🌸Rindu bersapu angin🌸
~Masih tetap mencekam, dalam gelap yang temeram, menyampaikan rindu yang terhalang, oleh langit kelam di awan~
🍁 Tsabat Syauqi🍁
**
Pagi ini, seperti biasa, keributan selalu terjadi di kos an mereka.
Mulai dari Tika yang selalu membuat ulah, gedor gedor pintu kamar Syifa, dan mengacak acak dapur dengan alasan mau belajar masak.*POV SYIFA*
"Tiyaa.... Ya allah.. Ini kenapa dapur kok sampai berantakan gini sih"teriakku yang baru saja keluar dari kamar menuju dapur.
"Eh... Syifa sudah keluar ya.. Hehehe, biasa Syif.. "katanya dengan nada seperti tidak terjadi apa apa.
"Ya allah.. Kan sudah aku bilang, jangan sembarangan,kalau mau belajar itu tunggu aku jangan asal... "tegurku ke dia.
"Hehehe.. Iya iya maaf"jawabnya dengan senyuman tanpa dosa.
"Sekarang kamu bersihin... "perintahku.
"Ehm.. Eh Syif.. Dibelakangmu ada apa itu"katanya sambil menunjuk ke arah belakangku.
"Ada apa... "tanyaku sambil menoleh ke belakang.
"Kaboooooooorrrrr..... "teriaknya sambil lari ke arah kamarnya.
"Tiyaaa........ Jangan lari kamu, sini kamu awas ya... "teriakku mengejarnya.Gimana gak kesel coba. Pagi pagi sudah buat ulah. Yang gedor gedor pintu kamarku lah, berantakin dapur, dan sekarang harus aku juga yang bersihin.😒
"Tiyaa... Keluaarr... Bersihin tuh dapurnya... "kataku sambil gedor gedor pintu kamar Tiya.
"Aaa.. Syifa kan baik, jadi Syifa aja ya yang bersihin"balas dia dari dalam kamar.
"Enggak.. Sekarang kamu harus tanggung jawab.. Ayoo keluar... "kataku sambil terus menggedor gedor pintu kamarnya.
Beberapa menit masih tetap tidak ada respon darinya. Menyebalkan, awas saja kalau dia sampai keluar dari kamar.
"Tiyaa... Buka lah pintunya, gak aku kasih sarapan lo ya"ancamku.
"Biarin, nanti aku bisa beli di kantin. "sahutnya.
"Aduh, Tiya kamu kapan dewasanya sih. Kalau kamu udah nikah gimana.. Gak bisa ngebayangin aku, reaksi suami mu gimana.. "ucapku di depan pintu kamar Tiya.
"Ishh.. Enggak gak mau, kamu duluan lah yang nikah.. Aku mah belakangan"sahutnya.
"Hufh.. Awas kamu ya nanti di kampus"ancamku dalam hati.
"Ya sudah kalau gitu, awas aja kamu"ucapku lagi kepadanya.Setelah berdebat cukup lama dengan Tiya, akhirnya harus aku lagi yang mengalah.
Maklumlah dia baru berusia 17 tahun, 2 tahun lebih muda dariku.
Kenapa dia sudah kuliah semester 4?
Karena waktu Mts/SMP dia masuk kelas akselerasi atau sistem kredit semester yang hanya ditempuh selama 2 tahun saja.
Jadi, sekarang dia satu kampus dan satu jurusan denganku, harusnya dia itu adik kelasku.
Hufh.. Mentang mentang pintar 😣**
Setelah beberapa menit, akhirnya aku selesai membersihkan dapur, dan sekarang aku harus menyiapkan sarapan untuk kita berdua."Tiyaa.. Keluar, ayoo sarapan... "teriakku dari dapur.
"Hmm.. Kok wangi banget Syif, kamu yang masak? "tanyanya keluar dari kamarnya.
"Iyalah, masa iya kamu"sindirku ke Tiya.
"Huu.. Sombong mentang mentang tau masak.. "katanya.
"Hahaha.. Udah yok sarapan habis itu kita berangkat ke kampus"kataku.
"Loh, bukannya kita jadwalnya siang ya.. "tanyanya.
"Iya.. Aku ada urusan sama Ustadz Ridwan.. "jawabku,sambil lalu menyiapkan peralatan makan.
"Oouuu... "jawabnya.Ustadz Ridwan adalah dosen kita. Di prolog ada juga kok.
Setelah itu, kita sarapan dengan keadaan hening.**
Setelah mereka menyelesaikan sarapannya. Tiya menepati janjinya untuk menemani Syifa ke kampus.
Mereka menaiki angkutan umum seperti biasanya.
Butuh waktu 15 menit untuk sampai di kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tsabat Syauqi
SpiritualTakdir yang membuat hidupnya berwarna. Rindu yang ia pendam pada seseorang yang jauh disana. Ternyata tak mampu membuat dia berhenti. ~Arsyfa Malika Jannah~ "Haruskah aku berhenti menunggumu, dan memendam rindu seorang diri?" ~Arkan Abidzar Fatih...