♒ ♓ ♈ ♉ ♊ ♋ ♌ ♍ -♎- ♏ ♐ ♑
Jeonghan berusia dua puluh tahun ketika dia mendapat kesempatan untuk pergi ke Jeju karena salah satu jurusan yang dia ambil. Dia sekarang di universitas, dan sedang mempersiapkan untuk pindah ke apartemennya sendiri. Dia hanya membawa barang yang benar-benar dibutuhkan, karena mereka hanya tinggal di sana selama lima hari, dan dalam waktu satu bulan dia akan terbang ke Jeju-do.
Orang tuanya mengizinkannya untuk mempelajari apa pun yang diinginkannya, yang membuatnya bereksperimen dalam berbagai jurusan, sebelum akhirnya dia memutuskan seni sebagai bidang utamanya, dengan spesialisasi dalam menggambar grafit. Dia saat ini mengambil jurusan yang fokus pada kehidupanya saat ini, oleh karena itu dia memilih pergi ke Jeju-do.
Mereka akan dibawa ke sebuah hotel dekat Gunung Halla, dan akan diberikan waktu tiga dari lima hari untuk menggambar tiga potongan kehidupan yang berbeda. Dia telah membawa sepatu trekking, dan sweater hoodie dan jeans yang paling nyaman - dia mendengar bahwa itu mungkin dingin di Jeju-do.
Deja-vu tidak menyerangnya sampai hari berikutnya, ketika dia menetap di kamar hotelnya dan memulai hari pertama perjalanannya menelusuri Gunung Halla. Dia memiliki telepon, kamera, dan walkie-talkie yang diberikan oleh guru mereka, jika mereka hilang di suatu tempat tanpa sinyal.
Dia terus berjalan sampai ia mencapai tanda yang mengatakan kepadanya bahwa ia telah mencapai pinggiran Hutan Gotjawal, dia mengambil foto di sepanjang jalan, dan dengan mengikuti kata hati, dia melepaskan wristbandnya yang ada di pergelangan tangannya. Dia melihat jam untuk memastikan bahwa dia masih memiliki beberapa jam lagi sebelum matahari terbenam.
Dia melirik pergelangan tangannya dan menggantungkan kameranya di lehernya, dan pergi ke Hutan Gotjawal yang merupakan arah yang ditunjuk oleh jarum kompasnya.
Sudah sekitar satu jam, Jeonghan memikirkan tentang apa yang dia baca tentang Hutan Gotjawal. Ini adalah hutan yang terbentuk secara alami yang terletak di lereng tengah Gunung Halla, dan merupakan daerah kantong dari daerah hutan hijau Korea Selatan yang terbentuk di daerah berbatu.
Dia berhenti ketika dia menemukan sungai yang dikenalnya - sungai yang ada dalam mimpinya selama sepuluh tahun terakhir.
Dia bertanya-tanya sebelumnya, apakah mimpi itu menunjukkan kepadanya suatu tempat yang benar-benar ada di dunia, tetapi karena pertanyaannya yang telah terjawab seperti ini memberinya rasa pencapaian yang aneh, untuk beberapa alasan. Rasanya seolah-olah dia telah mencapai sesuatu dengan datang ke sini.
Namun ada beberapa perbedaan dari mimpinya dan masa sekarang. Rambutnya tidak panjang, untuk yang pertama, dan dia membawa kameranya. Dia berdiri dari tempatnya beristirahat, melanjutkan ke arah yang ditunjuk oleh kompasnya.
Benar saja, hutan perlahan menipis dan menunjukkan tempat terbuka yang luas dengan berbagai formasi bebatuan, salah satunya adalah gua kecil yang dia lihat dalam mimpinya. Dia berjalan menuju gua kecil itu, meletakkan tas dan kameranya di sisi bebatuan itu.
Mengambil napas dalam-dalam, dia mengulurkan tangannya, dan dia menyentuh sebuah kain. Sambil mengerutkan alis, dia mengambil benda itu dari gua tersebut, meletakkan di atas tanah untuk melihat apa yang telah dia temukan.
Dia memeriksa kain yang terutai tersebut, dan kemudian melepas untaiannya. Untaian kain itu terlepas dan memperlihatkan kotak kayu yang panjang dan tipis, saat dia buka, dia hanya menemukan tiga belas cincin.
Cincin-cincin berwarna perak, dan terukir simbol masing-masing, yang dia kenali sebagai simbol zodiak. Dia memperhatikan bahwa meskipun semua cincin lainnya ditulis dengan simbol yang utuh, hanya simbol Gemini yang masing-masing dibagi menjadi 'ㅠ' dan 'ㅛ'.
Dia bertanya-tanya mengapa, tetapi perhatiannya segera ditarik ke arah cincin dengan simbol Libra, dan kemudian dia melirik pergelangan tangan kirinya, dia membeku saat melihat simbol Libra di pergelangan tangan kirinya mulai mengeluarkan sinar berwarna biru muda.
Ketika tidak ada apa-apa yang terjadi setelah beberapa saat setelah simbol di pergelangan tangannya bersinar, dia perlahan mengambil cincin dengan simbol Libra tersebut dan menyelipkannya ke jari terakhir tangan kanannya. Ini sangat cocok, tapi sebelum Jeonghan dapat memeriksa cincin itu lagi, pandangannya menghitam.
Setelah beberapa saat, dia tersadar, setelah terjatuh di atas kotak cincin begitu dia memasang cincinnya sendiri, dan ketika dia memeriksa waktu, dia menyadari bahwa dia telah tak sadarkan diri selama hampir satu jam.
Sambil menggelengkan kepalanya sedikit, Jeonghan merasa sakit kepala, saat otaknya berjuang untuk mengingat semua kenangan yang telah disebabkan oleh cincin itu. Dia mengemasi kembali kotak cincin tersebut degan meguntaikan kainnya, dan dia mengepak barang-barangnya, memakai wristbandnya kembali dan berjalan menuju hotel, pikirannya masih berputar di kepalanya.
Malam itu, ketika dia akan masuk ke kamar mandi, dia menyadari bahwa dia memiliki tanda baru. Di dadanya, tepat di atas jantungnya, yaitu adalah simbol neraca, representasi dari Libra. Setelah tangannya mengusap simbol tersebut, dia menyelesaikan mandinya.
Ketika bersiap-siap untuk tidur setelah membuat sketsa untuk sementara waktu, dia melirik pergelangan tangan kirinya, dia menemukan bahwa simbol di bagian dalam pergelangan tangannya telah berubah. Lingkaran simbol telah bergeser ke kiri, dan simbol segitiga itu sekarang menunjuk pada simbol Capricorn.
Original Story by arashianelf
https://archiveofourown.org/works/6808693/chapters/15547042
KAMU SEDANG MEMBACA
A Sky Full of Stars - Seventeen
Fanfiction"Not only do we live among the stars, the stars live within us." ― Neil deGrasse Tyson Original Story by arashianelf https://archiveofourown.org/works/6808693/chapters/15547042 Ps : I got the permission to translate this story into Bahasa Indonesia...