6

33.8K 3.8K 781
                                    


-

-

-

Ciuman itu begitu kasar, terburu-buru dan menuntut, terasa panas penuh dengan gairah, meski dalam ambang kesadaran Jaemin masih bisa mengingat dengan jelas siapa laki-laki di atasnya yang kini sedang menguasai tubuhnya, bergerak dengan liar tanpa peduli dimana mereka berada, bukan tanpa alasan mereka berada disini, ini semua salahnya, murni kesalahan dirinya yang mencoba menolong pemuda ini. Bukan, lebih tepatnya Jaemin ingin bertanggung jawab, berbalas budi karna jika Jaemin yang berada di posisinya, sudah di pastikan itu menjadi malapetaka bagi mahasiswa dengan bantuan beasiswa sepertinya. Itu akan menjadi skandal yang akan menghancurkan masa depannya, ia bisa mendapatkan DO tanpa boleh memberi pembelaan.

"J-jeno...." Jaemin terengah-engah usai pelepasan mereka secara bersamaan, matanya sayu dengan lelehan keringat di keningnya, mereka sudah menghabiskan waktu lebih dari sepertiga malam, namun Jeno benar-benar enggan melepaskan dirinya.

"Satu kali lagi, ku mohon Nana..."

Jaemin menutup mata, panggilan itu, bagaimana Jeno bisa mengatakannya. Menghela nafas pelan dan membiarkan Jeno kembali melakukan sesuatu di tubuhnya, Mereka melakukannya lagi. Bahkan Jaemin lupa kapan ia tak sadarkan diri.

Semua berawal dari ajakan Haechan Untuk menghadiri ulang tahun teman sekelasnya, ia mengadakan pesta ulang tahunnya di sebuah hotel milik keluarga Lee Jeno. Jaemin baru menyadarinya disaat Jeno dengan mudahnya meminta salah satu kunci kamar disana. Haechan tidak mengenal Jeno begitupun Jaemin.

Jaemin menyesal mengikuti ajakan Haechan yang malah berujung membuatnya menghabiskan malam panjang dengan seorang yang tidak dikenalnya, harusnya ia bekerja saja dan tidak mengalami hal seperti ini.

Saat itu Haechan pamit ke toilet karena ia sudah nyaris pipis di celana, Jaemin sudah menawarkan diri mengantar tapi Haechan menolak jadilah Jaemin berdiri sendiri di ujung ruangan.

Seseorang menghampirinya menawarkan minuman, Jaemin menerimanya karena itu minuman jus jeruk biasa, tidak beralkohol, memang kebetulan sekali ia sedang haus dan enggan beranjak dari tempatnya sekarang, katakanlah ia tidak suka keramaian dan menghadiri pesta seperti ini bukan gayanya.

Bibirnya nyaris bersentuhan dengan ujung gelas ketika minuman miliknya di rebut dengan paksa. Jaemin terkejut dengan  gerakan tiba-tiba orang di depannya.

"Kau tidak bisa meminum ini." Ucapnya. Wajah tampan dan hidung bangir yang menggoda terpampang jelas di depan matanya. Jaemin mengenalinya sebagai mahasiswa bisnis yang cemerlang di universitasnya.

"Kau baru saja merebut minuman orang lain. Itu tidak sopan. Kau bisa mengambil yang di sana jika kau menginginkannya juga." Jaemin membalas. Tangannya menunjuk meja dengan banyaknya minuman tersusun rapi.

"Tapi milikmu berbeda." Ucap Jeno dengan sedikit dengusan. Ia tidak suka mencampuri urusan orang lain terlebih urusan pemuda di depannya ini, namun entah kenapa dirinya tiba-tiba berjalan tergesa menuju arahnya ketika Jaemin dengan polosnya ingin meminum minuman yang telah di modifikasi. Jeno tidak sedang bergurau, ia melihatnya sendiri, seseorang ingin menjahili Jaemin, Jeno akui Jaemin sangat mempesona dengan kemeja putih polos berpaduan dengan celana jeans berwarna biru langit dengan ujung tangan yang terlipat hingga siku, siapapun pasti akan mengalihkan pandangannya ketika melihat Jaemin yang terlihat berbeda termasuk Jeno. Jeno sudah memerhatikannya tanpa sadar sejak Jaemin masuk aula bersama dengan sahabatnya.

"Berbeda?" Jaemin bertanya. Kepalanya miring dengan kerutan samar di keningnya.

"Kau tidak percaya?"

Jaemin menatap Jeno dengan kedua mata polosnya. Ia tidak pernah suka berbicara dengan orang yang tidak dikenalnya terlebih itu hanya karna sebuah minuman.

Dear Nana [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang