7

32.9K 4K 764
                                    

-

-

-

Laki-laki itu berdiri tegak masih dengan setelan pakaian kerja yang masih melekat, kacamata kerjanya tidak terlepas sejak ia berdiri mematung melihat sosok yang berada di balik kaca ia berdiri.

Di sana Putranya yang paling kecil sedang melakukan pekerjaan, ditengah malam seperti ini, mengabaikan ancaman bahaya yang suatu saat bisa saja mengintai nyawanya.

Ia menarik segaris senyum di ujung bibirnya, ada rasa bangga yang membuncah ketika melihat Putranya telah tumbuh menjadi sosok yang dewasa dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri. 

Sesungguhnya Donghae tidak pernah menghentikan memberikan uang saku Jeno setiap minggu melalui rekeningnya namun Jeno sepertinya tidak menggunakannya hingga detik ini. ego dan harga diri yang tinggi membuat Jeno enggan mengambil uang yang ia kirimkan, persis seperti dirinya ketika masih muda, ia kemudian berjalan berbalik berniat untuk pergi. Mengetahui Jeno dalam keadaan baik-baik saja sudah membuat Donghae tenang.

Bohong jika Donghae tidak memerhatikan putra-putranya.



Bohong jika Donghae tidak memerhatikan putra-putranya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Beruntungnya, dia memiliki kulit perut yang tipis hingga memudahkannya untuk menutupi bagaimana menonjolnya bagian bawah perutnya. Itu tidak akan membuat orang-orang bertanya karena mereka hanya akan melihat bagaimana Jaemin memakai hoodienya setiap hari, Jaemin meraih kotak susu yang di sembunyikannya di bagian atas lemari, ia membuang bungkus kemasannya dan meletakkannya isinya dalam sebuah toples, orang-orang tidak akan tau itu susu apa. Jeno bahkan hanya mengira jika Jaemin meminum susu biasa. ia sudah memikirkannya dengan baik.
Jaemin bergerak cepat sebelum Jeno kembali dari tempatnya bekerja. Ia telah menyiapkan sarapan untuk Jeno, dan Jaemin hanya akan meminum susunya.

Suara pintu terbuka dengan suara panggilan nyaring seseorang terdengar.

Jaemin tercekat, itu bukan suara Jeno. Ia berjalan tergesa.

"Haechan!" Jaemin berdiri  mematung di tengah ruangan.

Haechan tersenyum lebar melihat Jaemin yang sudah bersiap. Ia bermaksud mengajak Jaemin berangkat kuliah bersama dan memakan sarapan di kantin universitas.

"Kau sudah rapi sekali, berangkat bersamaku bagaimana?" Haechan berjalan mendekat.

Jaemin mengalihkan tatapannya, bergerak gelisah  karena Haechan yang datang secara tiba-tiba.

"Kau memakai mobil?" Jaemin bertanya. Karna takut Jeno bertemu Haechan, Jaemin cepat-cepat meraih tas miliknya yang sudah siap ditengah sofa, ia melangkah menuju pintu keluar dengan Haechan yang mengikutinya dari belakang.

"Tidak sih, Mark menjemputku." Haechan berkata. Jaemin menghentikan langkahnya. Matanya melirik Haechan dengan penuh rasa curiga.

"Sejak kapan kalian bisa dekat? Kau kan anti sekali dengan Mark." Memilih melanjutkan langkahnya, Jaemin mendahului Haechan.

Dear Nana [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang