♒ ♓ -♈- ♉ ♊ ♋ ♌ ♍ ♎ ♏ ♐ ♑
Ketika Seungkwan pindah ke apartemen Jeonghan, Wonwoo dan Jeonghan ada di sana untuk membantunya. Setelah mereka memindahkan semua barang-barang Seungkwan ke atas dan ke dalam ruangan yang dulunya menjadi ruang tamu, mereka berbaring di sofa, dan beristirahat selama beberapa menit.
Keheningan itu terasa damai, sampai Seungkwan mengerang dengan keras, meregangkan tubuhnya untuk menyingkirkan pegal di punggungnya karena membawa begitu banyak kardus. Jeonghan terengah-engah, memaksa dirinya untuk berjalan dan mengambil minuman untuk dua orang temannya, dan Wonwoo terlalu nyaman dengan sofa.
"Rasanya sangat aneh tanpa istirahat," Wonwoo berkata saat Jeonghan kembali, dengan membawa tiga kaleng soda di tangannya. Seungkwan menengadahkan tangannya, tapi Jeonghan hanya melewatinya begitu saja, sambil berhati-hati untuk tidak terlalu mengguncang kaleng itu.
Dia menghampiri Wonwoo, sebelum menuju ke sofanya lagi, lalu dia membuka kaleng sodanya dan meneguknya. "Wonwoo-hyung," panggil Seungkwan, dan Wonwoo hanya bersenandung, dan Seungkwan merasakan kehangatannya. "Bagaimana rasanya?"
"Tentang kehilangan Mini, maksudmu?" Wonwoo memperjelasnya, dan Seungkwan hanya mengangguk. "Rasanya seperti aku kehilangan sebagian dari diriku yang aku tidak tahu bagaimana cara untuk menemukannya. Rasanya seperti aku hanya memiliki setengah dari hatiku," kata Wonwoo dengan ekspresi sedih.
"Tidak apa-apa," Seungkwan menyikutnya dengan lembut, "Kita akan menemukannya secepatnya. Benar kan, Jeonghan-hyung?" Saat pertanyaan Seungkwan hanya dijawab dengan keheningan, Wonwoo dan Seungkwan menoleh untuk melihat Jeonghan yang sedang mendengkur pelan sambil bersandar di sofa, dengan tangannya yang menutupi matanya.
Wonwoo menyimpan kaleng sodanya, dan meletakkannya di atas meja kopi, sebelum melihat Seungkwan dan mengangkat bahunya, dia dengan lembut meneruskan obrolannya dengan Seungkwan.
Jeonghan bangun dengan rasa sakit di lehernya, lalu menyadari bahwa dia tertidur di sofa. Dia merasa tubuhnya berat, dan memutar kepalanya untuk melihat Wonwoo dan Seungkwan yang bersandar padanya, kaleng-kaleng itu di atas meja. Saat ini tengah malam, dan Jeonghan berusaha bangun dan perlahan membantu Wonwoo untuk berbaring.
Dia membawa Seungkwan ke kamar barunya dan menyelimutinya, lalu dia pergi mencari selimut untuk menyelimuti tubuh Wonwoo, dan membenarkan cara tidur Wonwoo di sofa. Jeonghan menguap, lalu dia pergi mencuci muka dengan benar sebelum menjatuhkan dirinya di tempat tidurnya.
Keesokan harinya, dia bangun dari tidurnya dengan sebuah mimpi baru. Tidak ada banyak petujuk di dalam mimpinya saat ini, dan Jeonghan tidak dapat mengingat apa-apa selain dari dentuman bass yang kuat di seluruh nadinya.
Ketika dia bangun dari tempat tidur, dia melihat Wonwoo yang sudah bangun sedang menyiapkan sarapan. "Terima kasih, Wonwoo-ah. Apa Seungkwan sudah bangun?" Jeonghan menguap, duduk di salah satu kursi makan. Wonwoo menggelengkan kepalanya, dan menjawab, "Dia masih kedinginan, terakhir kali aku memeriksanya."
Untuk beberapa saat, Jeonghan hanya melihat Wonwoo yang sedang membuat sarapan dengan tenang, sebelum dia berkata, "Aku mendapat mimpi baru tadi malam. Tapi aku tidak mendapat banyak petunjuk dari mimpi itu."Wonwoo bersenandung penuh tanya. "Satu-satunya yang kuingat dari mimpi itu adalah dentuman bass yang kuat, dan tidak ada yang lain," Jeonghan menjelaskannya sambil mengaduk secangkir kopi yang Wonwoo berikan padanya dan menambahkan creamer dan gula.
"Mungkin beberapa pekerjaannya berhubungan dengan musik," Wonwoo memberi pendapat. Jeonghan bergumam setuju. Percakapan itu terganggu oleh Seungkwan yang berjalan menuju ke dapur, matanya masih berkaca-kaca.
Wonwoo memberikan secangkir kopi ke tangannya, dan Seungkwan mengambilnya seakan-akan itu penyelamat hidupnya. Saat kafein mengenai sistem tubuhnya, semua sistem tubuhnya bekerja dan Seungkwan kembali menjadi berisik seperti sebelumnya, untuk ukuran seseorang yang baru bangun kurang dari lima belas menit yang lalu.
"Apa ada di antara kalian yang memiliki sesuatu yang harus dilakukan hari ini?" Jeonghan bertanya saat Wonwoo menyajikan sarapan sebagai ucapan terima kasih pada Seungkwan yang selalu berisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Sky Full of Stars - Seventeen
Fanfiction"Not only do we live among the stars, the stars live within us." ― Neil deGrasse Tyson Original Story by arashianelf https://archiveofourown.org/works/6808693/chapters/15547042 Ps : I got the permission to translate this story into Bahasa Indonesia...