Tetaplah sehat.
Apapun yg terjadi nanti...
aku tetap bersama kalian... 💚-
-
Jaemin menghembuskan nafas. Merapikan beberapa bukunya yang berserakan di atas meja dengan gerakan lambat. Ia sebenarnya tidak memiliki semangat untuk kembali memasuki universitas, pikirannya bercabang karena masih memikirkan Taeyong yang masih tidak ia ketahui keberadaannya. Jeno sudah mencoba menghubungi Jaehyun yang justru hingga saat ini handphone Jaehyun malah tidak bisa dihubungi. Jaemin semakin merasakan kegelisahan. Perasaannya tidak nyaman sejak semalam sampai membuat Jeno harus mengusap punggungnya sepanjang malam. Jaemin yakin jika saat ini Jeno justru tertidur di kelasnya karena mengantuk.
"Kau ingin ke kafetaria atau hanya ingin duduk di sini dan menjadi penjaga kelas?" Ucapan sarkas Haechan menyentak lamunan Jaemin. Jaemin mendengus. Jika Haechan sedang dalam perasaan buruk, apa saja yang di ucapkannya akan selalu menjadi kata-kata pedas tidak ada manis-manisnya. Andai sepupunya ini tahu Taeyong sedang menghilang mungkin dia lebih mengerikan dari ini.
"Aku ikut denganmu." Jaemin menjawab.
"Kalau begitu cepat berdiri. Apa aku perlu menyeretmu?" Haechan sudah berbalik dan akan melangkah lebih dulu sebelum mendengar ucapan Jaemin yang sangat menyinggungnya.
"Galak sekali."
"Aku mendengarmu Lee Jaemin."
"Ish."
Mengerucutkan bibirnya, Jaemin mengikuti langkah Haechan.
Jaemin tentu lebih memilih Mengikuti Haechan di bandingkan ia harus sendirian di dalam kelas. Meskipun ia telah menikah dengan Jeno, itu tidak akan merubah pandangan orang-orang tentang Na Jaemin. Bahkan Jaemin meyakini jika jumlah orang yang tidak menyukainya bertambah lebih banyak dari sebelumnya. Jadi, sebisa mungkin Jaemin tidak memberanikan diri berkeliaran tanpa seorangpun berada disisinya.
"jangan berjalan di belakangku dengan jarak sejauh itu Na. Jika kau sampai menghilang aku tidak akan bisa menemukanmu." Gerutuan Haechan membuat Jaemin menyamakan langkah. Jaemin merasa jika Haechan dalam keadaan yang sangat-sangat buruk.
"Moodmu jelek sekali, aku sampai ingin menyumpahimu tahu! Ada apa?" Jaemin memutuskan bertanya. Haechan tidak pernah bersikap seperti itu padanya, -maksudnya sikapnya yang terlalu ketus. Haechan adalah Seorang yang selalu membuat Jaemin tersenyum dan merasa aman.
Meski enggan menjawab tetapi Haechan tidak bisa mencegah mulutnya untuk tidak berkata-kata.
"Mark tidak bisa ku hubungi." Decakan kesal kembali terdengar. Jaemin menggelengkan kepala, jika Haechan berwajah masam itu tentu berhubungan dengan Mark, harusnya Jaemin bisa menebaknya sejak awal.
"Dulu saja kau jual mahal. Sekarang satu hari tanpa kabar saja sudah seperti akan kehilangan semesta."
Haechan mengerucutkan bibirnya. Ia sengaja memperlambat langkahnya agar Jaemin tidak kesulitan berjalan, Haechan lupa jika Jaemin sedang hamil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Nana [Nomin]
FanfictionLee Jeno di jodohkan orang tuanya, tetapi ia menolak dan memilih kabur dari rumah, Jeno mengaku diusir dari rumahnya pada seorang pemuda manis namun kaku bernama Na Jaemin, teman satu universitas Jeno. Jaemin tidak sengaja bertemu Jeno yang sedang...