen sederhana milik Jaemin. Ia pikir Jaemin tinggal di sebuah rumah kecil yang berdempetan dengan rumah-rumah lain di sekelilingnya, namun semua pemikirannya jauh dari apa yang selama ini ia pikirkan. Jaemin tidak semiskin itu.

"Ini peninggalan orangtuaku. Satu-satunya yang tidak mungkin aku jual." Jaemin berkata setelah melihat bagaimana raut wajah Jeno yang seolah tidak percaya dengan apa yang ada di hadapannya.

"Aku akan membereskan kamar yang akan kau tempati, duduklah dulu disana." Jaemin menunjuk sebuah sofa tunggal memanjang di tengah ruangan.

Jeno mengangguk mengerti, ia melangkahkan kaki semakin dalam hingga ke tengah ruangan, dari pintu depan, ruang bagian kanan adalah dapur, di sebelahnya ada dua ruangan lagi, Jeno pikir itu adalah kamar, ia melihat Jaemin memasuki salah satunya, lalu sebelah kirinya adalah ruangan memanjang dengan sebuah sofa panjang di tengah, di depannya ada TV selebar 32 inch, Jeno menganggap itu sebagai ruang tamu sekaligus tempat bersantai, di seberang ia berdiri ada sebuah balkon mungkin di fungsikan Jaemin sebagai tempat menjemur pakaian saat matanya tidak sengaja melihat beberapa pakaian yang tergantung disana. Jeno melihat kembali kesamping kirinya, ada sebuah lemari kayu panjang sekitar  tiga meter dengan tinggi sekitar pinggangnya, ketika Jeno melangkah untuk melihat dengan jelas isi di dalamnya, Jeno bisa melihat tumpukan susunan buku yang sangat rapi, diatasnya ada banyak foto yang terpajang, Jeno bisa melihat wajah Jaemin sewaktu kecil,  tangannya meraih salah satu pigura disana, ia tersenyum sekilas namun kesenangannya terhenti saat Jaemin meraih benda di tangannya dengan gerakan cepat.

"Jangan lihat-lihat." Ketusnya. "Kamarmu sudah ku bersihkan." Jaemin meraih seluruh pigura disana dalam satu pelukan di dada. Ia pergi memasuki kamar yang paling ujung di samping sebuah kamar yang akan Jeno tempati. Jeno menahan tawanya karna sikap Jaemin yang sedikit menggemaskan menurutnya.



🍂🍂🍂



Setelah menaruh barang-barang miliknya dengan aman Jaemin keluar dari kamarnya, ia ingin membersihkan diri sebelum tidur dengan nyenyak, ini  sudah pukul satu malam, ia tidak pernah tidur terlambat, semua karna ulah Jeno yang memintanya untuk pergi ke Flatnya lebih dahulu untuk mengambil barang-barangnya kemudian baru menuju ke tempat tinggal Jaemin, padahal Jaemin sudah menyuruhnya untuk pindah keesokan hari saja namun Lee Jeno itu keras kepala, dia berkata takut jika Jaemin melarikan diri jika mereka berpisah malam itu juga, padahal mereka satu universitas jika Jeno lupa.

Setelah membersihkan dirinya, Jaemin melangkah melewati kamar Jeno, ia melihat jika pintu kamar Jeno tidak tertutup rapat, bukan berniat tidak sopan tetapi Jaemin tiba-tiba penasaran, Apa Jeno sudah tidur atau dia sedang melakukan sesuatu, Jaemin takut jika Jeno itu sebenarnya  hanya menipunya, siapa tahu jika Jeno yang sering di elu-elukan di kelasnya karna ketampanan wajahnya itu berniat jahat padanya. Hei mereka tidak pernah memiliki urusan, yah kecuali kejadian yang Jaemin tutupi hingga saat ini, kejadian yang kini membuatnya harus bekerja lebih keras untuk masa depannya.

Jantung Jaemin berdegup kencang ketika tiba-tiba pintu di depannya terbuka lebar, Jaemin bersumpah ia belum sempat melihat apapun. Mereka sama-sama terkejut dengan suasana canggung.

"Jaemin-ssi..." Jeno memanggil,

Jaemin berdeham mencoba menghilangkan kegugupannya, tatapannya dibuat sedatar mungkin.

Dear Nana [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang