Epilog

24.1K 1.9K 160
                                    





-


-

Jemari itu mengetuk-ngetukkan kukunya pada dataran meja. Wajahnya datar menatap fokus pada satu titik di ujung sana. Dua cangkir kopi yang telah setengah kosong menjadi saksi bisu pembicaraan dua pemuda yang kini enggan bersitatap.

Woo Bin tidak berkata-kata ketika lawan bicaranya tidak memberikan tanggapan apapun atas apa yang telah ia katakan. Ia seperti telah membuang waktunya untuk hal yang tidak berguna, namun Woo Bin tidak menyesalinya. Minwoo memang harus mengetahui semuanya sebelum terlambat.

"Kau tidak mencoba membohongiku 'kan? Kau tidak mencoba untuk menjauhkanku dari Jaemin dengan cara membuat cerita bohong untuk mengelabuiku?"

Woo Bin mengalihkan pandangan. Ia menatap Minwoo tanpa rasa takut dan keraguan.

"Itu kenyataan yang sebenarnya Hyung... kau memiliki ikatan darah dengan Paman Minho, Ayah Jaemin. Bahkan organ hati yang kini ada di dalam tubuhmu adalah milik Ayah Jaemin. Kau selamat karena Paman Minho mendonorkan Hatinya tepat di saat Hyung sekarat."

Minwoo menggelengkan kepala. Ia masih tidak bisa menerima informasi ini dengan lapang dada. Minwoo tidak mungkin salah ketika mencari informasi jati dirinya.

"Bagaimana mungkin ini terjadi?" Minwoo merasakan sesak. Dadanya berdenyut sakit ketika mengingat kembali apa yang selama ini ia lakukan.

"Maaf Hyung jika aku berkata lancang, tetapi aku harus mengatakannya." Kata Woo Bin serius. "Ayah tiri Paman Heechul memiliki hubungan dengan adik Ibu Paman Minho. Kau lahir karena hubungan gelap." Ujar Woo Bin melanjutkan.

Kedua mata Minwoo melebar, jantungnya berdebar cepat. Ia tidak mengira jika kelahirannya adalah suatu hal yang sangat memalukan. Minwoo sangat terpukul, Woo Bin tidak mungkin membohonginya, ia sangat mengenal Woo Bin selama hidupnya. Minwoo meremat dada kirinya dengan kuat mencoba menghilangkan rasa sesak yang ia rasakan.

"Kau tidak bersalah Hyung, jangan menyalahkan dirimu sendiri." Kata Woo Bin penuh ketulusan. Ia menyayangi Minwoo seperti kakak kandungnya sendiri. Woo Bin tidak bisa terus-menerus membuat Minwoo tersesat, ia harus menolongnya sebelum semuanya terlambat.

"Ku mohom kembalilah seperti Minwoo yang selama ini aku banggakan."

Minwoo menjatuhkan keningnya pada dataran meja. Ia menangis tersedu dengan sangat kencang. Apa selama ini Minwoo telah menjadi orang yang sangat kejam? Apakah selama ini ia telah menjadi seorang monster hanya karena uang dan obsesinya pada keponakannya sendiri? Apakah Minwoo telah merusak dirinya sendiri?

"Hyung.... tidak ada kesempatan kedua untuk orang telah mati. Tetapi kau masih hidup dan kau berhak mendapatkan kesempatan kedua jika kau ingin berubah."

Kata-kata Woo Bin menyadarkan Minwoo atas segala perbuatannya dulu. Ia nyaris merusak Jaemin, menghancurkan masa depannya dengan melepas beasiswa yang di terima Jaemin, berniat membuat pemuda manis itu datang menemuinya dan meminta pertolongan, tetapi Minwoo melupakan jika Heechul masih berada disisi pemuda manis itu, senantiasa menjaganya meskipun Jaemin tidak meminta. Minwoo terlupa jika Jaemin takut melihatnya. Minwoo terlupa jika ia bagian dari kenangan buruk Jaemin, trauma yang di rasakan Jaemin adalah hasil dari ulahnya sendiri. Ia adalah penyebab mengapa Jaemin menjauhinya. Membuat pemuda manis itu ketakutan saat melihatnya.

Minwoo mengangkat wajah. Mengusap airmatanya dengan tangan gemetar. Ia memandang keluar dari jendela kamar inapnya, bibirnya bergetar penuh keraguan, namun Minwoo tetap berusaha mengatakannya.

Dear Nana [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang