♒ ♓ ♈ ♉ ♊ ♋ ♌ ♍ -♎- ♏ ♐ ♑
Jeonghan masih berumur 10 tahun ketika dia mendapat sebuah mimpi. Dia berada di hutan, dan dia bisa mendengar kicauan burung. Ada yang berdesir di belakangnya, dan dia berbalik, mencoba menemukan darimana sumber suara itu. Dia tidak menemukan apa-apa kecuali semak-semak, lalu dia hanya mengangkat bahu dan terus berjalan.
Dia memakai sepasang sepatu boot, sweater hoodie yang nyaman, dan celana jeans, dan dia juga membawa ransel. Dia menghentikan langkahnya di sungai kecil untuk mengisi botol minumnya dan memercikkan air ke wajahnya.
Setelah beristirahat sebentar, dia melanjutkan perjalanannya. Entah kemana, dia juga tidak tahu. Yang dia ikuti hanyalah kompas di pergelangan tangan kanannya, yang mengarahkannya ke arah yang dia ikuti dari tadi.
Dia lebih tua di dalam mimpinya, dan jauh lebih tinggi, dan dia memiliki rambut yang panjang. Dia tidak tahu apa yang membuatnya memilih untuk memanjangkan rambutnya, tapi dia membuang jauh pikiran itu, dan melanjutkan perjalanannya.
Hutan perlahan-lahan menghilang, menampakkan gua yang berukuran kecil. Gua itu cukup kecil sehingga dia bahkan tidak bisa merangkak masuk, jadi dia hanya mengulurkan tangannya, tapi dia terbangun oleh suara jam wekernya.
Dia menggerutu, ingin tahu apa yang ada di dalam gua tersebut, tapi dia harus terbangun dari tempat tidurnya, bahkan sebelum ibunya menaiki tangga untuk membangunkannya.
Dia berlari menuruni tangga, dan duduk di meja, menyapa orangtuanya dengan ucapan selamat pagi sambil menguap. Mereka tersenyum dan ibunya menciumnya di ubun-ubunnya sambil menaruh sepiring pancake di atas meja.
Jeonghan bahagia, dan segera memakan pancakenya. Ayahnya menertawakannya yang membuatnya memperlambat makannya, lalu Jeonghan tersenyum dengan mulut yang penuh.
Setelah sarapan, Jeonghan mengambil ranselnya di kamarnya dan bekal makan siang dari ibunya, dan meninggalkan rumah bersama dengan ayahnya, dia berteriak mengucapkan selamat tinggal kepada ibunya. Tapi dia harus kembali untuk mengambil wristbandnya, yang merupakan hadiah dari orangtuanya.
Jeonghan tidak ingat kapan dia tidak memakai wristbandnya ketika berkumpul dengan orang lain, kecuali Saatchi berkumpul dengan mereka bertiga yang merupakan keluarganya. Yang dia tahu bahwa tanda di pergelangan tangannya tidak biasa, dan seharusnya hanya ditunjukkan kepada orang-orang yang dia percayai sepenuhnya.
Ketika dia bertanya kepada orang tuanya bagaimana tanda itu muncul, mereka mengatakan bahwa ketika dia lahir, tanda itu sudah ada di sana.
Tanda yang mengelilingi pergelangan tangan kirinya adalah dua belas simbol yang dia tahu adalah simbol zodiak, dia segera mencari tahunya setelah dia cukup dewasa untuk ingin tahu tentang mereka.
Jeonghan ingin mencoba dan melihat apakah dia bisa membuat rasi bintang keluar di malam hari, dan yang lebih mengerikkan, orang tuanya memberitahunya bahwa rasi bintang zodiak telah menghilang dari langit malam.
Rasi bintang zodiak mulai menghilang sekitar empat puluh dua tahun yang lalu, dengan yang terakhir menghilang sekitar tiga puluh tahun yang lalu. Itu masih, dan masih, membingungkan para astronom di seluruh dunia ketika mereka mencoba untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, tetapi tidak ada yang tahu mengapa hal itu bisa terjadi. Jika zodiak masih ada, orang tuanya mengatakan kepadanya bahwa dia adalah seorang Libra.
Jeonghan tidak tahu mengapa, tapi hal itu membuatnya bangga.
Terdapat simbol segitiga hitam kecil yang terletak di bagian dalam pergelangan tangannya, dan itu terletak tepat di bawah lingkaran simbol-simbol zodiak, dan mengarah ke atas.
Segitiga itu terus menunjuk pada simbol libra, dan hal itu tidak berubah selama dua belas tahun dia telah hidup di Bumi ini, dan Jeonghan bertanya-tanya mengapa segitiga terus menunjuk pada simbol Libra.
Di bagian dalam pergelangan tangan kanannya adalah kompas yang tidak pernah berhenti membuatnya kagum. Tidak seperti tato biasa, jarum kompas itu bisa bergerak. Jika dia belok ke kanan sedikit, jarum itu bergeser untuk mengakomodasi gerakannya, tetapi jarum itu selalu menunjuk ke satu arah.
Jeonghan sering bertanya-tanya ke mana jarum kompas tersebut akan menuntunnya jika dia mengikutinya, tetapi dia tahu bahwa jika dia mengikuti jarum kompas tersebut sekarang, hal itu akan menyebabkan orang tuanya bersedih.
Di samping itu, dari mimpi pertamanya saat dia dibangunkan dengan suara jam wekernya, dia beberapa kali bermimpi tentang hal itu, sebelum dia bisa mengikuti kemana jarum kompasnya tersebut akan menuntunnya.
Setelah mimpi pertama, mimpi itu tidak berhenti datang. Dia selalu berada di hutan yang sama, dan dia selalu berakhir di tempat yang sama, selalu mencapai ke gua kecil itu ketika dia terbangun.
Terkadang dia mendapat mimpi lain. Kadang-kadang, dalam mimpi itu, dia melihat Bumi, seolah-olah dia sedang berada di ruang angkasa. Dia berdiri di sebelah seseorang yang wajahnya tidak bisa dia lihat, orang itu sedang berbicara, tapi dia tidak bisa mendengar apa yg dia bicarakan.
Satu-satunya hal yang pernah dia dengar dalam mimpi itu, tepat sebelum dia terbangun, dan selalu terngiang di dalam pikirannya. Itu adalah kalimat yang dia ucapkan sebagai jawaban untuk orang lain, dan kalimat itu selalu membawa kesedihan yang tak terukur ketika dia bangun.
Kalimat itu selalu, selalu berbunyi, "Aku harus melakukannya, karena aku satu-satunya yang tersisa yang mampu melakukannya."
Original Story by arashianelf
https://archiveofourown.org/works/6808693/chapters/15547042
KAMU SEDANG MEMBACA
A Sky Full of Stars - Seventeen
Fanfiction"Not only do we live among the stars, the stars live within us." ― Neil deGrasse Tyson Original Story by arashianelf https://archiveofourown.org/works/6808693/chapters/15547042 Ps : I got the permission to translate this story into Bahasa Indonesia...