"Ibu jari kanan kiri bergantian menekan layar, tersusun huruf, terhapus kembali. Kata-kata ragu, ingin kamu namun malu."
Sesampainya di rumah Ry, aku di sambut dengan hangat oleh seluruh keluarga besar Ry. Mereka sangat perhatian padaku, seolah aku ini seperti bagian dari anggota keluarga mereka sendiri. Ry memang sudah banyak cerita kepada keluarganya tentang aku.
Aku disuguhkan beberapa macam jajanan dan makanan khas dari Pemalang seperti nanas madu, ogel-ogel, nasi megono dan masih banyak lagi. Mama Ry juga sangat perhatian padaku, masakan beliau rasanya sangat juara, sama seperti anaknya yang jago masak di Burjo.
Setelah beristirahat sebentar di rumah Ry, dia mengajakku untuk jalan-jalan mengelilingi Kota Pemalang. Kami berdua pun mengendarai vespa Ry sembari mengitari kota Pemalang, dan akhirnya memilih berhenti menikmati indahnya langit matahari terbenam di Pantai Widuri.
Saat mataku asyik melihat senja di pantai ini, aku ingin mengabadikannya dengan kamera ponselku. Dan tanpa sengaja aku membuka WA dan tidak melihat satu pesan pun dari Avandy.
Aku menghela napas perlahan, sebelum aku akhirnya dengan sengaja merekam suasana sunset sembari merekam wajah Ry, dan aku menguploadnya ke Instastories. Ini pertama kalinya aku membuat postingan tentang Ry.
"Lo posting wajah gue di Instastories, Kal?"
Bahu Ry bergedik sambil melihat postinganku diponselnya, dia menaikkan sebelah alisnya kemudian menoleh kearahku dengan tatapan bingung.
"Iya, sekali-kali gentian gue lah. Masa lu mulu yang storyin gue,"
Ry menggeleng kepalanya, "jangan lah! Ntar di lihat sama Maria. Buruan hapus!"
Ry hendak merebut ponselku, namun aku menghindarinya lebih cepat.
"Sengaja kok."
"Lo kesambet apaan kok berani posting gue?"
"Gue pengen tahu aja reaksi mereka," ujarku sambil meletakkan ponsel. "Terutama, cowo gue."
"Lo mau bikin dia cemburu?"
"Iya- ya engga juga sih, gue juga pengen seluruh dunia tau, kalo ada lo di dunia gue."
Tak lama kemudian Intun dan Nando datang menghampiri kami yang masih asyik menikmati sunset di pantai Widuri.
"Woy, berduaan aja lo pada!" Seru Intun sembari duduk di sebelahku.
"Lo kemana aja? Di jalan malah udah ngebut aja!"
"Iyalah kalian kelamaan sih naik vespa, nyampenya kapan tau..."
"Perjalanan itu di nikmatin kayak kita berdua, emang situ Marc main ngebut aja, hahaha!"
Dan beginilah kami berempat, bercanda satu sama lain, melupakan sejenak kesibukan kami di kampus, menikmati indahnya kanvas Tuhan di langit senja.
Kututup kedua mataku dan merasakan semilir angin yang membelai rambutku, suasana yang mengingatkanku di Pantai Krakal, Yogyakarta. Dan kembali membawa ingatanku pada sikap-sikap Avandy yang tak kusukai.
Tanpa sadar, tanganku mengepal dengan sendirinya diatas pasir, dan aku merasakan telapak tangan yang besar membungkus kepalan tanganku. Secara reflek aku membuka mataku, dan melihat Ry disebelahku yang sedang menatap kearah langit.
Rambut yang biasanya menutupi dahinya terbawa oleh angin, cahaya matahari menerangi wajahnya. Aku bisa melihat secara jelas raut wajahnya, raut wajah yang begitu tenang dan damai.
Melihat wajahnya, bahuku yang tegang mulai melemas, dan ikut melihat kearah langit dengan perasaan tenang. Ku biarkan pikiran-pikiran hitam dikepalaku terbawa oleh angin, dan membawanya keatas langit. Kuharap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Kaleela
Romance[COMPLETED] Inspired by the true story [Saya kembali minta izin kepada orang-orang yang merasa menjadi bagian cerita saya, maaf apabila ada kekurangan dalam penulisan saya. Saya jadikan cerita ini dari kisah nyata saya sebagai buku diary umum, agar...