5000k+ words
Pelan pelan saja membacanya...
😁-
Delapan belas jam yang lalu...
"Paman, kau tidak serius dengan kata-katamu kan? Kau tidak akan melakukannya lagi. Kau sudah berjanji!"
Taeyong sadar dirinya sedang panik, tetapi ia tidak bisa berpikir jernih. Taeyong tidak tahu ia akan di bawa kemana. Semua nampak asing baginya. Taeyong hanya mengetahui jika ia telah meninggalkan kota Seoul.
Disaat seperti ini Taeyong menyesali perbuatannya yang dengan sengaja mematikan ponsel miliknya, jika saja ponsel miliknya masih dalam keadaan hidup kemungkinan besar Jaehyun bisa dengan mudah melacak keberadaannya. Namun Taeyong telah meninggalkan benda itu entah dimana.Tubuhnya bergetar. Taeyong ketakutan. Perasaan yang sama ketika Minwoo pernah hampir menjualnya dengan sengaja. Namun saat itu Taeyong masih memiliki Doyoung, Ten dan Yuta, juga Jung Jaehyun. Sekarang apa yang akan Taeyong lakukan. Setelah perjuangan teman-temannya dalam membebaskan dirinya, apa Taeyong harus menyerah begitu saja? Apa Taeyong harus menyia-nyiakan perjuangan para sahabatnya?
Minwoo terkekeh di balik kemudi. Tertawa ringan seolah kalimat pertanyaan Taeyong bukanlah hal yang berarti .
"Kau tahu Taeyong, aku baru saja menarik sahamku di perusahaan Lee. Semua ku lakukan untuk mengambil kembali Jaemin. Tetapi sepertinya Woo Bin memiliki relasi bisnis lain yang rela memberikan dana sebesar itu secara cuma-cuma. Seperti yang kau lihat."
Jemari Minwoo mengusap lembut garis rahang Taeyong.
"Aku memang gagal. Tetapi aku memilikimu sekarang... kau akan melancarkan semua urusanku. Seperti dulu. Tugasmu mungkin sedikit lebih berat. Kau tidak hanya menemani mereka, jika mereka menginginkanmu kau harus melayani mereka. Apa kau mengerti?" Ujarnya.
Tatapan mata Minwoo masih fokus menatap jalan, sebuah seringai menghiasi bibirnya. Jemarinya masih bermain di perpotongan leher Taeyong, mengusapnya perlahan kemudian beralih mengelus bagian belakang sebelum berakhir dengan mengusak rambut Taeyong.
Taeyong terpaku pada jalanan lenggang di depannya. Pikirannya mendadak kosong. Apa yang di katakan Minwoo sungguh sangat menyakitinya, membuat Taeyong seolah tak berharga.
"Kau mendengarku?" Minwoo berkata. Diam-diam ia melirik Taeyong lewat ekor matanya. Taeyong hanya terdiam dengan segala pemikirannya.
Mendapati jika Taeyong mengabaikan perkataannya Minwoo kembali berkata.
"Kau tahu. Jika kau tidak ingin melakukannya, kau tahu apa yang akan terjadi pada adikmu yang manis itu."
Ini dia.
Hal yang sangat Taeyong takutkan.
Hal yang menjadi kelemahan terbesarnya.
Taeyong memejamkan mata. Memikirkan bagaimana ia bisa melarikan diri tanpa harus kembali tertangkap. Ini tidak akan mudah terjadi. Taeyong jelas sangat mengenal Minwoo, lekaki itu gila. Ia terlalu tersobsesi dengan Uang dan juga adiknya. Taeyong nyaris tidak bisa mendapatkan kelemahan Minwoo, namun Taeyong tidak bisa menyerah. Ia mencoba memikirkan jalan keluar, meski terlihat buntu tetapi tidak ada salahnya mencoba meskipun ia harus mengorbankan nyawanya.
"Paman, maafkan Taeyong."
Taeyong menutup mata sejenak.
Lalu kemudian semua terjadi begitu saja. Taeyong melepas seatbelt-nya, kedua tangannya menutup penglihatan Minwoo hingga Minwoo memberontak karena tidak bisa melihat jalan di depannya. Mereka sempat berkelahi di dalam mobil sebelum mobil itu menabrak pembatas jalan dan berguling. Tubuh Taeyong terhempas kedepan, Sedangkan Minwoo hampir terlempar keluar dari dalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Nana [Nomin]
FanfictionLee Jeno di jodohkan orang tuanya, tetapi ia menolak dan memilih kabur dari rumah, Jeno mengaku diusir dari rumahnya pada seorang pemuda manis namun kaku bernama Na Jaemin, teman satu universitas Jeno. Jaemin tidak sengaja bertemu Jeno yang sedang...