🌸Embun yang sama🌸
~Setetes kini telah berlalu, masih bersama kenangan masa lalu, dan masih tetap terkubur, dalam ruang rindu yang tak menemukan titik temu~
**
Embun pagi kini telah turun menyelimuti bumi. Matahari naik ke permukaan menerangi jiwa jiwa di bumi.
Adzan subuh berkumandang. Membuat mereka yang terlelap bangun dari tidurnya, dan segera memenuhi panggilan-Nya
"Syifa... Bangun... "teriakku memanggil Syifa sambil menggedor-gedor pintu. Arsyfa Malika Jannah kamu udah bangun belum sih, kok gak di buka buka pintunya.
"Apaan sih Ti, aku habis murajaah tau, ah kamu mah ganggu waktuku aja, aku udah bangun dari tadi" teriakku sambil membukakan pintu. Benar benar itu sepupuku. Pagi-pagi sudah heboh aja.
"Eh aku kira kamu belum bangun, hehehe" katanya sambil senyum senyum tanpa rasa bersalah.
Dia adalah sepupuku, Lubna Fatiyah Kamila. Itulah kebiasaannya, selalu menggedor-gedor pintu orang sembarangan.
Sejak lulus SMA, Tiya memutuskan untuk tinggal bersamaku.Kini kita belajar di kampus yang sama, yaitu di salah satu Universitas Islam Negeri di Surabaya.
Aku dan Tiya sama sama mengambil jurusan dakwah. Kenapa? Karena kita ingin membagi ilmu bersama sama, dan berdakwah kepada teman teman yang lain.**
Hari ini aku ada kuliah pagi, tapi Tiya selalu saja membuatku kesal. Bagaimana tidak, disaat aku sudah siap siap berangkat, dia masing berkutat dengan hijabnya.
Ini adalah 1 tahun aku ngekos disini. Awalnya abi dan umi tidak menyetujui aku untuk ngekos dan berada jauh dari mereka. Tapi, aku meyakinkan abi dan umi, kalau aku akan baik-baik saja. Lagian juga ada Tiya bersamaku, dan Allah beserta malaikat yang selalu setia bersamaku.
"Tiya ayoo cepetan, kita ada jam pagi tau... Ya allah.. Lama amat sih ti... "teriakku dari luar, supaya tiya cepat keluar.
"iya iya ih mbak.. Sabar lah.. Ingat innallaha ma'ashobirin" jawab Tiya sambil membenarkan hijabnya dan menyusulku ke luar.
Astaghfirullah, gimana aku bisa sabar coba kalau kamu bikin aku nunggu terus, tadi aja gedor gedor pintu, eh giliran akunya sudah siap, kamu malah lama banget siapnya.
"Hehehe.. Sabar atuh Syif.. Kamu mah nunggu dia aja betah, masa nunggu sepupumu yang imut ini gak betah sih"katanya.Memang benar sih aku selama ini masih tetap menunggu dia yang entah bagaimana sekarang keadaanya.
**
Akhirnya setelah beberapa menit, kita tiba juga di kampus.
"Hufh.. Hufh.. Assalamualaikum Fisah.. "panggilku ke Fisya yang sedang duduk sambil membaca buku.
"Allahu akbar, kamu ah Syif ngagetin aku..Waalaikumsalam, Untung aku gak jantungan"pekiknya.Dia adalah sahabatku dan Tiya. Namanya Nafisah Aura Syafiq.
Gadis cantik dengan hijab lebarnya, gamis dan tentu saja niqob yang ia kenakan."Kamu dari mana aja Syif, kok baru dateng, untung Ustadz Ridwan belum masuk kelas"katanya.
"Tuh, nunggu sih Tiya lama banget"kataku sambil melirik Tiya yang juga masih mengatur nafasnya karena berlari.
"Hehehe.. Maaf deh maaf"katanya sambil mengangkat kedua jarinya.Kami mengenal Nafisah,saat kami pertama kali OSPEK. Dan ternyata Nafisah adalah anak dari pemilik kampus ini.
Udah-udah.. Duduk gih, sebentar lagi Ustadz Ridwan datang,kata Fisah.
Benar saja beberapa menit kemudian, Ustadz Ridwan pun datang.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh... "salam Ustadz Ridwan.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh"jawab kami.
"Baik saya akan melanjutkan materi kemarin... "kata Ustadz Ridwan.**
Beberapa jam kemudian...
"Alhamdulillah...akhirnya selesai juga"kataku sambil membereskan bukuku.
"Nah, kalian sekarang ikut aku yuk... "ajak Fisah.
"Kemana? "tanyaku dan Tiya bersamaan.
Ke pondok, aku mau kalian bantuin aku mengajar di pondok, katanya.Fisah adalah anak dari Kiyai Azzam. Tidak heran kalau dia juga ikut mengajar di pondok yang didirikan oleh abinya. Selain itu Kiyai Azzam juga pemilik dari Kampus yang aku, tiya dan Fisah tempati.
"Memang kita boleh mengajar juga Fis,"tanyaku pada Fisah.
"Ya,gapapalah,abi pasti senang kalau kalian juga ikut mengajar anak anak pondok di sana", katanya.
اسلام عليكمKetemu lagi nih sama aku, 😁
Ayoo ayoo...
Monggo dibaca
Jangan sampai ketinggalan ya 😂Authornya baru terbebas dari ujian nih 😅
Eh kok malah curhat...Ayo di baca di baca sequel dari Rasa Dalam Diam
Tunggu kelanjutan ceritanya ya..
Jangan lupa beri suara dan komentarnya 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Tsabat Syauqi
SpiritualTakdir yang membuat hidupnya berwarna. Rindu yang ia pendam pada seseorang yang jauh disana. Ternyata tak mampu membuat dia berhenti. ~Arsyfa Malika Jannah~ "Haruskah aku berhenti menunggumu, dan memendam rindu seorang diri?" ~Arkan Abidzar Fatih...